41 Krama Bukian Kena Diare
Hingga kemarin sore, 6 korban diare masih dirawat di RSUD Sanjiwani Gianyar, sementara 8 korban lagi di Puskesmas Payangan
Bertumbangan Usai Santap Lawar dan Sate Pernikahan
GIANYAR, NusaBali
Sebanyak 41 krama Desa Bukian, Kecamatan Payangan, Gianyar terserang diare secara massal, usai santap lawar dan sate dalam upacara pernikahan. Mereka harus dilarikan ke Puskesmas Payangan untuk menjalani perawatan, bahkan 6 korban di antaranya dirujuk ke RSUD Sanjiwani Gianyar.
Para korban diare mencapai 41 orang ini dibawa ke Puskesmas Payangan, sejak Senin (7/11) hingga Rabu (9/11). Mereka berasal dari dua banjar berbeda di Desa Bukian, masing-masing Banjar Subilang (sebanyak 39 orang) dan Banjar Bukian (3 orang).
Data di lapangan, sebelum bertumbangan, 41 korban diare ini menghadiri upacara perkawinan di Banjar Subilang, sejak Sabtu (5/11) hingga Senin (7/11). Ada lima pa-sangan pengantin yang melaksanakan upacara perkawinan, masing-masing di rumah keluarga I Ketut Sugita, I Made Kebet, I Made Gambar, I Nyoman Gunawan, dan I Made Geremeng.
Sebagaimana tradisi di Bali umumnya, upacara perkawinan diawali dengan membuat adonan lawar dan sate pada hari berbeda, Sabtu-Senin. Kemudian, para korban bertumbangan dalam kisaran waktu berbeda-beda setelah santap lawar dan sate. Ada yang baru kena diare dua hari pasca kemudian, ada pula yang sehari pasca santap lawar. Mereka pun dilarikan ke Puskesmas Payangan, ada pula yang sempat dibawa ke dokter praktek, sejak Senin. Mereka mengalami gejala yang sama: perut mules, mual-mual, muntah-muntah, dan diare.
Hingga Rabu sore, terdata ada 41 korban diare asal Desa Bukian yang sempat dirawat di Puskesmas Payangan yang berlokasi di Desa Melinggih, Kecamatan Payangan. Dari jumlah itu, 6 korban yang kondisinya cukup parah dirujuk ke RSUD Sanjiwani Gianyar, Rabu siang. Sementara yang masih dirawat di Puskesmas Payangan hingga kemarin sore sebanyak 8 orang.
Korban yang masih dirawat di Puskesmas Payangan tersebut masing-masing Ni Nyoman Trinung, 70, Ni Ketut Mejel, 70, Ni Made Ancung, 56, Ni Made Udu, 56, Ni Made Dengeh, 55, Ni Wayan Glenoh, 40, I Ketut Sugita, 40, dan Ni Luh Sri Susilawati, 29.
Sedangkan 6 korban yang dirujuk ke RSUD Sanjiwani Gianyar dari berbagai usia, mulai kakek berusia 80 tahun hingga balita berumur 3 tahun. Mereka adalh I Ketut Lepo, 80 (dirujuk ke RSUD Sanjiwani, Rabu siang pukul 13.00 Wita) Ni Wayan Sanggri, 76 (masuk RS Rabu siang pukul 12.00 Wita), I Nyoman Nyangkod, 55 (masuk RS Rabu siang pukul 13.10 Wita), Ni Nengah Armili, 27 (masuk RS Rabu siang pukul 14.20 Wita), I Wayan Mertayasa Septiadi, 7 (masuk RS Rabu siang pukul 13.40 Wita), dan Ni Wayan Mila Anjani, 3 (masuk RS Rabu siang pukul 14.20 Wita).
Keenam korban diare ini mendapat perawatan intensif di Ruang IRD RSUD Sanjiwani Gianyar. Mereka dirujuk ke RSUD Sanjiwani dari Puskesmas Payangan dengan keluhan yang sama: sakit perut melilit dan mual-mual. Dari 6 korban diare yang dirujuk ke RSUD Sanjiwani ini, 2 orang di antaranya nenak dan cucu, yakni Ni Nyoman Nyangkod dan I Wayan Mertayasa Septiadi (anak usia 7 tahun).
