Hirup Gas Beracun, Empat Tewas
Petaka Maut di Pabrik Penyamakan Kulit di Jimbaran, Badung
Korban yang juga pemilik usaha, Boidon Tambunan merupakan kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang menjabat Ketua DPRt (Ranting) PSI Benoa, Kuta Selatan, Badung.
MANGUPURA, NusaBali
Peristiwa maut terjadi di sebuah Ruko berlantai dua, tepatnya di Perum Taman Griya, Jalan Danau Batur Raya Nomor 49 B, Lingkungan Taman Griya, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Sabtu (19/12) pukul 10.00 Wita. Bos pabrik penyamakan kulit, Boidon Manapar Tambunan,43, bersama tiga orang karyawannya, Rivaldo Simagunsong,22, Ardi Silitonga,22, dan Jaksa Napitupulu,20, tewas setelah menghirup gas kimia beracun yang diduga bocor di dalam pabrik penyamakan kulit tersebut. Korban Boidon Tambunan merupakan kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang menjabat Ketua DPRt PSI Benoa.
Kapolsek Kuta Selatan, Kompol Agustinus Yusak Sooai, mengungkapkan ada tiga karyawan tewas di lokasi kejadian sebelum dilarikan RS Bali Jimbaran. Sementara bos pabrik, Boidon Tambunan menghembuskan napas terakhirnya setelah beberapa saat mendapat pertolongan dari tim medis di RS Bali Jimbaran.
"Kami belum bisa memastikan seperti apa kondisi di dalam ruko itu. Sampai saat ini kami belum berani masuk ke dalam karena takut keracunan. Para korban tadi bisa dievakuasi dari dalam ruangan oleh tim Basarnas Bali menggunakan tabung pengaman. Besok (hari ini) baru tim labfor datang untuk melakukan olah TKP," ungkap Kompol Agustinus.
Untuk kepentingan lebih lanjut ungkap Kompol Agustinus, jasad para korban dititipkan di RS Bali Jimbaran. Sementara ruko lokasi kejadian dipasangi garis polisi. Warga sekitar dilarang untuk masuk ke dalam garis polisi yang terpasang.
"Untuk sementara lokasi kami amankan agar tidak terjadi kejadian yang tak diinginkan," ungkapnya. Kompol Agustinus membeberkan korban Boidon (bos perusahaan) tinggal di Perum Taman Griya, Jalan Danau Batur Raya Nomor 50, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung tepat di samping kanan Ruko tempat lokasi kejadian. Sementara tiga karyawannya yang tewas dalam peristiwa itu tinggal di Perum Taman Griya, Jalan Batur Raya Nomor 49 B, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung atau di ruko lokasi TKP.
Hal senada disampaikan Kasat Reskrim Polresta Denpasar, Kompol I Dewa Putu Gede Anom Danujaya. Menurutnya pihaknya belum bisa menduga-duga penyebab peristiwa tersebut. Kepolisian belum berani melakukan tindakan karena takut ikut keracunan.
"Saya belum bisa menjelaskan detailnya karena kami belum berani masuk ke dalam. Benar ada empat orang meninggal. Diduga akibat gas kimia beracun bocor. Bocornya karena apa, belum bisa diduga-duga. Posisi tabung gas dan posisi para korban saat kejadian juga belum diketahui secara persis," ungkap Kompol Dewa Danunjaya saat ditemui di lokasi kejadian, kemarin. Sementara seorang tetangga korban Boidon Tambunan yang mengaku bernama Dini mengatakan tidak mengetahui persis awal mula kejadian itu. Tiba-tiba mobil ambulance dan mobil pemadam kebakaran datang. Setelah itu polisi dan tentara juga datang ke lokasi.
Saat itu Dini coba keluar dari warungnya yang berada tepat di samping kanan rumah Boion Tambunan menuju ke depan ruko. Dia melihat bos perusahaan yang dikenalnya dengan panggilan pak Boy itu dibawa masuk ke dalam ambulance.
"Awalnya saya kira pak Boy kena Corona. Karena tidak ada asap, tapi ada mobil pemadam. Ternyata ada gas beracun kata polisi. Kami dilarang mendekati lokasi karena berbahaya kata polisi," ungkap Dini. Mendengar ada gas beracun dari ruko itu membuat Dini kaget. Karena yang dia kenal Ruko itu adalah tempat tambal ban dan las. Sebelum jadi tempat las dan tambal ban, ruko itu adalah warung makan yang dikelola oleh istri dari Boidon.
