Kehidupan Tak Akan Pernah Selamat
Berani Mencuri di Pantai Lebih, Gianyar
GIANYAR, NusaBali
Pantai Lebih di Desa Lebih, Kecamatan Gianyar, Gianyar dikenal dengan kuliner ikan laut. Di pantai ini ternyata dihinggapi cerita-cerita niskala yang sangat diyakini warga setempat.
Keyakinan dimaksud, antara lain, barang siapa yang berani mencuri di sekitar pantai setemoat, maka bisa-bisa tidak selamat. Keyakinan tersebut diyakini secara turun temurun. Sehingga, kini jarang bahkan tidak pernah terjadi kasus pencurian di sekitar Pantai Lebih. Ceritayang jadi mitos masyarakat itu dibenarkan oleh Bendesa Adat Lebih, Wayan Wisma, saat ditemui beberapa waktu lalu. Kata dia, jika ada orang yang berbuat jahat, misalnya mencuri, maka dalam perjalanan hidupnya tidak akan pernah selamat. Bukan hanya mitos belaka, Bendesa Wayan Wisma menegaskan hal itu memang nyata adanya.
“Krama kami mengenal dengan istilah karma pala cicih. Ketika seseorang yang berbuat hal yang kurang baik, maka hasilnya langsung didapat berupa kesengsaraan. Tidak menunggu hari esok lagi, makanya warga di sini menyuebut karma pala cicih,” jelas Wisma.
Lantaran banyak adanya kejadian kemalingan dan pelakunya selalu tidak selamat setelah itu, jelas Wisma,
masyarakat setempat meyakini di kawasan itu pantang sebagai tempat mencuri. Sebab keseimbangan alam yang ada di desa tersebut antara skala - niskala sangat kuat. “Itu tidak lepas dari kegiatan upakara yang kami lakukan berupa pacaruan. Sebab caru itu untuk nyomia bhuta kala (melebur sifat-sifat bhuta), maka bukan berarti kami menyembahnya. Hanya saja untuk memberikan suguhan untuk menyeimbangkan,” tandasnya.
Dikatakan, kawasan pantai biasanya rawan pencurian helm atau sepeda motor. Namun di Pantai Lebih, kasus tersebut nihil terjadi. "Ini memang kepercayaan masyarakat setempat. Barang siapa yang berani mencuri jalan hidupnya tidak akan selamat. Sehingga sampai saat ini wilayah Pantai Lebih aman dari pencurian," jelasnya.
Tidak selamatnya pencuri, kata Wayan Wisma, sudah terbukti beberapa kali. "Pernah ada cerita, setelah seseorang mencuri di Pantai Lebih, pada saat pulang tabrakan atau kecelakaan lalulintas. Ada juga yang mengembalikan barang curiannya ke Pantai Lebih atau ke pemiliknya, kembali tanpa sebab," ungkapnya.
Hal itu, jelas dia, tidak lepas dari pengaruh niskala yang ada di Desa Lebih. “Desa ini mengapa diberi nama ‘Lebih’, saya kurang mendalami maknanya. Hanya saja, sepengetahuan saya di desa ini terdapat 17 pura dengan konsepa ngider bhuana (mengitari wilayah desa). Sebagai pelindung dari segala arah," jelasnya.
Dengan adanya belasan pura yang ada di desa ini, papar Wisma, membuat keseimbangan alam di Desa Lebih. Baik sekala maupun niskala, khususnya dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat setempat. *nvi
Komentar