Bangkitkan Musisi ke Pentas Virtual
Gede Kurniawan, Penggerak Musisi Muda Buleleng
Perkembangan teknologi saat ini yang sangat mudah diakses, menjadi tantangan tersendiri bagi musisi.
SINGARAJA, NusaBali
Bagi para seniman sujati tentu tak mau menjadikan pandemi Covid-19, menunda berkarya. Musisi ternama asal Buleleng, I Gede Kurniawan Wisesa,36, salah satu bukti. Musisi yang terkenal dengan nama Gede Kurniawan ini tak tinggal diam di tengah carut marut nasib seniman dan musisi pada masa pandemi. Dia terus berkreasi dengan menginisiasi pentas virtual untuk musisi di Buleleng.
Dia adalah pemenang kontes vocal Akademi Fantasi Indonesia (AFI) tahun 2004. Melalui rumah musik Demores miliknya, menginisiasi pentas virtual sudah sampai pada episode ke-49. Saat ditemui di studio musik sekaligus rumahnya, Sabtu (19/12), dia menjelaskan pentas virtual yang dikemas dalam program Demores Live On Facebook hanya untuk mengapresiasi musisi yang ada. Terlebih sejak pandemi berlangsung hampir setahun penuh di tahun ini job manggung musisi kosong. “Program ini hanya untuk mengapresiasi karya dari musisi tetap bisa tampil. Supaya tidak putus sekali, karena event manggung saat pandemi ini kosong sekali,” jelas anak tunggal pasangan Jro Made Arsana - Tutiek Kurniati ini.
Setelah ditawarkan ke sejumlah musisi, ide pementasan online pada Sabtu dan Minggu, diapresiasi tinggi. Teman-teman sesama musisi mendukung penuh dan bersemangat. Program yang diasuh rumah musik Demores milik ayah tiga anak ini pun sudah mencapai episode ke-49. “Episode ke-50 rencananya pada awal Desember 2020, tetapi istirahat sebentar. Kami siapkan untuk acara HUT Demores, Januari 2021,” jelas pria kelahiran 2 Juni 1984 ini.
Suami Wayan Meyna Dewi memang dipanuti para musisi lain di Buleleng. Konsistensinya dalam berkarya menjadi contoh dan membuat sejumlah musisi muda di Buleleng sering berkiblat pada pria yang alumni SMAN 1 Singaraja ini. Selain menggerakkan musisi tetap tampil, Gede Kurniawan juga tengah mempersiapkan event untuk menjaring penyanyi-penyanyi berbakat di Buleleng. Akhir tahun 2020, dia berencana menyeleksi penyanyi berbakat melalui Lomba Buleleng Magending. Puluhan peserta sudah mendaftarkan diri menjalani seleksi 26 - 27 Desember 2020. Final pada 9 Januari 2021. “Acaranya saya rangkai dengan HUT Demores. Tidak hanya itu saja. Melalui event ini kedepannya ada refrensi penyanyi muda baru untuk persiapan ke event-event di tingkat provinsi untuk mewakili Buleleng. Jadi tidak susah lagi nyari dan buat seleksi yang prosesnya cukup panjang karena sudah dipersiapkan,” ucap musisi yang pernah tampir di sejumlah negara ini.
Gede Kurniawan juga salah seorang partner dari gitaris Dewa Budjana dalam album Nyanyian Dharma. Dia menjelaskan generasi muda di Buleleng cukup potensial dalam bermusik. Hal itu sudah ditunjukkan sejak lama, sejak dia masih duduk di bangku sekolah. “Berapa teman berkarir di Denpasar. Band-bandnya ekesis, salah satu atau kebanyakan personelnya pasti ada dari Buleleng. Tetapi mereka berkarir di ibu kota karena eventnya banyak, peluang manggung dan peluang kerja menghasilkan juga lebih banyak,” jelas penyanyi yang juga composer ini.
Hanya saja, perkembangan teknologi saat ini yang sangat mudah diakses, menjadi tantangan tersendiri bagi musisi. Menurut seniman yang piawai bermain gitar ini, semakin mudah akses bermusik yang bisa didapatkan masyarakat, maka semakin banyak pula saingan musisi untuk dikenal dunia. “Sekarang kan mudah sekali. Bermusik di rumah saja hanya dengan modal genjrang- genjreng bisa terkenal dan menghasilkan uang. Persaingannya sangat bebas sehingga ini yang menjadi tantangan untuk musisi muda saat ini,” kata ayah tiga putri ini.