"Dulu pak Boy pernah minta tandatangan untuk buka usaha pabrik penyamak kulit. Tapi kami waktu itu tidak mau. Tadi saya kaget ternyata pabrik kulit itu berjalan. Karena sebelumnya di situ warung. Tiga bulan belakangan baru buka tambal ban dan las," ungkap Dini. Dini mengaku meski mengenal tetangganya itu tapi sekadar kenal nama saja. Di rumah dia tinggal bersama istri dan anaknya tiga orang dan seorang pembantu.
"Bisanya yang bekerja di situ 6 orang termasuk pak Boy itu. Tadi ada dua orang yang selamat," tandasnya.
Sementara para karyawan toko pusat penjualan aksesoris dan service komputer dan smart phone yang berada di samping kiri ruko itu tetap bekerja seperti biasa. "Saat kejadian tadi kami tidak mencium bau apa-apa," ungkap salah seorang karyawan saat dimintai keterangan, kemarin.
Terpisah Kepala Basarnas Denpasar, Gede Darmada, mengatakan peristiwa yang menelan 4 korban jiwa itu terjadi sekitar pukul 10.00 Wita. Pihaknya menerima laporan pukul 10.10 Wita. Pukul 10.20 Wita tim Basarnas tiba di lokasi kejadian dan melakukan evakuasi. Pukul 10.50 Wita tiga orang korban yang tewas di dalam ruko berhasil dievakuasi keluar.
"Peristiwa itu terjadi saat para korban tengah bekerja. Karena mengandung racun seketika para korban lemas dan meninggal. Ada tiga orang yang meninggal di lokasi kejadian. Jasad para korban lalu dievakuasi ke RSUP Sanglah Denpasar menggunakan ambulance BPBD Kabupaten Badung," ungkap Darmada.
Darmada mengatakan pada saat peristiwa terjadi di ruko itu ada tiga orang yang selamat, yakni Boidon Manapar Tambunan, 40, Daud Cahya Pamungkas, 40, dan Deny Waldi Rajaguguk, 23. Namun Boidon akhirnya meninggal dunia setelah di RS Bali Jimbaran.
Lurah Jimbaran, I Ketut Rimbawan, saat dihubungi kemarin mengatakan dirinya baru mengetahui terkait adanya ruko yang digunakan untuk meracik bahan penyamak kulit yang dijadikan aksesoris tas dan sepatu itu. Selama ini, belum ada laporan ke kelurahan, apalagi lokasi tersebut meracik bahan kimia berbahaya. Menurut dia, dari sejumlah informasi yang diterima, keberadaan pemilik rumah yang menjadi salah satu korban gas beracun itu sedikit tertutup.
"Sejak kapan beroperasi itu yang harus didalami lagi," ungkap Ketut Rimbawan. Hal senada juga disampaikan Kepala Lingkungan (Kaling) Taman Griya, I Ketut Ari Sudarsana. Menurut dia, lokasi kejadian dulunya dipergunakan sebagai lokasi tempat cuci sepeda motor. Namun, semenjak wabah Covid-19, lokasi itu sudah berubah menjadi tempat meracik bahan penyamak warna untuk aksesoris sepatu dan tas. Diakuinya, selama ini, keberadaan korban cukup tertutup dan tidak terlalu bergaul dengan orang sekitar.
"Korban ini tinggal sendiri bersama dua orang anak yang masih kecil. Istrinya sudah meninggal," kata Kaling Sudarsana. Dia juga tidak mengetahui secara pasti lokasi itu dijadikan kantor partai politik, termasuk kegiatan yang dilakukan oleh pemilik rumah itu. Hanya saja, di rumah itu terdapat pula plang yang menunjukan konsultasi perpajakan. Namun, dari sepengatahuan Sudarsana, plang tersebut tidak berizin. "Ya, karena keberadaan yang bersangkutan memang sedikit tertutup. Jadi, kita tidak mengetahui aktivitas di lokasi kejadian itu," bebernya.
