Bantu Pamedek Nunas Toya Segara, Ada yang Dapat Rp 500.000
Puluhan Anak Pesisir Kais Rezeki Saat Upacara Nangluk Merana di Pantai Lebih
Sekali mencebur ke laut untuk bantu pamedek nunas toya segara saat upacara nangluk merada di Pantai Lebih, anak-anak pesisir bisa dapatkan upah sampai Rp 10.000
GIANYAR, NusaBali
Upacara Nangluk Merana yang digelar di Pesisir Pantai Lebih, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar tepat Tilem Kanem pada Soma Wage Prangbakat, Senin (14/12), menjadi rezeki tersendiri bagi anak-anak pantai. Mereka rata-rata meraup ratusan ribu rupiah dalam sehari, atas jasanya membantu pamedek (uamat yang tangkil sembahyang) nunas toya segara.
Saat digelarnya upacara Nangluk Merana di Pantai Lebih, Senin kemarin, ada sekitar 50 anak-anak yang rela menceburkan diri ke laut. Anak-anak ini membantu pamedek nunas toya segara (air suci dari laut). Setelah jerigen berisi toya segara milik pamedek penuh, anak-anak ini diberikan upah mulai Rp 2.000 sampai Rp 10.000 per jerigen.
Salah satu anak remaja, I Putu Agus Januarta, 16, bahkan mengaku bisa mengumpulkan upah sekitar Rp 300.000 dalam sehari pelaksanaan upacara Nangluk Merana di Pantai Lebih kemarin. Jumlah upah yang didapat masing-masing anak berbeda-beda, tergantung kegigihannya dan keberuntungan.
Menurut Putu Agus, jumlah anak pangtai yang mengais rezeki dari upacara Nangluk Merana kemarin lebih dari 50 orang. Mereka berusia kisaran 10-16 tahun. Semuanya memiliki keahlian berenang, sehingga tampak tanpa beban ketika mencebur ke laut untuk nunas toya segara.
"Kalau dihitung, lebih dari 50 anak-anak yang mengais rezeki ini. Tapi, mereka datang sendiri-sendiri, tidak bergerombol, tak ada yang mengkoordinir," cerita remaja asal Banjar Peteluan, Desa Temesi, Kecamatan Gianyar yang biasa lancong ke rumah ibunya di Desa Lebih ini, kepada NusaBali.
Putu Agus mengaku setiap momentum pelaksanaan upacara Nangluk Merana di Pantai Lebih, selalu datang untuk mencari uapng dengan menjual jasa nunas toya segara. "Ini sudah rutinitas saya sejak baru masuk SMP," tutur remaja berusia 16 tahun yang siswa Kelas X salah satu SMA swasta di Gianyar ini.
Putu Agus dan beberapa temannya kemarin sudah tiba di Pantai Lebih sejak pagi pukul 05.30 Wita. Menurut Putu Agus, upacara Nangluk Merana menjadi ladang penghasilan, karena kondisi ombak yang cukup besar dan tinggi, sehingga menyulitkan pamedek untuk turun langsung nunas toya segara sendirian. "Airnya jarang surut, makanya yang sembahyang lebih baik memanfaatkan jasa anak-anak seperti kita ini," katanya.
Meskipun banyak saingan, kata Putu Agus, hampir semua dari 50 anak-anak ini mendapatkan rezeki di Pantai Lebih. Kepada para pamedek, anak-anak ini dengan sopan menawarkan diri: "Bu, tiyang nunasin tirta nggih!" Begitu diiyakan, anak-anak ini langsung bergegas menceburkan diri ke laut sambil membawa jerigen untuk diisi toya segara.
Putu Agus sendiri mengaku membawa pulang uang upah sekitar Rp 300.000 dari jasa nunas toya segara kmemarin. Uang tersebut akan digunakan untuk jajan sehari-hari. Bahkan, ada temannya yang sampai mendapatkan upah Rp 500.000.
Sementara itu, melihat aktivitas anak-anak pantai yang menjual jasa nunas tirta segara tersebut, Kasat Pol Air Polres Gianyar, Iptu Wayan Antariksawan, mengaku selalu mengawasi mereka. Jangan sampai, anak-anak ini terlalku jauh ke tengah laut saat ombak Pantai Lebih mengganas.
Menurut Iptu Antariksawan, anak-anak ini diyakini sudah memiliki keahlian berenang secara otodidak. "Mereka anak pantai, jadi kita percaya mereka berbuat sesuai kemampuan. Namun demikian, kita tetap awasi bersama Balawista, terutama jika ada yang terlalu jauh ke tengah laut," jelas Iptu Antariksawan. "Khusus pelaksanaan upacara Nangluk Merana hari ini (kemarin), ada 4 pantai yang kita atensi, yakni Pantai Lebih, Pantai Masceti, Pantai Pering, dan Pangtai Purnama," imbuhnya.
Paparan senada diungkapkan Bendesa Adat Lebih, I Wayan Wisma, 54. Menurut Wayan Wisma, pemandangan anak-anak bantu pamedek nunas toya segara itu sudah hal biasa di Pantai Lebih. "Anak-anak itu memang sehari-hari bergelut dengan ombak. Namun demikian, kita tetap imbau mereka agar hati-hati," terang Wayan Wisma.
Terkait upacara Nangluk Meran di Pantai Lebih, kata Wayan Wisma, merupakan upacara ritual yang rutin diselenggarakan Pemkab Gianyar setahun sekali sebagai upaya niskala untuk mohon keselamatan. Desa Adat Lebih selalu kebagian tugas untuk mempersiapkan prosesinya.
