Selain Dalami Ilmu Leak, Jadi Balian Panengen Sejak Kelas III SMP
Balian panengen yang didalami Jro Mangku Puspa khusus untuk membantu orang yang menderita sakit non medis. Penyakit non medis yang disebabkan desti, papasangan, bebai, teluh, terangjana, moro, dan sebagainya.
Misteri Ilmu Pangleakan Jro Mangku Gde Puspa, Pamangku di Pura Dalem Desa Pakraman Nongan
Amlapura, NusaBali
Sejak mendalami ilmu leak suci dengan menghayati dan mengamalkan isi Lontar Durga Bhairawi, anugerah Ida Bhatari Durga melalui sang kakek Guru Mangku Tegeg, Jro Mangku Gde Puspa alias Jro Gede Dalem Gwaji, tokoh spiritual dari Banjar Sekar, Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Karangasem, sejak itu pula jadi balian (dukun). Karenanya, Mangku Puspa kerap didatangi orang untuk minta bantuan, menyingkirkan dan menyembuhkan penyakit gaib yang diderita si pasien.
Amlapura, NusaBali
Sejak mendalami ilmu leak suci dengan menghayati dan mengamalkan isi Lontar Durga Bhairawi, anugerah Ida Bhatari Durga melalui sang kakek Guru Mangku Tegeg, Jro Mangku Gde Puspa alias Jro Gede Dalem Gwaji, tokoh spiritual dari Banjar Sekar, Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Karangasem, sejak itu pula jadi balian (dukun). Karenanya, Mangku Puspa kerap didatangi orang untuk minta bantuan, menyingkirkan dan menyembuhkan penyakit gaib yang diderita si pasien.
Mangku Puspa aktif mendalami Lontar Durga Bhairawi sejak duduk di kelas III SMP Dwijendra Gianyar, tahun 1970. Padahal Mangku Puspa awalnya tidak mengetahui, untuk apa mempelajari isi Lontar Durga Bhairawi. Lantaran sang kakek yang memberikan amanat, maka dia tunduk saja.
Ternyata ada dua manfaat yang didapatkannya, selain menguasai ilmu leak tingkat tinggi yang merupakan titah Ida Bhatari Durga, juga mahir sebagai balian panengen (balian aliran kanan). Mangku Puspa, ayah empat anak ini di keluarganya merupakan putra ketujuh dari delapan bersaudara. Dia dilahirkan dari pasangan suami istri almarhum I Made Dudun dan Ni Luh Treni.
Diakuinya, setelah usianya menginjak 61 tahun dan setelah menjadi balian, barulah disadari ternyata balian itu banyak versinya, yakni balian ketakson (melalui taksu), balian kapican (nyungsung benda bertuah), balian usada (belajar), balian campuran (belajar dan ketakson), balian panengen (balian aliran kanan), balian pangiwa (balian bisa mengobati dan menyakiti), dan sebagainya.
Balian panengen yang didalaminya, khusus untuk membantu orang yang menderita sakit secara gaib atau non medis. Penyakit non medis yang disebabkan desti, papasangan (benda diisi kekuatan magis), bebai (penyakit dibuat dari raga janin), teluh (guna-guna), terangjana (membunuh jarak jauh dari teropong penglihatan gaib), moro (penyakit merusak wajah), dan sebagainya.
Setiap hari silih berganti warga berdatangan ke rumahnya di Banjar Sekar, mohon agar penyakit yang dideritanya bisa sembuh. Sebab, penyakit secara gaib itu cenderung menyerang badan halus manusia, sukma sarira, sehingga fisiknya (sthula sarira) menjadi goyah.
Mangku Puspa sebelum mengobati, akan selalu matur piuning mohon petunjuk Ida Bhatari Durga. Setiap pasien yang datang diajak masuk ke gedung suci satu persatu, memohon petunjuk agar segala unsur penyakit misterius bisa lenyap secara gaib pula. Sebab, konsep tri kona, yakni, lahir, hidup, dan mati, ada di tangan Sang Maha Kuasa. “Saya ini kan perantara, ada orang datang minta tolong saya layani. Tetapi saya selalu mohon petunjuk Beliau,” jelas Mangku Puspa di kediamannya di Banjar Sekar, Sabtu (8/10).
Salah seorang pengikut Mangku Puspa, Luh Gede Manis, dari Jalan Turi Kesiman Denpasar menikah ke Desa Pakraman Tenganan Pagringsingan, Kecamatan Manggis, meyakini setelah mohon anugerah Ida Bhatari Durga melalui Mangku Puspa, penyakit non medis yang dideritanya sejak lama sembuh total. “Saya lama sakit, sudah diobati secara medis tidak kunjung sembuh. Atas petunjuk beliau, berobat ke sini, sekarang sudah sembuh,” jelas Ni Luh Gede Manis, bidan yang bertugas di RSUP Sanglah, Denpasar.
Mangku Puspa sempat membuat heboh saat atraksi menjulurkan lidah di Pura Dalem Desa Nongan, Kecamatan Rendang, pada Saniscara Wage, Medangsia, Sabtu (1/10). Aksi tersebut merupakan rangkaian Karya Mamungkah lan Nubung Daging di Pura Dalem, Desa Pakraman Nongan. * nantra
1
Komentar