Sementara itu, Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, dr Kunthi Yulianti SpF, saat dikonfirmasi NusaBali belum bisa memberikan keterangan, mengingat jenazah masih dalam proses penyidikan. Ketua DPW Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Bali, I Nengah Yasa Adi Susanto, dihubungi NusaBali membenarkan bahwa salah satu korban, Boidon Manafar Tambunan adalah kader PSI yang memimpin Ranting PSI Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. DPW PSI Bali pun merasa kehilangan dengan meninggalnya korban. "Saya pernah ketemu sekali saja. Karena kan ketua ranting di Bali banyak. Kalau komunikasi dengan almarhum cuma pernah sekali dalam satu acara partai, setelah itu nggak pernah ketemu lagi. Kami dari PSI menyampaikan belasungkawa kepada keluarga. Saat ini jenazah masih di rumah sakit," ujar Adi Susanto saat dihubungi, Sabtu malam kemarin.
Sementara Anggota DPRD Bali yang juga kader PSI Bali, Grace Anastasia Surya Widjaja, secara terpisah dihubungi NusaBali Sabtu malam mengatakan diberitahukan kalau kader PSI yang notabene Ketua Ranting PSI Kelurahan Benoa, Boidon Tambunan meninggal dalam musibah dugaan keracunan gas, dari salah satu kader PSI di Badung.
"Kawan-kawan di Badung ngasi tahu saya kalau bro (panggilan kader pria di PSI) Boidon Manafar meninggal. Saya sih nggak kenal akrab tapi sebagai sesama kader saya tadi sudah sempat ke Rumah Sakit Angkatan Darat Denpasar," ujar Anggota Komisi II DPRD Bali Dapil Denpasar periode 2019-2024 ini.
Grace juga menyebutkan jenazah almarhum Boidon Manafar Tambunan masih menunggu proses otopsi dari pihak kepolisian. "Kita ketemu keluarga beliau saja. Kami menyampaikan belasungkawa kepada keluarga almarhum di RSAD Denpasar," ujar perempuan asal Semarang, Jawa Tengah ini. Wakil Sekertaris DPW PSI Bali, Desak Gede Agrevina menambahkan korban Boidon Tambunan merupakan pribadi yang memiliki jiwa sosial tinggi. Meski belum lama bergabung di PSI, korban sudah banyak berkontribusi bagi PSI. Menurut dia, korban bergabung bersama PSI pada pertengahan tahun 2020 lalu, kemudian dia dipercaya menjadi ketua ranting PSI Kelurahan Benoa sejak bulan Oktober. "Kita sangat berduka dengan kejadian ini," ungkapnya saat di hubungi per telepon, Sabtu sore. *pol, dar, nat, ind
Kapolsek Kuta Selatan, Kompol Agustinus Yusak Sooai, mengungkapkan ada tiga karyawan tewas di lokasi kejadian sebelum dilarikan RS Bali Jimbaran. Sementara bos pabrik, Boidon Tambunan menghembuskan napas terakhirnya setelah beberapa saat mendapat pertolongan dari tim medis di RS Bali Jimbaran.
"Kami belum bisa memastikan seperti apa kondisi di dalam ruko itu. Sampai saat ini kami belum berani masuk ke dalam karena takut keracunan. Para korban tadi bisa dievakuasi dari dalam ruangan oleh tim Basarnas Bali menggunakan tabung pengaman. Besok (hari ini) baru tim labfor datang untuk melakukan olah TKP," ungkap Kompol Agustinus.
Untuk kepentingan lebih lanjut ungkap Kompol Agustinus, jasad para korban dititipkan di RS Bali Jimbaran. Sementara ruko lokasi kejadian dipasangi garis polisi. Warga sekitar dilarang untuk masuk ke dalam garis polisi yang terpasang.
"Untuk sementara lokasi kami amankan agar tidak terjadi kejadian yang tak diinginkan," ungkapnya. Kompol Agustinus membeberkan korban Boidon (bos perusahaan) tinggal di Perum Taman Griya, Jalan Danau Batur Raya Nomor 50, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung tepat di samping kanan Ruko tempat lokasi kejadian. Sementara tiga karyawannya yang tewas dalam peristiwa itu tinggal di Perum Taman Griya, Jalan Batur Raya Nomor 49 B, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung atau di ruko lokasi TKP.