Pantauan NusaBali, bocah Wayan Mertayasa terbaring lemas dalam perawatan dengan didampingi ayahnya, I Wayan Rupa, 40. Menurut Wayan Rupa, anaknya ini menderita sakit perut disertai muntah-muntah, sejak Rabu dinihari sekitar pukul 02.00 Wita. Karena kondisinya makin drop, bocah Mertayasa kemudian dibawa kakeknya ke Puskesmas Payangan. Lagipula, sang nenek, Nyoman Nyangkod, juga menmgalami gejala yang sama.
“Kakeknya yang mengajak ke Puskesmas, karena saya sedang ada urusan di Denpasar. Selain anak saya, neneknya (Nyoman Nyangkud) juga dibawa ke Puskesmas,” jelas Wa-yan Rupa. Karena kondisi cucuk dan neneknya ini cukup parah, mereka akhirnya dirujuk ke RSUD Sanjiwani, Rabu siang.
Sementara, beberapa korban diare mengaku sempat dirawat ke dokter praktek umum, sebelum akhirnya dibawa ke Puskesmas Payangan untuk mendapat penanganan lebih lanjut. menurut Kelian Dinas Banjar Subilang, Desa Bukian, I Wayan Sabawardana, pihaknya belum tahu pasti apa penyebab diarea massal yang menyerang 41 warga ini. “Sebetulnya, sebelum acara mebat (bikin adonan lawar dan sate), sudah ada warga yang mengalami diare,” jelas Wayan Sabawardana kepada NusaBali, Rabu kemarin.
Menurut Sabawardana, ibu mertuanya yakni Ni Wayan Ketel, 85, bahkan sampai meninggal, Rabu kemarin. Nenek berusia 85 tahun itu sempat dirawat di Puskesmas Payangan, sebelum kemudian dirujuk ke RSUD Sanjiwangi dan akhirnya meninggal. “Tapi, belum pasti juga meninggal karena diare atau apa, mengingat usianya sudah sepuh,” terang Sabawardana.
Sabawardana memaparkan, sekitar Oktober 2016 lalu, di Banjar Subilang terdapat se-jumlah ternak babi yang diare. Dia belum mengetahui pasti apakah diare babi itu menular ke manusia. Warga Banjar Subilang berjumlah 128 kepala keluarga (KK) dengan 638 jiwa. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, ada yang menggunakan air PDAM, ada pula memakai air swadaya yang diambil dari mata air yang dialirkan ke masing-masing rumah.
Sementara itu, Kepala UPT Kesmas Payangan, dr I Gusti Ngurah Gede Putra, menya-takan pihaknya belum mengetahui pasti penyebab diare yang menyerang 41 krama Desa Bukian. Menurut dr Putra, pihaknya fokus penanganan pasien dengan memberikan cairan agar tidak mengalami dehidrasi (kurang cairan). Bila kondisi pasien terus drop, meski telah diberikan cairan, harus dirujuk ke RSUD Sanjiwani Gianyar.
Sedangkan Kadis Kesehatan Gianyar, dr Ida Ayu Cahyani Widyawati, sempat terjun memantau korban diare di RSUD Sanjiwani, Rabu kemarin. Dia memantau pasien koban diare denga didampingi Dirut RSUD Sanjiwani, dr Ida Made Upeksa. Menurut Cahyani Widyawati, pihaknya telah menangani korban diare ini ssuai SOP (standar prosedur operasi) mulai dari Puskesmas hingga di RSUD.
SOP dimaksud, selain penanganan pasien secara klinis di Puskesmas dan RSUD, juga memustus mata rantai penyebab sebaran penyakit. Bentuknya, melarang warga makan sate atau lawar yang diduga sebagai sumber bakteri penyebab diare. “Terpenting stop dulu konsumsi makanan yang dicurigai itu,” tandas Cahyani. * cr62,lsa
1
Komentar