Sukses Ciptakan Thermometer Non Kontak
Tiga Siswa asal Denpasar Raih Medali Indonesia Inventors Day
“Saya dan tim mencoba untuk membuat thermometer dan hand sanitizer otomatis dengan memanfaatkan sensor jarak HC04, Mikorkontroler ATmega328, dan pemrograman Arduino IDE,”
DENPASAR, NusaBali
Satu siswa SMPN 3 Denpasar, AA Istri Yuri Pratista Savitri, 13, serta dua siswa SD Cipta Dharma Denpasar, AA Gde Anom Putra Asmara, 12, dan Komang Riska Putri, 11 berhasil meraih medali perak dalam ajang Indonesia Inventors Day 2020 yang yang digelar oleh Innopa pada 3 Desember 2020 lalu. Mereka yang tergabung dalam satu tim tersebut membawakan penelitian tentang ‘Thermometer Non Kontak dan Hand Sanitizer Otomatis untuk Covid-19’.
Penelitian mereka masuk kategori International STEM-BASED Innvetion dalam ajang The International Young Investors Award (IYIA) yang merupakan salah satu concurrent event dari Indonesia Investors Day 2020. Ketua Tim, AA Istri Yuri Pratista Savitri menjelaskan, ide ini berawal dari melihat aktivitas pelanggan yang berbelanja di toko keluarganya selama masa pandemi. Dikatakan, setiap pengunjung yang ingin masuk toko, harus ada satu pegawai yang harus standby di pintu masuk toko. Pegawai itu harus mengecek suhu tubuh, menuntun pelanggan mencuci tangan, dan sebagainya.
Kemudian, saat pelanggan akan membayar belanjaannya, pelanggan dan kasir juga bersentuhan langsung dengan uang yang tidak steril dari virus. Berangkat dari situ, pelajar yang akrab disapa Gung Yuri ini terpikir untuk membuat hand sanitizer dan thermometer otomatis. “Saya dan tim mencoba untuk membuat thermometer dan hand sanitizer otomatis dengan memanfaatkan sensor jarak HC04, Mikorkontroler ATmega328, dan pemrograman Arduino IDE,” ungkap pelajar asal Ubud kelahiran 18 Januari 2007 itu.
Kata Gung Yuri, alat akan mendeteksi obyek di depan sensor jarak ketika alat sudah dinyalakan. Jika sensor mendeteksi obyek di depannya, maka sensor akan mengirim data pembacaan jarak tersebut ke input mikrokontroler. Setelah mikrokontroler mendapat sinyal digital berupa jarak, maka akan dilanjutkan oleh mikrokontroler untuk mengaktifkan pin output buzzer dan led.
“Yang rumit itu pembuatan sistemnya. Kami sudah melakukan uji coba. Untuk thermometer paling bagus disensor dengan jarak 3 – 5 cm. Nantinya jika suhu tubuh tinggi, misalnya 37 derajat Celsius, maka akan ada warning. Otomatis orang tersebut tidak boleh masuk,” jelas Gung Yuri.
Anggota tim lainnya, AA Gde Anom Putra Asmara menambahkan, untuk hand sanitizer otomatis, bunyi buzzer akan menyala selama jarak yang terdeteksi oleh sensor masih pendek yaitu berkisar antara kurang dari 100 cm. “Kemudian alat ini akan mengaktifkan driver relay dan pompa untuk menarik cairan disinfektan sehingga alat ini akan mengeluarkan cairan secara otomatis,” terang Gung Anom.
Pelajar kelahiran 31 Desember 2008 ini mengaku merasa degdegan sekalipun tahun ini digelar secara online. Ditanya pengalaman selama ikut merancang alat tersebut, pelajar yang akrab disapa Gung Anom itu antusias dan sangat menyenangkan bisa ikut terlibat di dalamnya. “Memang ada kerumitannya, tapi saya senang bisa ikut dalam penelitian ini,” ungkap Gung Anom yang masih duduk di kelas VI SD Cipta Dharma tersebut.
Sedangkan satu anggota lainnya, Komang Riska Putri menambahkan, alat ini sudah melalui beberapa tahap uji coba. Dia berharap alat ini benar-benar aman dan bermanfaat digunakan oleh manusia, terlebih pada masa pandemi ini. Pelajar yang masih duduk di kelas V SD Cipta Dharma ini berharap bisa mengembangkan alat ini menjadi lebih sederhana agar mudah dirakit dan diaplikasikan oleh masyarakat secara otodidak. “Ini adalah pengalaman pertama saya. Kami berharap, alat yang kami ciptakan ini bisa bermanfaat bagi masyarakat bahkan pemerintah dalam mengatasi permasalahan protokol kesehatan di masa pandemi covid-19 ini,” harap Riska yang baru pertama kali mengikuti ajang internasional.
Sementara itu, Kepala Sekolah SD Cipta Dharma Denpasar, Ni Luh Rinun SPd MPd mengapreasi keberhasilan tim yang mana dua orang anggotanya merupakan siswa SD Cipta Dharma Denpasar. Menurutnya, kedua anak SD Cipta Dharma yakni Gung Anom dan Riska dipilih karena dianggap mampu oleh pihak sekolah dan memiliki bekal pengetahuan yang cukup karena keduanya ikut klub sains di sekolah. Termasuk pula komunikasi dengan orangtua cukup baik dalam lomba ini.