Ketatnya persaiangan membuat musisi Buleleng sangat jarang dapat mencapai pasar nasional. Kondisi itu melecut semangat Gede Kurniawan sebagai salah satu putra Buleleng. Fanatisme kedaerahan dia jadikan motivasi agar musisi muda Buleleng tetap berkarya melalui lagu. Dukungan tak hanya diucapkan. Gede Kurniawan juga langsung memberikan contoh dengan membentuk grup band Akebuleleng. Dua album yang ditelurkan melalui grup band ini memiliki sejumlah lagu berbahasa Bali logat Buleleng.
Dunia permusikan di Buleleng menurut peraih The Best Performance Indonesia Song Festival Jakarta tahun 2008 ini sudah berkembang cukup pesat. Banyak ditemukan bibit-bibit musisi muda yang potensial. Apalagi sejak 7 tahun belakangan Pemkab Buleleng juga cukup perhatian dan memberikan kesempatan musisi Buleleng tampil di sejumlah event pemerintah.
Sebagai penggerak bidang permusikan di Buleleng, Gede Kurniawan memiliki pengalaman bermusik melalui berbagai tour, salah satunya Tour musik bersama Bali Blues Brother dan Gus Teja (Eropa, Belanda, Jerman) tahun 2019 lalu. Pria berambut gondrong ini getol menyemangati generasi muda untuk terus bermusik. Tak hanya yang fokus berkarir sebagai penyanyi solo atau grup band. Bahkan mereka yang sudah lama vakum karena terbentur pekerjaan tetap. “Saya sering ajak teman lama dan siapa saja yang sudah lama tidak bermusik untuk memulai lagi dengan meluangkan waktu. Saya sering bilang, sube megae jani de nake sampai suud magitaran,” ucapnya berlogat Buleleng.
Gede Kurniawan juga menfasilitasi latihan menggunakan studio musiknya selama setahun penuh. Kesempatan kerjasama itu pun diberikan bagi musisi muda yang ingin serius berkarya sama dengannya. Pemilik rumah rekaman ini pun mengatakan kerjasama dan fasilitasi itu dilakukan secara kekeluargaan. Tak ada kontrak khusus yang ditandatangani kedua pihak. “Saya fasilitasi tempat latihan setahun, mereka hanya bantu saya share kegiatan di media sosial mereka.” katanya. *Lik
Dia adalah pemenang kontes vocal Akademi Fantasi Indonesia (AFI) tahun 2004. Melalui rumah musik Demores miliknya, menginisiasi pentas virtual sudah sampai pada episode ke-49. Saat ditemui di studio musik sekaligus rumahnya, Sabtu (19/12), dia menjelaskan pentas virtual yang dikemas dalam program Demores Live On Facebook hanya untuk mengapresiasi musisi yang ada. Terlebih sejak pandemi berlangsung hampir setahun penuh di tahun ini job manggung musisi kosong. “Program ini hanya untuk mengapresiasi karya dari musisi tetap bisa tampil. Supaya tidak putus sekali, karena event manggung saat pandemi ini kosong sekali,” jelas anak tunggal pasangan Jro Made Arsana - Tutiek Kurniati ini.
Setelah ditawarkan ke sejumlah musisi, ide pementasan online pada Sabtu dan Minggu, diapresiasi tinggi. Teman-teman sesama musisi mendukung penuh dan bersemangat. Program yang diasuh rumah musik Demores milik ayah tiga anak ini pun sudah mencapai episode ke-49. “Episode ke-50 rencananya pada awal Desember 2020, tetapi istirahat sebentar. Kami siapkan untuk acara HUT Demores, Januari 2021,” jelas pria kelahiran 2 Juni 1984 ini.
