nusabali

Libur Nataru, Gianyar Andalkan Wisdom

  • www.nusabali.com-libur-nataru-gianyar-andalkan-wisdom

Karena langkah pemerintah ini demi kebaikan rakyat, mengingat kasus Covid-19 secara nasional terus meningkat.

GIANYAR, NusaBali
Pemangkasan libur panjang Hati Raya Natal 2020 dan Tahun Baru (Nataru) 2021 membuat praktisi pariwisata di bumi seni Gianyar menghela nafas. Sebab, ada tiga hari kerja efektif mulai tanggal 28 - 30 Desember, diantara libur Natal dan libur Tahun Baru 2021. Kondisi ini membuat wisatawan berpikir ulang untuk menghabiskan sepanjang liburan di Bali.

Akibatnya, para pelaku wisata di Gianyar hanya mengandalkan kunjungan wisatawan domestik saat liburan tersebut. Hal itu diungkapkan Ketua PHRI Gianyar Adit Pande, Minggu (6/12). Menurut Adit, libur panjang transisi tahun 2020-2021 yang dipangkas dan terbagi menjadi dua bagian, relatif mengecewakan stakeholder pariwisata, khusus di Kabupaten Gianyar. Namun pihaknya juga tidak bisa menuntut apa-apa. Karena langkah pemerintah ini demi kebaikan rakyat, mengingat kasus Covid-19 secara nasional terus meningkat.

Kata Adit Pande, PHRI Gianyar berharap, pekerja yang selama ini yang tidak harus bekerja di kantor atau bisa work from home (WFH) asal luar Bali, mau berlibur atau menginap di Kabupaten Gianyar. Supaya roda perekonomian bisa berputar.

Adapun rincian libur panjang antara 2020 ke 2021, pemerintah menetapkan hari libur perayaan Natal dari tanggal 24 - 27 Desember 2020. Kemudian untuk 28 - 30 Desember 2020 tidak jadi libur. Lalu diikuti libur akhir tahun pada 31 Desember 2020 sebagai libur pengganti Idul Fitri, dan libur awal tahun pada 1 Januari 2021, dilanjutkan libur pada 2-3 Januari 2021 yang bertepatan dengan hari Sabtu dan Minggu.

Adit Pande mengatakan, dengan adanya pemangkasan hari libur dan membaginya menjadi dua bagian, tentu akan berdampak kurang baik terhadap kunjungan wisatawan domestik ke Bali, khususnya Gianyar. Sebab mereka menjadi tidak leluasa memanfaatkan waktunya untuk berlibur. Namun demikian, dia melihat masih adanya celah pekerja luar Bali bisa tetap berlibur di Bali dengan waktu panjang.

Dia mengatakan, harapan agar para pekerja yang bekerja di kantor atau WFH untuk berlibur ke Bali pasti kecil. ‘’Karena itu, kami berharap pekerja yang tidak harus kerja di kantor ini tetap mau berlibur dan menginap di Ubud. Kan ada itu, yang bekerja bisa dari mana saja, tidak harus ngantor. Seperti saat awal pandemi, ketika banyak kantor yang menerapkan WFH, okupansi relatif bergerak tetapi sedikit, intinya pekerja yang seperti ini kami harapkan untuk berlibur ke Ubud," ujar Adit.

Meskipun pemangkasan dan pembagian hari libur ini relatif mengecewakan insan pariwisata. Namun dia tetap mengapresiasi pihak pemerintah. Sebab bagaimanapun, kata dia, hal ini tentunya sudah sesuai perhitungan matang. "Kita kecewa, tapi juga tidak boleh protes karena kami yakin apa yang dilakukan pemerintah ini demi tujuan yang baik. Semoga dengan hal ini, situasi bisa kembali normal. Sebab jika sudah normal, pemerintah tidak mungkin akan mengambil keputusan yang melemahkan perputaran ekonomi," tandasnya.

Senada itu, Kepala Dinas Pariwisata Gianyar Anak Agung Putrawan mengatakan, pariwisata di Kabupaten Gianyar sangat berharap pada momen libur panjang akhir tahun. Namun dikarenakan adanya pemangkasan dan pembagian hari libur, pihaknya tidak bisa berbuat banyak.

"Mau bagaimana lagi, kami harus terima keputusan pemerintah karena Covid-19 juga belum normal" ujarnya.

Dengan keputusan ini, kata dia, otomatis kunjungan wisatawan di Gianyar hanya bisa diharapkan dari weekend. "Kita hanya bisa berharap dari kunjungan wisatawan lokal saat weekend saja" ujarnya. *nvi

Komentar