Hujan Hadang Produksi Arak Bali
BANGLI, NusaBali
Miras (minuman keras ) jenis Arak Bali memang masih menjadi sasaran aparat untuk menggelar operasi peredaran miras.
Karena penjualan Arak dianggap belum mengantongi sejumlah persyaratan sesuai ketentuan yang ada.
Toh, permintaan terhadap Arak oleh para pedagang atau pengepul Arak masih tetap tinggi. Di lain sisi, perajin Arak masih kesulitan untuk memenuhi permintaan tersebut. Salah satu kendalanya, antara lain hujan yang kerap turun belakangan ini. Kondisi tersebut amat dirasakan oleh salah seorang perajin Arak asal Banjar Jelekungkang, Desa Tamanbali, Kecamatan Bangli, I Gusti Putu Tambun.
Laki-laki 70 tahun ini mengaku hujan yang kerap melanda menjadi kendala terberat untuk mendapat bahan baku berupa Tuak. Karena, hujan pasti memengaruhi kualitas Tuak. Karena saat penyadapan, kualitas dan jumlah Tuak cenderung menurun. Selain itu, saat musim hujan, pohon kelapa sangat sulit dipanjat untuk mencari Tuak. "Hujan dan angin kencang mempengaruhi bahan baku. Pohon yang akan diambil airnya menjadi kering. Kita pun harus menunggu beberapa hari," ungkapnya, Jumat (18/12).
Gusti Tambun mengaku permintaan Arak hasil produksinya tak selalu karena untuk memenuhi konsumsi minum. Tak sedikit permintaan Arak untuk bahan obat-obatan dan tatabuhan atau cipratan miras saat pelaksanaaan upacara Hindu. ‘’Memang, kebanyakan pembeli Arak untuk diminum. Karena Arak itu hangat di badan,’’ jelasnya.
Saking banyaknya jenis permintaan Arak, laki-laki yang akrab dipanggil Gusti Kak ini mengaku tidak bisa memenuhi setiap permintaan, terutama dari kalangan pengepul Arak. Karena Gusti Tambun membuat arak dalam kapasitas kecil dan sangat tradisional. Sehari, dia hanya bisa menghasilkan Arak kurang dari 1 liter. "Permintaan ada saja namun tidak menentu jumlahnya. Jelang tahun baru ada pesanan, tapi karena sekarang hujan-hujan sulit dapat bahan baku," jelasnya.
Tak hanya itu, jumlah arak yang dihasilkan Gusti Tambun tidak menentu. Biasanya perajin Arak di tempat lain bisa membuat Arak dalam jumlah besar dengan peralatan lebih modern. Tidak demikian pada kerajinan arak Gusti Kak ini.
Gusti Kak mengaku, permintaan Arak yang kerap datang masih lokalan Bangli. Ada juga beberapa orang Bangli membeli Arak untuk dijual ke daerah lain. "Ada juga yang membeli Arak untuk oleh-oleh," ujarnya. Gusti Tambun mengaku menjual Arak mulai dari Rp 40.000 sampai Rp 50.000 botol. Harga arak sesuai dengan jenis/kelasnya.
Ditanya soal pengembangan usaha pembuatan Arak ini ke depan, Gusti Tambun mengaku usaha kerajinannya ini sempat didatangi petugas dari Desa Tamanbali. Pihak Pemerintah Desa memotivasi agar usaha kerajinan Arak ini bisa meningkat, tentu dilengkapi dengan pemenuhan sejumlah persyaratan agar menjadi usaha legal. Namun Gusti Kak belum bisa menyanggupi renjvana pengembangan dimaksud. Karena dirinya sadar, pengembangan usaha Arak membutuhkan tenaga yang cukup prima terutama sata mencari Tuak dengan memanjat kelapa. Di lain sisi, dirinya sadar faktor usia yang makin tua menjadikan dirinya tidak leluasa bisa mencari bahan baku terlalu jauh. "Kelapa yang diambil Tuaknya memang masih banyak. Tapi saya tidak mampu memanjat kelapa terlalu banyak. Sekarang saya hanya mengandalkan beberapa pohon kelapa untuk saya ambil Tuaknya," sebutnya.
