Permintaan Tinggi, Bahan Baku Gula Pedawa Makin Berkurang
SINGARAJA, NusaBali
Tingginya permintaan gula merah khas Desa Pedawa berbanding terbalik dengan keberadaan bahan bakunya, yakni pohon Aren yang semakin berkurang di desa itu.
Petani Aren di Desa Pedawa kini cukup kesulitan mendapatkan bahan baku guna memenuhi tingginya permintaan gula Pedawa. Hal ini disampaikan oleh Ketua Kelompok Tani Aren Getah Uyung Desa Pedawa, Ketut Sudiarta, Rabu (16/12) usai pengukuhan Kelompok Tani Aren Getah Uyung di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng. Dia mengungkapkan, luas lahan kebun Aren saat ini hanya 10 persen dari total luas lahan perkebunan di desa.
Padahal lahan perkebunan di Desa Pedawa sempat didominasi pohon Aren yang mencapai 90 persen. Semakin menyusutnya lahan pohon Aren tak lain disebabkan alih fungsi lahan. Masyarakat Desa Pedawa yang dulunya mengandalkan pohon Aren sebagai sumber perekonomian kini bergeser ke tanaman lain seperti Cengkih.
Dia menambahkan, populasi pohon Aren sebagai bahan baku gula merah Pedawa juga semakin berkurang dan kini hanya tersisa sekitar 200 pohon. Hal ini tentu berdampak pada penurunan jumlah produksi gula Pedawa yang peminatnya cukup tinggi. "Produksi kami pun belum bisa memenuhi tingginya permintaan gula Pedawa," akunya.
Sudiarta mengungkapkan, permintaan gula merah Pedawa setiap bulan rata-rata mencapai 1 ton. Bahkan, kata dia, sempat ada permintaan sebanyak 10 ton. Sementara para petani di desa hanya mampu memproduksi hingga 100 kilogram setiap bulannya. "Artinya ada 900 kilogram potensi pasar gula merah Pedawa yang belum bisa kami isi," katanya.
Dirinya pun tak menampik sedikitnya pohon Aren yanh jadi bahan baku gula merah masih jadi kendala. Karena itu dia bersama 21 petani lainnya yang tergabung dalam kelompok akan terus berusaha menggencarkan penanaman dan pembibitan pohon Aren. Beberapa waktu lalu kelompok ini melakukan penanaman sekitar 500 pohon Aren.
"Namun tidak semuanya yang kami tanam bisa bertahan. Sementara pohon Aren yang sudah ada akan terus kami lestarikan. Soal pelestarian pohon Aren kami juga akan coba usulkan ke Pak Perbekel agar ada Perarem Desa yang mengatur tentang ini, karena roh Desa Pedawa adalah aren," tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Made Suamiarta menyampaikan, dirinya tengah merancang program pembibitan pohon Aren pada tahun 2021 nanti. Hal ini untuk menjawab persoalan semakin berkurangnya jumlah pohon aren di Desa Pedawa dan sekitarnya. "Langkah awal ini tentunya dengan melibatkan kelompok-kelompok tani," ujarnya.
Dirinya mengakui pembibitan pohon Aren selama ini belum sepenuhnya maksimal dilakukan. Sehingga, jumlah pohon Aren di Desa Pedawa dan sekitarnya yang kini tersisa tak lebih dari 5.000 pohon. "Itupun tidak semuanya produktif. Artinya bahan baku yang dihasilkan dari pohon tersebut untuk pemenuhan gula merah masih sangat kurang," katanya.
"Pohon Aren membutuhkan waktu hingga 5-7 tahun untuk siap disadap. Kami coba upayakan dengan varietas genjah. Mudah-mudahan ada temuan dari daerah lain. Namun kami lebih upayakan dengan local genius (kearifan lokal) dulu. Minimal pohon Aren di Pedawa yang hasil produksinya bagus kami buat pembibitan," tandasnya.*cr75
Padahal lahan perkebunan di Desa Pedawa sempat didominasi pohon Aren yang mencapai 90 persen. Semakin menyusutnya lahan pohon Aren tak lain disebabkan alih fungsi lahan. Masyarakat Desa Pedawa yang dulunya mengandalkan pohon Aren sebagai sumber perekonomian kini bergeser ke tanaman lain seperti Cengkih.
Dia menambahkan, populasi pohon Aren sebagai bahan baku gula merah Pedawa juga semakin berkurang dan kini hanya tersisa sekitar 200 pohon. Hal ini tentu berdampak pada penurunan jumlah produksi gula Pedawa yang peminatnya cukup tinggi. "Produksi kami pun belum bisa memenuhi tingginya permintaan gula Pedawa," akunya.
Sudiarta mengungkapkan, permintaan gula merah Pedawa setiap bulan rata-rata mencapai 1 ton. Bahkan, kata dia, sempat ada permintaan sebanyak 10 ton. Sementara para petani di desa hanya mampu memproduksi hingga 100 kilogram setiap bulannya. "Artinya ada 900 kilogram potensi pasar gula merah Pedawa yang belum bisa kami isi," katanya.
Dirinya pun tak menampik sedikitnya pohon Aren yanh jadi bahan baku gula merah masih jadi kendala. Karena itu dia bersama 21 petani lainnya yang tergabung dalam kelompok akan terus berusaha menggencarkan penanaman dan pembibitan pohon Aren. Beberapa waktu lalu kelompok ini melakukan penanaman sekitar 500 pohon Aren.
"Namun tidak semuanya yang kami tanam bisa bertahan. Sementara pohon Aren yang sudah ada akan terus kami lestarikan. Soal pelestarian pohon Aren kami juga akan coba usulkan ke Pak Perbekel agar ada Perarem Desa yang mengatur tentang ini, karena roh Desa Pedawa adalah aren," tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Made Suamiarta menyampaikan, dirinya tengah merancang program pembibitan pohon Aren pada tahun 2021 nanti. Hal ini untuk menjawab persoalan semakin berkurangnya jumlah pohon aren di Desa Pedawa dan sekitarnya. "Langkah awal ini tentunya dengan melibatkan kelompok-kelompok tani," ujarnya.
Dirinya mengakui pembibitan pohon Aren selama ini belum sepenuhnya maksimal dilakukan. Sehingga, jumlah pohon Aren di Desa Pedawa dan sekitarnya yang kini tersisa tak lebih dari 5.000 pohon. "Itupun tidak semuanya produktif. Artinya bahan baku yang dihasilkan dari pohon tersebut untuk pemenuhan gula merah masih sangat kurang," katanya.
"Pohon Aren membutuhkan waktu hingga 5-7 tahun untuk siap disadap. Kami coba upayakan dengan varietas genjah. Mudah-mudahan ada temuan dari daerah lain. Namun kami lebih upayakan dengan local genius (kearifan lokal) dulu. Minimal pohon Aren di Pedawa yang hasil produksinya bagus kami buat pembibitan," tandasnya.*cr75
Komentar