“Kami sangat mendukung dengan adanya lomba ini, sehingga anak-anak bertambah wawasannya dan ada bekal pengalaman. Siapa tahu nanti mengikuti lomba lagi, sehingga tidak kaget dan bisa berlomba lebih baik lagi,” tandasnya. *ind
Satu siswa SMPN 3 Denpasar, AA Istri Yuri Pratista Savitri, 13, serta dua siswa SD Cipta Dharma Denpasar, AA Gde Anom Putra Asmara, 12, dan Komang Riska Putri, 11 berhasil meraih medali perak dalam ajang Indonesia Inventors Day 2020 yang yang digelar oleh Innopa pada 3 Desember 2020 lalu. Mereka yang tergabung dalam satu tim tersebut membawakan penelitian tentang ‘Thermometer Non Kontak dan Hand Sanitizer Otomatis untuk Covid-19’.
Penelitian mereka masuk kategori International STEM-BASED Innvetion dalam ajang The International Young Investors Award (IYIA) yang merupakan salah satu concurrent event dari Indonesia Investors Day 2020. Ketua Tim, AA Istri Yuri Pratista Savitri menjelaskan, ide ini berawal dari melihat aktivitas pelanggan yang berbelanja di toko keluarganya selama masa pandemi. Dikatakan, setiap pengunjung yang ingin masuk toko, harus ada satu pegawai yang harus standby di pintu masuk toko. Pegawai itu harus mengecek suhu tubuh, menuntun pelanggan mencuci tangan, dan sebagainya.
Kemudian, saat pelanggan akan membayar belanjaannya, pelanggan dan kasir juga bersentuhan langsung dengan uang yang tidak steril dari virus. Berangkat dari situ, pelajar yang akrab disapa Gung Yuri ini terpikir untuk membuat hand sanitizer dan thermometer otomatis. “Saya dan tim mencoba untuk membuat thermometer dan hand sanitizer otomatis dengan memanfaatkan sensor jarak HC04, Mikorkontroler ATmega328, dan pemrograman Arduino IDE,” ungkap pelajar asal Ubud kelahiran 18 Januari 2007 itu.
Kata Gung Yuri, alat akan mendeteksi obyek di depan sensor jarak ketika alat sudah dinyalakan. Jika sensor mendeteksi obyek di depannya, maka sensor akan mengirim data pembacaan jarak tersebut ke input mikrokontroler. Setelah mikrokontroler mendapat sinyal digital berupa jarak, maka akan dilanjutkan oleh mikrokontroler untuk mengaktifkan pin output buzzer dan led.
“Yang rumit itu pembuatan sistemnya. Kami sudah melakukan uji coba. Untuk thermometer paling bagus disensor dengan jarak 3 – 5 cm. Nantinya jika suhu tubuh tinggi, misalnya 37 derajat Celsius, maka akan ada warning. Otomatis orang tersebut tidak boleh masuk,” jelas Gung Yuri.
Anggota tim lainnya, AA Gde Anom Putra Asmara menambahkan, untuk hand sanitizer otomatis, bunyi buzzer akan menyala selama jarak yang terdeteksi oleh sensor masih pendek yaitu berkisar antara kurang dari 100 cm. “Kemudian alat ini akan mengaktifkan driver relay dan pompa untuk menarik cairan disinfektan sehingga alat ini akan mengeluarkan cairan secara otomatis,” terang Gung Anom.
Pelajar kelahiran 31 Desember 2008 ini mengaku merasa degdegan sekalipun tahun ini digelar secara online. Ditanya pengalaman selama ikut merancang alat tersebut, pelajar yang akrab disapa Gung Anom itu antusias dan sangat menyenangkan bisa ikut terlibat di dalamnya. “Memang ada kerumitannya, tapi saya senang bisa ikut dalam penelitian ini,” ungkap Gung Anom yang masih duduk di kelas VI SD Cipta Dharma tersebut.
Sedangkan satu anggota lainnya, Komang Riska Putri menambahkan, alat ini sudah melalui beberapa tahap uji coba. Dia berharap alat ini benar-benar aman dan bermanfaat digunakan oleh manusia, terlebih pada masa pandemi ini. Pelajar yang masih duduk di kelas V SD Cipta Dharma ini berharap bisa mengembangkan alat ini menjadi lebih sederhana agar mudah dirakit dan diaplikasikan oleh masyarakat secara otodidak. “Ini adalah pengalaman pertama saya. Kami berharap, alat yang kami ciptakan ini bisa bermanfaat bagi masyarakat bahkan pemerintah dalam mengatasi permasalahan protokol kesehatan di masa pandemi covid-19 ini,” harap Riska yang baru pertama kali mengikuti ajang internasional.
Sementara itu, Kepala Sekolah SD Cipta Dharma Denpasar, Ni Luh Rinun SPd MPd mengapreasi keberhasilan tim yang mana dua orang anggotanya merupakan siswa SD Cipta Dharma Denpasar. Menurutnya, kedua anak SD Cipta Dharma yakni Gung Anom dan Riska dipilih karena dianggap mampu oleh pihak sekolah dan memiliki bekal pengetahuan yang cukup karena keduanya ikut klub sains di sekolah. Termasuk pula komunikasi dengan orangtua cukup baik dalam lomba ini.
“Kami sangat mendukung dengan adanya lomba ini, sehingga anak-anak bertambah wawasannya dan ada bekal pengalaman. Siapa tahu nanti mengikuti lomba lagi, sehingga tidak kaget dan bisa berlomba lebih baik lagi,” tandasnya. *ind
Komentar