Pilkada 2020 Ujian Soliditas PDIP Hadapi Agenda Politik Berikutnya
PROYEKSI 2021: Bidang POLITIK
DENPASAR, NusaBali
"WALAUPUN Karangasem dikuasai incumbent dan sekarang survei kita masih kalah, tetapi tidak mustahil nanti kita bisa rebut kemenangan," kata Ketua DPD PDIP Bali, Wayan Koster, di sela acara penyerahan rekomendasi paket calon untuk Pilka-da 2020 serentak 6 daerah di Bali secara simbolis, di Kantor DPD PDIP Bali, Jalan Banteng Baru Nomor 4 Niti Mandala Denpasar, Jumat 28 Agustus 2020 lalu.
Ucapan Wayan Koster tersebut akhirnya jadi kenyataan, PDIP behasil menangkan Pilkada Karangasem 2020 melalui pasangan I Gede Dana-I Wayan Artha Dipa. Pilkada Karangasem 2020 memang menjadi pertarungan besar PDIP. Maklum, sejak tahun 2005, kepala daerah di kabupaten paling timur Pulau Bali ini dikuasai partai politik (Parpol) lain. PDIP pertama dan terakhir berkuasa di Gumi Lahar melalui I Nyoman Sumantara, Bupati Karangasem 2000-2005 yang kini Ketua DPC Demokrat Karangasem.
Tak salah sebagai ‘punggawa’ PDIP di Bali, Wayan Koster sampai turun tangan langsung untuk menangkan Pilkada Karangasem 2020. Dia kerahkan seluruh kader terbaiknya di Karangasem. Bahkan, kader PDIP dari tingkat provinsi dan kabupaten lainnya di Bali yang tidak ber-Pilkada di tahun 2020, diperintahkan menduduki Karangasem selama masa kampanye. Koster yang juga Gubernur Bali, tak lelah berkeliling di Karangasem untuk mengkampanyekan pasangan I Gede Dana-I Wayan Artha Dipa (Dana-Dipa).
Siang malam kader-kader pilihan PDIP dari segala lini menggarap basis-basis suara di Karangasem. Seperti cerita anggota Fraksi PDIP DPRD Bali Dapil Gianyar, I Made Rai Warsa. Sebagai salah satu kader yang ditugaskan ikut menggarap kemenangan Pilkada Karangasem, Rai Warsa ditempatkan di zona kuning alias basis lawan, yakni Desa Pesedahan dan Desa Tenganan, Kecamatan Manggis.
Mendapat tantangan berat, Rai Warsa tak habis akal. Dia pun gerilya dan menyanggongi lokasi hingga akhirnya berhasil ‘mencuri’ celah dengan mendekati salah seorang tokoh setempat. Saat celah didapat, gempuran pun dilancarkan hingga akhirnya berhasil digelar deklarasi dukung Dana-Dipa dengan menghadirkan langsung Ketua DPD PDIP Bali, Wayan Koster.
Kerja gotong-royong yang dibangun PDIP di Karangasem ini pun berbuah manis. Paket Dana-Dipa yang diusung PDIP bersama Hanura, berhasil menumbangkan kekuatan incumbent, yakni I Gusti Ayu Mas Sumatri-I Made Sukerana (Massker) yang diusung Golkar-NasDem-Gerindra-Demokrat-Perindo-PKS. Berdasarkan pleno rekapitulasi suara oleh KPU Karangasem, Dana-Dipa menang dengan meraih 148.059 suara atau 56,59 persen. Sedangkan Paket Massker hanya raih 113.537 suara atau 43,40 persen. Kemenangan Dana-Dipa ini tentu saja menjadi kado terindah bagi PDIP, menyempurnakan kemenangan yang diraihnya saat Pileg 2019 lalu di Karangasem.
Namun, seperti kata peribahasa ‘tiada gading yang tak retak’, setiap hal atau sesuatu pasti memiliki kekurangan. Target sapu bersih kemenangan Pilkada 2020 di 6 kabupaten/kota se-Bali, urung terwujud. Pasalnya, PDIP kalah tarung di Pilkada Jembrana 2020. PDIP menang di 5 daerah, yakni Pilkada Badaung 2020, Pilkada Denpasar 2020, Pilkada Tabanan 2020, Pilkada Bangli 2020, dan Pilkada Karangasem 2020.