Hal senada disampaikan Kasat Reskrim Polresta Denpasar, Kompol I Dewa Putu Gede Anom Danujaya. Menurutnya pihaknya belum bisa menduga-duga penyebab peristiwa tersebut. Kepolisian belum berani melakukan tindakan karena takut ikut keracunan.
"Saya belum bisa menjelaskan detailnya karena kami belum berani masuk ke dalam. Benar ada empat orang meninggal. Diduga akibat gas kimia beracun bocor. Bocornya karena apa, belum bisa diduga-duga. Posisi tabung gas dan posisi para korban saat kejadian juga belum diketahui secara persis," ungkap Kompol Dewa Danunjaya saat ditemui di lokasi kejadian, kemarin. Sementara seorang tetangga korban Boidon Tambunan yang mengaku bernama Dini mengatakan tidak mengetahui persis awal mula kejadian itu. Tiba-tiba mobil ambulance dan mobil pemadam kebakaran datang. Setelah itu polisi dan tentara juga datang ke lokasi.
Saat itu Dini coba keluar dari warungnya yang berada tepat di samping kanan rumah Boion Tambunan menuju ke depan ruko. Dia melihat bos perusahaan yang dikenalnya dengan panggilan pak Boy itu dibawa masuk ke dalam ambulance.
"Awalnya saya kira pak Boy kena Corona. Karena tidak ada asap, tapi ada mobil pemadam. Ternyata ada gas beracun kata polisi. Kami dilarang mendekati lokasi karena berbahaya kata polisi," ungkap Dini. Mendengar ada gas beracun dari ruko itu membuat Dini kaget. Karena yang dia kenal Ruko itu adalah tempat tambal ban dan las. Sebelum jadi tempat las dan tambal ban, ruko itu adalah warung makan yang dikelola oleh istri dari Boidon.
"Dulu pak Boy pernah minta tandatangan untuk buka usaha pabrik penyamak kulit. Tapi kami waktu itu tidak mau. Tadi saya kaget ternyata pabrik kulit itu berjalan. Karena sebelumnya di situ warung. Tiga bulan belakangan baru buka tambal ban dan las," ungkap Dini. Dini mengaku meski mengenal tetangganya itu tapi sekadar kenal nama saja. Di rumah dia tinggal bersama istri dan anaknya tiga orang dan seorang pembantu.
"Bisanya yang bekerja di situ 6 orang termasuk pak Boy itu. Tadi ada dua orang yang selamat," tandasnya.
Sementara para karyawan toko pusat penjualan aksesoris dan service komputer dan smart phone yang berada di samping kiri ruko itu tetap bekerja seperti biasa. "Saat kejadian tadi kami tidak mencium bau apa-apa," ungkap salah seorang karyawan saat dimintai keterangan, kemarin.
Terpisah Kepala Basarnas Denpasar, Gede Darmada, mengatakan peristiwa yang menelan 4 korban jiwa itu terjadi sekitar pukul 10.00 Wita. Pihaknya menerima laporan pukul 10.10 Wita. Pukul 10.20 Wita tim Basarnas tiba di lokasi kejadian dan melakukan evakuasi. Pukul 10.50 Wita tiga orang korban yang tewas di dalam ruko berhasil dievakuasi keluar.
"Peristiwa itu terjadi saat para korban tengah bekerja. Karena mengandung racun seketika para korban lemas dan meninggal. Ada tiga orang yang meninggal di lokasi kejadian. Jasad para korban lalu dievakuasi ke RSUP Sanglah Denpasar menggunakan ambulance BPBD Kabupaten Badung," ungkap Darmada.
Darmada mengatakan pada saat peristiwa terjadi di ruko itu ada tiga orang yang selamat, yakni Boidon Manapar Tambunan, 40, Daud Cahya Pamungkas, 40, dan Deny Waldi Rajaguguk, 23. Namun Boidon akhirnya meninggal dunia setelah di RS Bali Jimbaran.
Lurah Jimbaran, I Ketut Rimbawan, saat dihubungi kemarin mengatakan dirinya baru mengetahui terkait adanya ruko yang digunakan untuk meracik bahan penyamak kulit yang dijadikan aksesoris tas dan sepatu itu. Selama ini, belum ada laporan ke kelurahan, apalagi lokasi tersebut meracik bahan kimia berbahaya. Menurut dia, dari sejumlah informasi yang diterima, keberadaan pemilik rumah yang menjadi salah satu korban gas beracun itu sedikit tertutup.