Suami Wayan Meyna Dewi memang dipanuti para musisi lain di Buleleng. Konsistensinya dalam berkarya menjadi contoh dan membuat sejumlah musisi muda di Buleleng sering berkiblat pada pria yang alumni SMAN 1 Singaraja ini. Selain menggerakkan musisi tetap tampil, Gede Kurniawan juga tengah mempersiapkan event untuk menjaring penyanyi-penyanyi berbakat di Buleleng. Akhir tahun 2020, dia berencana menyeleksi penyanyi berbakat melalui Lomba Buleleng Magending. Puluhan peserta sudah mendaftarkan diri menjalani seleksi 26 - 27 Desember 2020. Final pada 9 Januari 2021. “Acaranya saya rangkai dengan HUT Demores. Tidak hanya itu saja. Melalui event ini kedepannya ada refrensi penyanyi muda baru untuk persiapan ke event-event di tingkat provinsi untuk mewakili Buleleng. Jadi tidak susah lagi nyari dan buat seleksi yang prosesnya cukup panjang karena sudah dipersiapkan,” ucap musisi yang pernah tampir di sejumlah negara ini.
Gede Kurniawan juga salah seorang partner dari gitaris Dewa Budjana dalam album Nyanyian Dharma. Dia menjelaskan generasi muda di Buleleng cukup potensial dalam bermusik. Hal itu sudah ditunjukkan sejak lama, sejak dia masih duduk di bangku sekolah. “Berapa teman berkarir di Denpasar. Band-bandnya ekesis, salah satu atau kebanyakan personelnya pasti ada dari Buleleng. Tetapi mereka berkarir di ibu kota karena eventnya banyak, peluang manggung dan peluang kerja menghasilkan juga lebih banyak,” jelas penyanyi yang juga composer ini.
Hanya saja, perkembangan teknologi saat ini yang sangat mudah diakses, menjadi tantangan tersendiri bagi musisi. Menurut seniman yang piawai bermain gitar ini, semakin mudah akses bermusik yang bisa didapatkan masyarakat, maka semakin banyak pula saingan musisi untuk dikenal dunia. “Sekarang kan mudah sekali. Bermusik di rumah saja hanya dengan modal genjrang- genjreng bisa terkenal dan menghasilkan uang. Persaingannya sangat bebas sehingga ini yang menjadi tantangan untuk musisi muda saat ini,” kata ayah tiga putri ini.
Ketatnya persaiangan membuat musisi Buleleng sangat jarang dapat mencapai pasar nasional. Kondisi itu melecut semangat Gede Kurniawan sebagai salah satu putra Buleleng. Fanatisme kedaerahan dia jadikan motivasi agar musisi muda Buleleng tetap berkarya melalui lagu. Dukungan tak hanya diucapkan. Gede Kurniawan juga langsung memberikan contoh dengan membentuk grup band Akebuleleng. Dua album yang ditelurkan melalui grup band ini memiliki sejumlah lagu berbahasa Bali logat Buleleng.
Dunia permusikan di Buleleng menurut peraih The Best Performance Indonesia Song Festival Jakarta tahun 2008 ini sudah berkembang cukup pesat. Banyak ditemukan bibit-bibit musisi muda yang potensial. Apalagi sejak 7 tahun belakangan Pemkab Buleleng juga cukup perhatian dan memberikan kesempatan musisi Buleleng tampil di sejumlah event pemerintah.
Sebagai penggerak bidang permusikan di Buleleng, Gede Kurniawan memiliki pengalaman bermusik melalui berbagai tour, salah satunya Tour musik bersama Bali Blues Brother dan Gus Teja (Eropa, Belanda, Jerman) tahun 2019 lalu. Pria berambut gondrong ini getol menyemangati generasi muda untuk terus bermusik. Tak hanya yang fokus berkarir sebagai penyanyi solo atau grup band. Bahkan mereka yang sudah lama vakum karena terbentur pekerjaan tetap. “Saya sering ajak teman lama dan siapa saja yang sudah lama tidak bermusik untuk memulai lagi dengan meluangkan waktu. Saya sering bilang, sube megae jani de nake sampai suud magitaran,” ucapnya berlogat Buleleng.
Gede Kurniawan juga menfasilitasi latihan menggunakan studio musiknya selama setahun penuh. Kesempatan kerjasama itu pun diberikan bagi musisi muda yang ingin serius berkarya sama dengannya. Pemilik rumah rekaman ini pun mengatakan kerjasama dan fasilitasi itu dilakukan secara kekeluargaan. Tak ada kontrak khusus yang ditandatangani kedua pihak. “Saya fasilitasi tempat latihan setahun, mereka hanya bantu saya share kegiatan di media sosial mereka.” katanya. *Lik
1
Komentar