Tutup 10 Tahun, Warung Nasi Legend di Ubud Buka Lagi
GIANYAR, NusaBali
Sempat tutup selama 10 tahun terakhir, warung Nasi Lawar Antos di Banjar Mas, Desa Sayan, Kecamatan Ubud, Gianyar, kini buka lagi.
Warung makan yang eksis sejak tahun 2003 ini sempat tutup sekitar tahun 2010. Warung Nasi Lawar Antos ini menyajikan menu lawar babi, sate, be genyol, urutan, hingga rawon.
Pemilik warung, Made Antos, Jumat (4/12) menjelaskan, warung makan ini memiliki kisah yang tak pernah dilupakan. Pada Tahun 2003 lalu, dia hanya berjualan di pinggir jalan tepatnya di telajakan. "Kalau membuat usaha memang harus dilakukan dari bawah. Usaha apa pun itu, harus ada komitmen dan semangat, gagal ulang lagi, gagal ulang lagi," jelasnya.
Seiring perjalanan waktu, warung makan ini mulai punya pelanggan. Masakannya sudah dikenal oleh warga setempat bahkan di wilayah Kecamatan Ubud. Dari berjualan layaknya pedagang kaki lima akhirnya dia membuka warung di dekat balai banjar dekat rumahnya. Namun karena ada beberapa kendala, sehingga dia pun terpaksa harus menutup sementara usahanya tersebut. Dia tak menjelaskan apa kendala itu.
Menu yang disajikan seperti pedagang lainnya, nasi, lawar be genyol, sate, gorengan, urutan daging dan hati hingga rawon. Hanya dalam proses pembuatannya dilakukan secara tradisional dan adanya racikan bumbu khusus membuat rasa masakannya memiliki ciri khas. "Mulai usaha ini sekitar tahun 2003, hanya pada tahun 2010 harus tutup karena beberapa kendala. Sedangkan sekarang saya buka lagi dengan rasa yang sama," terangnya.
Seporsi nasi lawar tersebut, dipatok harga Rp 20.000. Dengan harganya yang bisa dikatakan terjangkau ini, membuat langgananya yang dulu kini mulai kembali bisa menikmati olahan lawar dan menu lainnya. "Setelah beberapa hari buka sudah mulai ada langganan datang, semoga perlahan bisa lancar terlebih di tengah pandemi ini karena salah satu sebagai pemutar roda perekonomian warga," imbuhnya.*nvi
Pemilik warung, Made Antos, Jumat (4/12) menjelaskan, warung makan ini memiliki kisah yang tak pernah dilupakan. Pada Tahun 2003 lalu, dia hanya berjualan di pinggir jalan tepatnya di telajakan. "Kalau membuat usaha memang harus dilakukan dari bawah. Usaha apa pun itu, harus ada komitmen dan semangat, gagal ulang lagi, gagal ulang lagi," jelasnya.
Seiring perjalanan waktu, warung makan ini mulai punya pelanggan. Masakannya sudah dikenal oleh warga setempat bahkan di wilayah Kecamatan Ubud. Dari berjualan layaknya pedagang kaki lima akhirnya dia membuka warung di dekat balai banjar dekat rumahnya. Namun karena ada beberapa kendala, sehingga dia pun terpaksa harus menutup sementara usahanya tersebut. Dia tak menjelaskan apa kendala itu.
Menu yang disajikan seperti pedagang lainnya, nasi, lawar be genyol, sate, gorengan, urutan daging dan hati hingga rawon. Hanya dalam proses pembuatannya dilakukan secara tradisional dan adanya racikan bumbu khusus membuat rasa masakannya memiliki ciri khas. "Mulai usaha ini sekitar tahun 2003, hanya pada tahun 2010 harus tutup karena beberapa kendala. Sedangkan sekarang saya buka lagi dengan rasa yang sama," terangnya.
Seporsi nasi lawar tersebut, dipatok harga Rp 20.000. Dengan harganya yang bisa dikatakan terjangkau ini, membuat langgananya yang dulu kini mulai kembali bisa menikmati olahan lawar dan menu lainnya. "Setelah beberapa hari buka sudah mulai ada langganan datang, semoga perlahan bisa lancar terlebih di tengah pandemi ini karena salah satu sebagai pemutar roda perekonomian warga," imbuhnya.*nvi
Komentar