Akhir Tahun, Tingkat Hunian Hotel di Tabanan Diprediksi Tetap Mati Suri
TABANAN, NusaBali
Selama pandemi Covid-19, akomodasi pariwisata di Tabanan khususnya hotel dan restoran ibarat mati suri.
Bahkan libur akhir tahun 2020 ini pun diprediksi tak akan berpengaruh terhadap tingkat hunian hotel di Tabanan. Sebelum pandemi, hotel dan restoran di Tabanan didominasi oleh wisatawan asing seperti Amerika dan Eropa.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Tabanan I Gusti Bagus Made Damara, menjelaskan meskipun di akhir tahun ini kunjungan wisatawan ramai ke sejumlah tempat wisata dan restoran di Tabanan, tetapi untuk hunian hotel tidak terpengaruh.
Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya, sebelum pandemi Covid-19 hunian hotel di Tabanan didominasi oleh wisatawan Eropa dan Amerika dan sebagian Asia dibandingkan wisatawan domestik.
“Sekarang wisatawan asing belum datang ke Bali, yang sudah datang kembali adalah domestik. Sementara domestik lebih mencari tempat menginap yang ‘mewah’ seperti di Ubud, Badung, dan Denpasar,” ungkap Gusti Bagus Damara, Minggu (13/12).
Dengan kondisi tersebut diprediksi tingkat hunian hotel di Tabanan masih belum ada perubahan. Apalagi market wisata mancanegara belum dibuka, maka 90 persen tingkat hunian hotel sepi. “Berbeda dengan restoran yang mungkin masih signifikan didatangi tamu, karena ketika mereka berwisata akan mencari makan di tempat terdekat,” kata Gusti Bagus Damara.
Sementara kondisi akomodasi wisata di Tabanan, dari 400 akomodasi yang ada di Tabanan sebagian besar masih tutup. Kondisi ini dilakukan selain tidak ada tamu, untuk menekan biaya operasional yang sangat tinggi jika dibuka, juga soal gaji karyawan dan maintenance areanya. “Coba dibayangkan, sudah sembilan bulan lebih hotel tutup, sehingga cukup banyak biaya pemeliharaan dan pemulihan untuk fasilitasnya,” tegas Gusti Bagus Damara. *des
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Tabanan I Gusti Bagus Made Damara, menjelaskan meskipun di akhir tahun ini kunjungan wisatawan ramai ke sejumlah tempat wisata dan restoran di Tabanan, tetapi untuk hunian hotel tidak terpengaruh.
Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya, sebelum pandemi Covid-19 hunian hotel di Tabanan didominasi oleh wisatawan Eropa dan Amerika dan sebagian Asia dibandingkan wisatawan domestik.
“Sekarang wisatawan asing belum datang ke Bali, yang sudah datang kembali adalah domestik. Sementara domestik lebih mencari tempat menginap yang ‘mewah’ seperti di Ubud, Badung, dan Denpasar,” ungkap Gusti Bagus Damara, Minggu (13/12).
Dengan kondisi tersebut diprediksi tingkat hunian hotel di Tabanan masih belum ada perubahan. Apalagi market wisata mancanegara belum dibuka, maka 90 persen tingkat hunian hotel sepi. “Berbeda dengan restoran yang mungkin masih signifikan didatangi tamu, karena ketika mereka berwisata akan mencari makan di tempat terdekat,” kata Gusti Bagus Damara.
Sementara kondisi akomodasi wisata di Tabanan, dari 400 akomodasi yang ada di Tabanan sebagian besar masih tutup. Kondisi ini dilakukan selain tidak ada tamu, untuk menekan biaya operasional yang sangat tinggi jika dibuka, juga soal gaji karyawan dan maintenance areanya. “Coba dibayangkan, sudah sembilan bulan lebih hotel tutup, sehingga cukup banyak biaya pemeliharaan dan pemulihan untuk fasilitasnya,” tegas Gusti Bagus Damara. *des
1
Komentar