Gusti Kak menceritakan sedikit kiatnya memproduksi Arak. Menurutnya, proses penyulingan Tuak menjadi Tuak memakan waktu beberapa jam. Biasa dimulai pukul 06.00 Wita hingga 11.00 Wita. Gusti Tambun mendatangkan wadah berupa Dandang dan Kendi untuk menampung tetesan uap Tuak yang telah menjadi Arak. "Bahan baku berupa Tuak dimasukkan ke dalam Dandang, lanjut direbus dengan api sedang. Kemudian embun atau uap Tuak mengalir lewat saluran bambu dan menetas menjadi Arak. Arak inilah yang masuk ke dalam Kendi," terangnya. *esa
Toh, permintaan terhadap Arak oleh para pedagang atau pengepul Arak masih tetap tinggi. Di lain sisi, perajin Arak masih kesulitan untuk memenuhi permintaan tersebut. Salah satu kendalanya, antara lain hujan yang kerap turun belakangan ini. Kondisi tersebut amat dirasakan oleh salah seorang perajin Arak asal Banjar Jelekungkang, Desa Tamanbali, Kecamatan Bangli, I Gusti Putu Tambun.
Laki-laki 70 tahun ini mengaku hujan yang kerap melanda menjadi kendala terberat untuk mendapat bahan baku berupa Tuak. Karena, hujan pasti memengaruhi kualitas Tuak. Karena saat penyadapan, kualitas dan jumlah Tuak cenderung menurun. Selain itu, saat musim hujan, pohon kelapa sangat sulit dipanjat untuk mencari Tuak. "Hujan dan angin kencang mempengaruhi bahan baku. Pohon yang akan diambil airnya menjadi kering. Kita pun harus menunggu beberapa hari," ungkapnya, Jumat (18/12).
Gusti Tambun mengaku permintaan Arak hasil produksinya tak selalu karena untuk memenuhi konsumsi minum. Tak sedikit permintaan Arak untuk bahan obat-obatan dan tatabuhan atau cipratan miras saat pelaksanaaan upacara Hindu. ‘’Memang, kebanyakan pembeli Arak untuk diminum. Karena Arak itu hangat di badan,’’ jelasnya.
Saking banyaknya jenis permintaan Arak, laki-laki yang akrab dipanggil Gusti Kak ini mengaku tidak bisa memenuhi setiap permintaan, terutama dari kalangan pengepul Arak. Karena Gusti Tambun membuat arak dalam kapasitas kecil dan sangat tradisional. Sehari, dia hanya bisa menghasilkan Arak kurang dari 1 liter. "Permintaan ada saja namun tidak menentu jumlahnya. Jelang tahun baru ada pesanan, tapi karena sekarang hujan-hujan sulit dapat bahan baku," jelasnya.
Tak hanya itu, jumlah arak yang dihasilkan Gusti Tambun tidak menentu. Biasanya perajin Arak di tempat lain bisa membuat Arak dalam jumlah besar dengan peralatan lebih modern. Tidak demikian pada kerajinan arak Gusti Kak ini.
Gusti Kak mengaku, permintaan Arak yang kerap datang masih lokalan Bangli. Ada juga beberapa orang Bangli membeli Arak untuk dijual ke daerah lain. "Ada juga yang membeli Arak untuk oleh-oleh," ujarnya. Gusti Tambun mengaku menjual Arak mulai dari Rp 40.000 sampai Rp 50.000 botol. Harga arak sesuai dengan jenis/kelasnya.
Ditanya soal pengembangan usaha pembuatan Arak ini ke depan, Gusti Tambun mengaku usaha kerajinannya ini sempat didatangi petugas dari Desa Tamanbali. Pihak Pemerintah Desa memotivasi agar usaha kerajinan Arak ini bisa meningkat, tentu dilengkapi dengan pemenuhan sejumlah persyaratan agar menjadi usaha legal. Namun Gusti Kak belum bisa menyanggupi renjvana pengembangan dimaksud. Karena dirinya sadar, pengembangan usaha Arak membutuhkan tenaga yang cukup prima terutama sata mencari Tuak dengan memanjat kelapa. Di lain sisi, dirinya sadar faktor usia yang makin tua menjadikan dirinya tidak leluasa bisa mencari bahan baku terlalu jauh. "Kelapa yang diambil Tuaknya memang masih banyak. Tapi saya tidak mampu memanjat kelapa terlalu banyak. Sekarang saya hanya mengandalkan beberapa pohon kelapa untuk saya ambil Tuaknya," sebutnya.
Gusti Kak menceritakan sedikit kiatnya memproduksi Arak. Menurutnya, proses penyulingan Tuak menjadi Tuak memakan waktu beberapa jam. Biasa dimulai pukul 06.00 Wita hingga 11.00 Wita. Gusti Tambun mendatangkan wadah berupa Dandang dan Kendi untuk menampung tetesan uap Tuak yang telah menjadi Arak. "Bahan baku berupa Tuak dimasukkan ke dalam Dandang, lanjut direbus dengan api sedang. Kemudian embun atau uap Tuak mengalir lewat saluran bambu dan menetas menjadi Arak. Arak inilah yang masuk ke dalam Kendi," terangnya. *esa
Komentar