Libur Nataru, Okupansi Hotel Naik 50 Persen
Bayang-bayang bakal kering kerontang tak menjadi kenyataan. Aliran tamu mendongkrak hunian hotel di Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Memasuki libur perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru), tingkat hunian hotel di Buleleng merangkak naik. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Buleleng mengklaim hingga Jumat (25/12) rata-rata tingkat hunian hotel mencapai 50 persen dari jumlah kapasitas hotel yang dimiliki. Yang mengejutkan tingkat pembatalan kunjungan akibat kewajiban wisatawan membawa hasil tes swab atau rapid antigen sesua Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 2021 Tahun 2020 tak terlalu berpengaruh di Buleleng.
Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) PHRI Buleleng Dewa Ketut Suardipa dihubungi Jumat (25/12) menjelaskan tingkat hunian hotel pada libur Nataru di Buleleng memang bervariasi. Ada yang masih kosong namun ada juga yang sudah 90 persen. Namun jika dirata-rata secara keeluruhan mencapai 50 persen. “Buleleng itu kan luas ada bagian timur, selatan, tengah dan barat. Seperti di timur kawasan Tejakula itu semenjak awal Covid-19 hingga sekarang huniannya dari 0-5 persen saja, karena pangsa pasarnya memang tamu Eropa. Yang sudah ada pergerakan di tengah ada kawasan Lovina dan di barat kawasan Batu Ampar, Pemuteran dan sekitarnya ada yang 80-90 persen,” jelas dia.
Suardipa yang juga pengusaha restoran di Buleleng ini mengatakan wisatawan yang sudah datang saat ini memang wisatawan domestik lokalan Bali maupun yang dari Banyuwangi dan Jakarta. Wisatawan domestik yang datang untuk menghabiskan libur di penghujung tahunnya di Bali Utara memang terfokus di wilayah tengah dan barat. Hal itu disebut Suardipa karena wisatawan domestik kebanyakan memburu daya tarik khas seperti Pulau Menjangan dan Gili Putih yang ada di kawasan Batu Ampar.
Selain itu akomodasi yang disiapkan di wilayah tengah dan barat sudah mengantongi sertifikai CHSE Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment (Ramah lingkungan). Selain itu hotel berbintang di kawasan tengah dan barat memang menyediakan paket khusus dengan diskon yang menggiurkan. Namun hal itu membuat hotel non bintang mati suri. “Seandainya normal luar biasa. Sebelum SE di akhir tahun ini menjadi harapan ada hasil bayar utang dan biaya operasional. Tetapi pemerintah kami yakini punya satu trik yang lebih besar di tahun 2021. Kita welcome dan tunggu mudah-mudahan terwujud,” imbuh dia.
Sementara itu Sales Manager Hotel Aneka Lovina Gede Sukayasa dikonfirmasi terpisah mengatakan tingkat hunian hotel memang datang di detik terakhir. Meskipun ada SE yang mewajibkan wisatawan mengantongi hasil swab atau rapid antigen tidak berpengaruh signifikan. “Tidak terlalu berpengaruh kalau dari pembatalan booking karena pasar kita di Bali Utara itu selalu datang last minute menerima limpahan dari Bali Selatan jadi pasarnya beda. Yang membatalkan booking paling janya 10-15 persen dari yang sudah kita pegang pemesanannya,” kata Sukayasa. *k23
Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) PHRI Buleleng Dewa Ketut Suardipa dihubungi Jumat (25/12) menjelaskan tingkat hunian hotel pada libur Nataru di Buleleng memang bervariasi. Ada yang masih kosong namun ada juga yang sudah 90 persen. Namun jika dirata-rata secara keeluruhan mencapai 50 persen. “Buleleng itu kan luas ada bagian timur, selatan, tengah dan barat. Seperti di timur kawasan Tejakula itu semenjak awal Covid-19 hingga sekarang huniannya dari 0-5 persen saja, karena pangsa pasarnya memang tamu Eropa. Yang sudah ada pergerakan di tengah ada kawasan Lovina dan di barat kawasan Batu Ampar, Pemuteran dan sekitarnya ada yang 80-90 persen,” jelas dia.
Suardipa yang juga pengusaha restoran di Buleleng ini mengatakan wisatawan yang sudah datang saat ini memang wisatawan domestik lokalan Bali maupun yang dari Banyuwangi dan Jakarta. Wisatawan domestik yang datang untuk menghabiskan libur di penghujung tahunnya di Bali Utara memang terfokus di wilayah tengah dan barat. Hal itu disebut Suardipa karena wisatawan domestik kebanyakan memburu daya tarik khas seperti Pulau Menjangan dan Gili Putih yang ada di kawasan Batu Ampar.
Selain itu akomodasi yang disiapkan di wilayah tengah dan barat sudah mengantongi sertifikai CHSE Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment (Ramah lingkungan). Selain itu hotel berbintang di kawasan tengah dan barat memang menyediakan paket khusus dengan diskon yang menggiurkan. Namun hal itu membuat hotel non bintang mati suri. “Seandainya normal luar biasa. Sebelum SE di akhir tahun ini menjadi harapan ada hasil bayar utang dan biaya operasional. Tetapi pemerintah kami yakini punya satu trik yang lebih besar di tahun 2021. Kita welcome dan tunggu mudah-mudahan terwujud,” imbuh dia.
Sementara itu Sales Manager Hotel Aneka Lovina Gede Sukayasa dikonfirmasi terpisah mengatakan tingkat hunian hotel memang datang di detik terakhir. Meskipun ada SE yang mewajibkan wisatawan mengantongi hasil swab atau rapid antigen tidak berpengaruh signifikan. “Tidak terlalu berpengaruh kalau dari pembatalan booking karena pasar kita di Bali Utara itu selalu datang last minute menerima limpahan dari Bali Selatan jadi pasarnya beda. Yang membatalkan booking paling janya 10-15 persen dari yang sudah kita pegang pemesanannya,” kata Sukayasa. *k23
1
Komentar