Disdikpora Denpasar Wajibkan Guru Swab Test
Sebelum Digelar Simulasi Belajar Tatap Muka Januari 2021
Jika simulasi yang dilaksanakan ini berjalan efektif, maka bisa saja menerapkan pembelajaran tatap muka di bulan Maret 2021.
DENPASAR, NusaBali
Sebelum penerapan simulasi belajar tatap muka, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kota Denpasar akan mewajibkan para guru untuk melakukan swab test sebelum mulai datang ke sekolah dan berkomunikasi dengan siswa. Simulasi rencana akan digelar pada bulan Januari hingga Februari 2021 dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.
Kadisdikpora Kota Denpasar, I Wayan Gunawan, saat dihubungi, Minggu (2/12) mengungkapkan sebelum simulasi dilakukan, dia ingin semua guru memproteksi diri. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kesiapan para guru untuk mengajar tanpa harus khawatir dirinya terpapar Covid-19 (Virus Corona).
Sebab, Gunawan mengatakan tidak ingin sekolah menjadi klaster penyebaran Covid-19. "Jadi kami wajibkan semua guru, kepala sekolah, dan staf lainnya untuk melakukan swab sebelum memulai simulasi pembelajaran tatap muka. Kami konsisten, dan kami tidak mau ada penyebaran Covid-19 atau menjadi klaster dari sekolah. Apalagi saat ini sekolah belum diketahui memiliki klaster baru," jelasnya.
Gunawan mengatakan, para guru yang melakukan swab dan hasilnya negatif bisa melanjutkan mengikuti simulasi belajar tatap muka. Dengan catatan bukan hanya siswa yang menerapkan protokol kesehatan, tetapi juga para guru dan staf sekolah. Sebab, dalam simulasi nantinya mereka akan disediakan tempat cuci tangan, hand sanitizer, thermo gun, dan wajib memakai masker.
Pihak sekolah juga juga menyiapkan ruangan dengan kapasitas setengah dari jumlah siswa di dalam kelas untuk mengatur jarak yang diwajibkan 1,5 meter. Tetapi, jika ada yang positif, maka sudah dipastikan guru tersebut tidak diperbolehkan untuk ikut dalam simulasi Covid-19 tersebut. "Kalau positif jelas dia harus isolasi dulu. Itu sebabnya kenapa kami wajibkan swab, para guru dilakukam screening lebih awal," ungkapnya.
Menurut dia, selain swab test, dalam simulasi nanti guru yang memiliki riwayat penyakit bawaan tidak akan diperbolehkan untuk datang ke sekolah. Tetapi bisa memberikan pelajaran melalui dalam jaringan (daring). Begitu juga siswa, jika ada yang merasa memiliki penyakit bawaan juga tidak akan diperkenankan untuk datang ke sekolah mengikuti simulasi.
Sebab, Gunawan mengatakan orang yang memiliki penyakit bawaan akan lebih rentan terserang Covid-19 dan cukup berbahaya bagi kesehatan mereka. Gunawan juga mengatakan, Disdikpora sudah melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan terkait dengan simulasi tersebut. "Kami sudah berkoordinasi kemarin, dan mereka siap untuk memberikan layanan swab, dan siap mengawal prokes di sekolah bersama-sama," ungkap Gunawan.
Simulasi ini kata Gunawan, rencananya akan dilakukan pada bulan Januari-Februari 2021. Sekolah yang menjadi tempat simulasi akan diacak sesuai dengan kesiapan masing-masing sekolah. Namun, penerapan simulasi belajar tatap muka tidak akan berlangsung setiap hari melainkan maksimal dua kali dalam seminggu.
Simulasi tersebut jika dirasa efektif, maka ke depan pihaknya bisa saja menerapkan pembelajaran tatap muka di bulan Maret 2021. "Tetapi jika dalam evaluasi penerapan simulasi ini hasilnya berbeda dengan yang diharapkan bisa saja penerapan belajar tatap muka kembali ditunda sampai batas waktu yang belum ditentukan," tandasnya. *mis
Kadisdikpora Kota Denpasar, I Wayan Gunawan, saat dihubungi, Minggu (2/12) mengungkapkan sebelum simulasi dilakukan, dia ingin semua guru memproteksi diri. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kesiapan para guru untuk mengajar tanpa harus khawatir dirinya terpapar Covid-19 (Virus Corona).
Sebab, Gunawan mengatakan tidak ingin sekolah menjadi klaster penyebaran Covid-19. "Jadi kami wajibkan semua guru, kepala sekolah, dan staf lainnya untuk melakukan swab sebelum memulai simulasi pembelajaran tatap muka. Kami konsisten, dan kami tidak mau ada penyebaran Covid-19 atau menjadi klaster dari sekolah. Apalagi saat ini sekolah belum diketahui memiliki klaster baru," jelasnya.
Gunawan mengatakan, para guru yang melakukan swab dan hasilnya negatif bisa melanjutkan mengikuti simulasi belajar tatap muka. Dengan catatan bukan hanya siswa yang menerapkan protokol kesehatan, tetapi juga para guru dan staf sekolah. Sebab, dalam simulasi nantinya mereka akan disediakan tempat cuci tangan, hand sanitizer, thermo gun, dan wajib memakai masker.
Pihak sekolah juga juga menyiapkan ruangan dengan kapasitas setengah dari jumlah siswa di dalam kelas untuk mengatur jarak yang diwajibkan 1,5 meter. Tetapi, jika ada yang positif, maka sudah dipastikan guru tersebut tidak diperbolehkan untuk ikut dalam simulasi Covid-19 tersebut. "Kalau positif jelas dia harus isolasi dulu. Itu sebabnya kenapa kami wajibkan swab, para guru dilakukam screening lebih awal," ungkapnya.
Menurut dia, selain swab test, dalam simulasi nanti guru yang memiliki riwayat penyakit bawaan tidak akan diperbolehkan untuk datang ke sekolah. Tetapi bisa memberikan pelajaran melalui dalam jaringan (daring). Begitu juga siswa, jika ada yang merasa memiliki penyakit bawaan juga tidak akan diperkenankan untuk datang ke sekolah mengikuti simulasi.
Sebab, Gunawan mengatakan orang yang memiliki penyakit bawaan akan lebih rentan terserang Covid-19 dan cukup berbahaya bagi kesehatan mereka. Gunawan juga mengatakan, Disdikpora sudah melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan terkait dengan simulasi tersebut. "Kami sudah berkoordinasi kemarin, dan mereka siap untuk memberikan layanan swab, dan siap mengawal prokes di sekolah bersama-sama," ungkap Gunawan.
Simulasi ini kata Gunawan, rencananya akan dilakukan pada bulan Januari-Februari 2021. Sekolah yang menjadi tempat simulasi akan diacak sesuai dengan kesiapan masing-masing sekolah. Namun, penerapan simulasi belajar tatap muka tidak akan berlangsung setiap hari melainkan maksimal dua kali dalam seminggu.
Simulasi tersebut jika dirasa efektif, maka ke depan pihaknya bisa saja menerapkan pembelajaran tatap muka di bulan Maret 2021. "Tetapi jika dalam evaluasi penerapan simulasi ini hasilnya berbeda dengan yang diharapkan bisa saja penerapan belajar tatap muka kembali ditunda sampai batas waktu yang belum ditentukan," tandasnya. *mis
1
Komentar