"Sejak kapan beroperasi itu yang harus didalami lagi," ungkap Ketut Rimbawan. Hal senada juga disampaikan Kepala Lingkungan (Kaling) Taman Griya, I Ketut Ari Sudarsana. Menurut dia, lokasi kejadian dulunya dipergunakan sebagai lokasi tempat cuci sepeda motor. Namun, semenjak wabah Covid-19, lokasi itu sudah berubah menjadi tempat meracik bahan penyamak warna untuk aksesoris sepatu dan tas. Diakuinya, selama ini, keberadaan korban cukup tertutup dan tidak terlalu bergaul dengan orang sekitar.
"Korban ini tinggal sendiri bersama dua orang anak yang masih kecil. Istrinya sudah meninggal," kata Kaling Sudarsana. Dia juga tidak mengetahui secara pasti lokasi itu dijadikan kantor partai politik, termasuk kegiatan yang dilakukan oleh pemilik rumah itu. Hanya saja, di rumah itu terdapat pula plang yang menunjukan konsultasi perpajakan. Namun, dari sepengatahuan Sudarsana, plang tersebut tidak berizin. "Ya, karena keberadaan yang bersangkutan memang sedikit tertutup. Jadi, kita tidak mengetahui aktivitas di lokasi kejadian itu," bebernya.
Sementara itu, Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, dr Kunthi Yulianti SpF, saat dikonfirmasi NusaBali belum bisa memberikan keterangan, mengingat jenazah masih dalam proses penyidikan. Ketua DPW Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Bali, I Nengah Yasa Adi Susanto, dihubungi NusaBali membenarkan bahwa salah satu korban, Boidon Manafar Tambunan adalah kader PSI yang memimpin Ranting PSI Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. DPW PSI Bali pun merasa kehilangan dengan meninggalnya korban. "Saya pernah ketemu sekali saja. Karena kan ketua ranting di Bali banyak. Kalau komunikasi dengan almarhum cuma pernah sekali dalam satu acara partai, setelah itu nggak pernah ketemu lagi. Kami dari PSI menyampaikan belasungkawa kepada keluarga. Saat ini jenazah masih di rumah sakit," ujar Adi Susanto saat dihubungi, Sabtu malam kemarin.
Sementara Anggota DPRD Bali yang juga kader PSI Bali, Grace Anastasia Surya Widjaja, secara terpisah dihubungi NusaBali Sabtu malam mengatakan diberitahukan kalau kader PSI yang notabene Ketua Ranting PSI Kelurahan Benoa, Boidon Tambunan meninggal dalam musibah dugaan keracunan gas, dari salah satu kader PSI di Badung.
"Kawan-kawan di Badung ngasi tahu saya kalau bro (panggilan kader pria di PSI) Boidon Manafar meninggal. Saya sih nggak kenal akrab tapi sebagai sesama kader saya tadi sudah sempat ke Rumah Sakit Angkatan Darat Denpasar," ujar Anggota Komisi II DPRD Bali Dapil Denpasar periode 2019-2024 ini.
Grace juga menyebutkan jenazah almarhum Boidon Manafar Tambunan masih menunggu proses otopsi dari pihak kepolisian. "Kita ketemu keluarga beliau saja. Kami menyampaikan belasungkawa kepada keluarga almarhum di RSAD Denpasar," ujar perempuan asal Semarang, Jawa Tengah ini. Wakil Sekertaris DPW PSI Bali, Desak Gede Agrevina menambahkan korban Boidon Tambunan merupakan pribadi yang memiliki jiwa sosial tinggi. Meski belum lama bergabung di PSI, korban sudah banyak berkontribusi bagi PSI. Menurut dia, korban bergabung bersama PSI pada pertengahan tahun 2020 lalu, kemudian dia dipercaya menjadi ketua ranting PSI Kelurahan Benoa sejak bulan Oktober. "Kita sangat berduka dengan kejadian ini," ungkapnya saat di hubungi per telepon, Sabtu sore. *pol, dar, nat, ind
1
Komentar