Kualitas Air Menurun, Bali Water Protection Gerakkan Tiga Program
DENPASAR, NusaBali
Bali yang terkenal sebagai surga karena keindahan alamnya, kini tengah terancam oleh krisis air.
Secara teknis, ada tiga hal yang menjadi indikasi masalah, yaitu penurunan muka air tanah, disusul intrusi air laut ke lapisan akuifer, dan polusi air permukaan.Begitu sorotan Yayasan IDEP Selaras Alam, melalui gerakan Bali Water Protection (BWP).
“Pada hasil riset kami dan Politeknik Negeri Bali menunjukkan bahwa adanya penurunan debit air tanah dan penurunan kualitas air tanah di beberapa daerah di pulau Bali. Penurunan debit air bawah tanah yang disebabkan banyaknya pengambilan tanpa ada pengembalian yang seimbang membuat aquifer tanah menjadi kosong,” ujar Dewie Anggraini, Communication Officer Bali Water Protection Program, Senin (30/11).
Kosongnya aquifer inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya intrusi air laut. Air laut masuk mengisi kantong-kantong air tanah yang telah kosong dan bercampur dengan air tawar. Kondisi pencampuran air asin dan air tawar yang menjadi air payau ini membuat kualitas air tanah menurun dan tidak dapat dikembalikan seperti sediakala.
BWP sendiri merupakan program yang berupaya untuk menghentikan intrusi air laut menyebar lebih jauh lagi ke daratan. Dalam perkembangannya, BWP memiliki tiga program, yaitu program Adopsi Sumur, Adopsi Sungai, dan Adopsi Air. “Adopsi Sumur bekerja untuk membuat sumur imbuhan yang berfungsi untuk menyuntikkan air hujan ke lapisan akuifer yang kosong dan mencegah intrusi air laut dengan memasang total 136 sumur resapan di sembilan kabupaten/kota di Bali. Sejauh ini sudah ada 25 sumur yang terbangun dan 6 lagi sedang dalam proses pembangunan,” paparnya.
Sementara itu, program Adopsi Sungai merupakan program edukasi, di mana untuk meningkatkan pengetahuan tentang lingkungan dan terutama air, BWP menargetkan untuk memberikan kelas pembelajaran ke 133 sekolah. Kelas pembelajaran yang dimaksud, terdiri dari penyerahan materi pembelajaran, video animasi, komik, alat pengelolaan limbah, dan kegiatan penanaman pohon. “Sejauh ini kami sudah bekerja sama dengan 53 sekolah dari sembilan kabupaten/kota di Bali,” lanjut Dewie.
Dalam memanfaatkan berbagai materi edukasi tersebut, BWP melakukan pendampingan berupa pemberian presentasi tentang kondisi air di Bali, bagaimana jika masyarakat merawatnya dan bagaimana jika masyarakat tidak merawatnya. Pemaparan materi ini juga dilengkapi dengan pemutaran video kebencanaan yang berkaitan dengan air. Media-media lain, seperti komik edukasi dengan tema ‘Rawatlah Sungaimu’ diberikan ke perpustakaan sekolah. Pembinaan ini dilakukan satu kali dengan sasaran sekolah-sekolah dasar negeri di Bali, terutama di sekolah yang dekat dengan DAS (Daerah Aliran Sungai).
Terakhir, program Adopsi Air dilakukan untuk meningkatkan dan mengkampanyekan kesadaran masyarakat luas di pulau Bali maupun di luar Bali, bahwa Bali sedang dalam ancaman kekeringan dan juga penting bagi seluruh masyarakat untuk menjaga dan merawat sumber air bersih.
Kampanye oleh BWP ini telah gencar dilakukan sejak 2018 dengan membuat stakeholder meeting, talkshow, webinar, kampanye melalui media sosial dan TV nasional, menerbitkan artikel, membuat banner dan yang paling terakhir adalah membuat festival online dengan total penonton 1.870 orang.*cr74
Komentar