Di Pilkada Jembrana 2020, pasangan I Made Kembang Hartawan-I Ketut Sugiasa (Paket Bangsa) yang diusung PDIP bersama Hanura, dipecundangi oleh I Nengah Tamba-I Gede Ngurah Patriana Krisna yang diusung Koalisi Jembrana Maju (KJM) terdiri atas Golkar-Gerindra-Demokrat-PKB-PPP. Berdasarkan pleno rekapitulasi KPU Jembrana, Tamba-Patriana unggul dengan 95.491 suara (51,99 pesren), sementara Paket Bangsa meraih 88.176 suara (48,01 persen).
Pesona Bupati Jembrana (2000-2005, 2005-2010) Prof Dr drg I Gede Winasa yang melekat pada Paslon Tamba-Patriana, luput diwaspadai PDIP. Cabup Made Kemang Hartawan yang berstatus incumbent (dua periode menjadi Wakil Bupati Jem-brana) ternyata belum cukup tangguh melawan ‘sihir’ Winasa---yang pada masanya membawa begitu banyak perubahan di Bumi Makepung, kabupaten paling barat Pulau Bali ini. Winasa adalah ayah dari Patriana Krisna.
Namun, terlepas dari kekalahan di Jembrana, pasca Pilkada 2020, PDIP tampaknya akan makin solid di Bali. Jargon ‘Satu Jalur’ yang digaungkan Ketua DPD PDIP sekaligus Gubernur Bali, Wayan Koster, dalam merealisasikan program-program pembangunan sekaligus janji kampanye di Pilkada, akan semakin mudah terwujud.
Konsolidasi politik yang kuat ini diyakini akan berpengaruh pada makin mudahnya kepala daerah dalam mewujudkan janji politik.
Sebagai orang nomor satu di Bali, Wayan Koster akan lebih mudah mengatur ritme programnya. Sebab, para kepala daerah di kabupaten/kota memiliki agenda yang senada dengan gubernurnya. Program besar Gubernur Koster yang bertajuk ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ akan menjadi satu kesatuan dengan program Bupati/Walikota se-Bali. Tak hanya agenda pembangunan, agenda politik berikutnya di Bali, baik Pilkada, Pileg maupun Pilpres, tapi juga akan semakin memudahkan PDIP.
Jadwal Pilkada serentak berikutnya saat ini masih jadi pembahasan di DPR RI. Sebab, jika sesuai rencana, maka Pilkada serentak akan berfokus pada satu jadwal saja, yakni tahun 2024 berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada. Sisa dua gelombang Pilkada di Bali, yakni Pilkada Buleleng 2022, Pilkada Gianyar 2023, Pilkada Klungkung 2023, dan Pilgub Bali 2023 akan digelar serentak di tahun 2024.
Terkait ini, di DPR RI saat ini muncul wacana pengunduran jadwal Pilkada 2024 ke tahun 2027. Jika pengunduran jadwal ini terjadi, maka Pilkada Buleleng, Pilkada Gianyar, Pilkada Klungkung, dan Pilgub Bali akan digelar sesuai putaran semula, yakni Pilkada Buleleng di tahun 2022, sementara Pilkada Gianyar, Pilkada Klungkung, dan Pilgub Bali digelar tahun 2023. Apabila pilihan ini yang diambil, maka riuh politik Pilkada di Bali akan berlanjut di tahun 2021, yakni untuk Pilkada Buleleng 2022. Lalu berikutnya akan berlanjut untuk agenda Pilkada Gianyar, Pilkada Klungkung, dan Pilgub Bali di 2023.
Di perhelatan Pilkada maupun Pilgub Bali nanti, tentu saja soliditas PDIP akan semakin diuji. Sukses mengembalikan kejayaan di Pilkada Karangasem 2020 maupun kegagalan di Pilkada Jembrana 2020, harus menjadi pelajaran penting partai besutan Megawati Soekarnoputri ini di Bali. Soliditas dan gotong-royong kader merupakan modal penting meraih sukses itu. Namun politik terkadang tak melulu soal kalkulasi alias hitung-hitungan angka yang pasti. Sama ‘warna’ seringkali tak selamanya berjalan beriringan. Untuk itu, tantangan berat PDIP di Bali ke depan adalah menjaga keutuhan dan soliditas itu agar tak mudah muncul riak atau tumbuhnya figur kuat yang asyik jalankan agendanya sendiri. *
I Ketut Suardana
Wartawan NusaBali
Wartawan NusaBali
1
Komentar