Penurunan Struktur Terumbu Karang Dihadang Cuaca
SINGARAJA, NusaBali
Ribuan struktur untuk menumbuhkan terumbu karang yang sudah selesai dibuat mulai diturunkan di perairan Buleleng.
Saat ini, warga berjuang menurunkan ke laut untuk ditata penyelam. Mereka berhadapan dengan cuaca tak menentu seperti hujan lebat, angin kencang, dan gelombang laut.
Made Merta, Koordinator Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng, mengatakan, kegiatan penurunan harus mengutamakan keselamatan. Di tengah pandemi ini, program ini bisa menggerakkan ekonomi masyarakat. "Menyangkut masa depan anak-anak juga nanti, bagaimana kami merawatnya," ujar Made Merta, Jumat (11/12).
Kabupaten Buleleng menjadi salah satu lokasi program Indonesia Coral Reef Garden (ICRG) atau restorasi terumbu karang di Bali dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Program yang dikonsep padat karya untuk memberdayakan masyarakat pesisir yang terdampak pandemi Covid-19, melibatkan tenaga kerja sekitar 11.000 orang.
ICRG di Bali dilaksanakan dengan anggaran APBN KKP yang bersumber dari dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp 111,2 miliar. Targetnya pembentukan kebun karang atau taman laut seluas 50 hektar yang terpasang di 5 lokasi yaitu Nusa Dua, Sanur, Serangan, Pantai Pandawa, dan di pesisir Buleleng.
Kebun karang yang tengah dibangun diharapkan bukan hanya akan menjadi atraksi wisata bawah laut, tetapi dapat sebagai sarana edukasi, penelitian ataupun kegiatan riset. Struktur transplantasi karang dengan berbagai metode ditempatkan sesuai dengan habitat dan tema masing-masing lokasi.
Misalnya saja di Desa Les, Kecamatan Tejakula ada struktur karang berbentuk patung ikan badut atau ikan Nemo. Di Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, membuat patung-patung seniman sedang menari dan megambel. Desa ini juga membuat patung ranjau raksasa sebagai bagian sejarah pesisirnya.
Sebelum dimulainya kegiatan pembuatan struktur terumbu karang massal, koordinator desa dan tokoh pelestarian laut di 6 desa di Kabupaten Buleleng dipertemukan dalam pelatihan program padat karya yang dikoordinir Yayasan Alam Lestari Indonesia (LINI) pada 29 Oktober dan 1 November 2020 lalu.
Direktur Yayasan LINI, Gayatri mengatakan, ada banyak tantangan dalam program ini. Di antaranya, keinginan warga bisa menyelam namun tanpa sertifikat dan ingin ikut dalam tim penyelam. Selain itu juga terkait kondisi cuaca saat ini yang menjadi tantangan dalam proses penurunan struktur karang. "Program ini sifatnya bantu stimulus ekonomi, semoga bisa dimanfaatkan di Buleleng. Pertama kalinya KKP bekerja dengan LSM yang bisa menjembatani warga. Ini proses pembelajaran juga karena ini swakelola III, semua harus tercatat dan jelas," jelas Gayatri.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Buleleng, Gede Melandrat berharap semua tantangan dan masalah bisa dikomunikasikan karena ini kegiatan padat karya dan langsung dikerjakan oleh ribuan warga laki-laki dan perempuan.*cr75
Made Merta, Koordinator Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng, mengatakan, kegiatan penurunan harus mengutamakan keselamatan. Di tengah pandemi ini, program ini bisa menggerakkan ekonomi masyarakat. "Menyangkut masa depan anak-anak juga nanti, bagaimana kami merawatnya," ujar Made Merta, Jumat (11/12).
Kabupaten Buleleng menjadi salah satu lokasi program Indonesia Coral Reef Garden (ICRG) atau restorasi terumbu karang di Bali dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Program yang dikonsep padat karya untuk memberdayakan masyarakat pesisir yang terdampak pandemi Covid-19, melibatkan tenaga kerja sekitar 11.000 orang.
ICRG di Bali dilaksanakan dengan anggaran APBN KKP yang bersumber dari dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp 111,2 miliar. Targetnya pembentukan kebun karang atau taman laut seluas 50 hektar yang terpasang di 5 lokasi yaitu Nusa Dua, Sanur, Serangan, Pantai Pandawa, dan di pesisir Buleleng.
Kebun karang yang tengah dibangun diharapkan bukan hanya akan menjadi atraksi wisata bawah laut, tetapi dapat sebagai sarana edukasi, penelitian ataupun kegiatan riset. Struktur transplantasi karang dengan berbagai metode ditempatkan sesuai dengan habitat dan tema masing-masing lokasi.
Misalnya saja di Desa Les, Kecamatan Tejakula ada struktur karang berbentuk patung ikan badut atau ikan Nemo. Di Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, membuat patung-patung seniman sedang menari dan megambel. Desa ini juga membuat patung ranjau raksasa sebagai bagian sejarah pesisirnya.
Sebelum dimulainya kegiatan pembuatan struktur terumbu karang massal, koordinator desa dan tokoh pelestarian laut di 6 desa di Kabupaten Buleleng dipertemukan dalam pelatihan program padat karya yang dikoordinir Yayasan Alam Lestari Indonesia (LINI) pada 29 Oktober dan 1 November 2020 lalu.
Direktur Yayasan LINI, Gayatri mengatakan, ada banyak tantangan dalam program ini. Di antaranya, keinginan warga bisa menyelam namun tanpa sertifikat dan ingin ikut dalam tim penyelam. Selain itu juga terkait kondisi cuaca saat ini yang menjadi tantangan dalam proses penurunan struktur karang. "Program ini sifatnya bantu stimulus ekonomi, semoga bisa dimanfaatkan di Buleleng. Pertama kalinya KKP bekerja dengan LSM yang bisa menjembatani warga. Ini proses pembelajaran juga karena ini swakelola III, semua harus tercatat dan jelas," jelas Gayatri.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Buleleng, Gede Melandrat berharap semua tantangan dan masalah bisa dikomunikasikan karena ini kegiatan padat karya dan langsung dikerjakan oleh ribuan warga laki-laki dan perempuan.*cr75
Komentar