nusabali

Sulit Air, Bangli Bendung Tukad Jadi Embung

  • www.nusabali.com-sulit-air-bangli-bendung-tukad-jadi-embung

Sungai yang ‘mati’ akan dibendung dijadikan embung untuk mengatasi krisis air di Kintamani. Cara tersebut dinilai efektif daripada menaikkan air Danau Batur.

BANGLI, NusaBali
Pemkab Bangli akan menjadikan tukad mati atau sungai kering, menjadi embung penampungan air hujan. Salah satu caranya dengan membendung tukad mati, sehingga dapat menampung air hujan pada musim hujan. Membangun embung dengan membendung tukad mati dinilai lebih efektif dibanding mengangkat air Danau Batur untuk mengatasi persoalan krisis air baku di Kintamani. Terutama untuk warga di desa-desa berada di balik bukit yang secara geografis bermedan berat.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangli Ida Bagus Wediatmika, menyampaikan hal itu, Selasa (8/11). Menurutnya, tahap awal direncanakan dibangun empat embung. Kapasitas embung 1.200 meter kubik. Sedang perkiraan biaya Rp 3,4 miliar per embung. Pembangunan embung akan diawali tahun 2017 mendatang. “Kami awali dengan membuat DED (detail engineering design),” jelasnya.

Dikatakannya, air Danau Batur bisa saja diangkat dan diolah menjadi air baku. Namun secara teknis dan biaya kurang efektif. Hal disebabkan lokasi Danau Batur yang begitu jauh dengan pemukiman warga dari desa-desa yang ada di balik bukit. Untuk mengangkat air danau perlu mesin, juga pipa. Dan itu perlu banyak tahapan sesuai dengan kondisi geografis kawasan desa-desa di balik bukit. “Pembangunan embung lebih ringan dan bisa digunakan untuk jangka panjang,” jelas IB Wediatmika.

Untuk diketahui kesulitan air merupakan masalah akut yang dialami warga Kintamani yang tinggal di desa-desa di balik bukit. Krisis air akan sangat terasa pada musim kemarau. “Ya warga terpaksa membeli air,” ujar Perbekel Desa Abang Songan I Wayan Widana. Untuk saat ini warga membeli air dengan harga Rp 2.500 per jeriken (isian 40 liter). Dikatakan memang beberapa warga memiliki cubang. Namun jika kemarau berlanjut, tentu stok air dalam cubang habis. Karena mau tidak mau warga harus membeli air. Desa-desa di balik bukit lainnya, adalah Desa Songan (Songan A dan Songan B), Desa Pingan, Desa Belandingan, dan lainnya.  k17

Komentar