Yang membedakan pelaksanaan upacara Nagnluk Merana kali ini adalah penerapan protokol kesehatan cegah Covid-19. "Jumlah pamedek yang terlibat dibatasi agar tidak berkerumun. Pemedek yang datang wajib mentaati protokol kesehatan," katanya. *nvi
Upacara Nangluk Merana yang digelar di Pesisir Pantai Lebih, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar tepat Tilem Kanem pada Soma Wage Prangbakat, Senin (14/12), menjadi rezeki tersendiri bagi anak-anak pantai. Mereka rata-rata meraup ratusan ribu rupiah dalam sehari, atas jasanya membantu pamedek (uamat yang tangkil sembahyang) nunas toya segara.
Saat digelarnya upacara Nangluk Merana di Pantai Lebih, Senin kemarin, ada sekitar 50 anak-anak yang rela menceburkan diri ke laut. Anak-anak ini membantu pamedek nunas toya segara (air suci dari laut). Setelah jerigen berisi toya segara milik pamedek penuh, anak-anak ini diberikan upah mulai Rp 2.000 sampai Rp 10.000 per jerigen.
Salah satu anak remaja, I Putu Agus Januarta, 16, bahkan mengaku bisa mengumpulkan upah sekitar Rp 300.000 dalam sehari pelaksanaan upacara Nangluk Merana di Pantai Lebih kemarin. Jumlah upah yang didapat masing-masing anak berbeda-beda, tergantung kegigihannya dan keberuntungan.
Menurut Putu Agus, jumlah anak pangtai yang mengais rezeki dari upacara Nangluk Merana kemarin lebih dari 50 orang. Mereka berusia kisaran 10-16 tahun. Semuanya memiliki keahlian berenang, sehingga tampak tanpa beban ketika mencebur ke laut untuk nunas toya segara.
"Kalau dihitung, lebih dari 50 anak-anak yang mengais rezeki ini. Tapi, mereka datang sendiri-sendiri, tidak bergerombol, tak ada yang mengkoordinir," cerita remaja asal Banjar Peteluan, Desa Temesi, Kecamatan Gianyar yang biasa lancong ke rumah ibunya di Desa Lebih ini, kepada NusaBali.
Putu Agus mengaku setiap momentum pelaksanaan upacara Nangluk Merana di Pantai Lebih, selalu datang untuk mencari uapng dengan menjual jasa nunas toya segara. "Ini sudah rutinitas saya sejak baru masuk SMP," tutur remaja berusia 16 tahun yang siswa Kelas X salah satu SMA swasta di Gianyar ini.
Putu Agus dan beberapa temannya kemarin sudah tiba di Pantai Lebih sejak pagi pukul 05.30 Wita. Menurut Putu Agus, upacara Nangluk Merana menjadi ladang penghasilan, karena kondisi ombak yang cukup besar dan tinggi, sehingga menyulitkan pamedek untuk turun langsung nunas toya segara sendirian. "Airnya jarang surut, makanya yang sembahyang lebih baik memanfaatkan jasa anak-anak seperti kita ini," katanya.
Meskipun banyak saingan, kata Putu Agus, hampir semua dari 50 anak-anak ini mendapatkan rezeki di Pantai Lebih. Kepada para pamedek, anak-anak ini dengan sopan menawarkan diri: "Bu, tiyang nunasin tirta nggih!" Begitu diiyakan, anak-anak ini langsung bergegas menceburkan diri ke laut sambil membawa jerigen untuk diisi toya segara.
Putu Agus sendiri mengaku membawa pulang uang upah sekitar Rp 300.000 dari jasa nunas toya segara kmemarin. Uang tersebut akan digunakan untuk jajan sehari-hari. Bahkan, ada temannya yang sampai mendapatkan upah Rp 500.000.
Sementara itu, melihat aktivitas anak-anak pantai yang menjual jasa nunas tirta segara tersebut, Kasat Pol Air Polres Gianyar, Iptu Wayan Antariksawan, mengaku selalu mengawasi mereka. Jangan sampai, anak-anak ini terlalku jauh ke tengah laut saat ombak Pantai Lebih mengganas.
Menurut Iptu Antariksawan, anak-anak ini diyakini sudah memiliki keahlian berenang secara otodidak. "Mereka anak pantai, jadi kita percaya mereka berbuat sesuai kemampuan. Namun demikian, kita tetap awasi bersama Balawista, terutama jika ada yang terlalu jauh ke tengah laut," jelas Iptu Antariksawan. "Khusus pelaksanaan upacara Nangluk Merana hari ini (kemarin), ada 4 pantai yang kita atensi, yakni Pantai Lebih, Pantai Masceti, Pantai Pering, dan Pangtai Purnama," imbuhnya.
Paparan senada diungkapkan Bendesa Adat Lebih, I Wayan Wisma, 54. Menurut Wayan Wisma, pemandangan anak-anak bantu pamedek nunas toya segara itu sudah hal biasa di Pantai Lebih. "Anak-anak itu memang sehari-hari bergelut dengan ombak. Namun demikian, kita tetap imbau mereka agar hati-hati," terang Wayan Wisma.
Terkait upacara Nangluk Meran di Pantai Lebih, kata Wayan Wisma, merupakan upacara ritual yang rutin diselenggarakan Pemkab Gianyar setahun sekali sebagai upaya niskala untuk mohon keselamatan. Desa Adat Lebih selalu kebagian tugas untuk mempersiapkan prosesinya.
Yang membedakan pelaksanaan upacara Nagnluk Merana kali ini adalah penerapan protokol kesehatan cegah Covid-19. "Jumlah pamedek yang terlibat dibatasi agar tidak berkerumun. Pemedek yang datang wajib mentaati protokol kesehatan," katanya. *nvi
Komentar