nusabali

Pendapatan Minus saat Pandemi, Utamakan Biaya Pakan Monyet

  • www.nusabali.com-pendapatan-minus-saat-pandemi-utamakan-biaya-pakan-monyet

MANGUPURA, NusaBali
Objek Wisata Sangeh yang terletak di Jalan Brahmana, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung kena imbas pandemi Covid-19.

Bahkan pendapatan yang masuk diutamakan untuk memenuhi kebutuhan pakan monyet yang jumlahnya mencapai 600 ekor. “Keberadaan monyet di sini tentu harus kami rawat, dan itu harus dianggarkan. Kalau objek wisata tidak ada monyetnya, mungkin tidak terlalu banyak pengeluaran. Tapi karena monyet ini yang menjadi daya tarik wisata, kami harus jaga kebutuhan makan mereka agar bisa tetap jinak kepada pengunjung,” ujar Ketua Pengelola Objek Wisata Sangeh I Made Mohon, Jumat (1/1).

Menurut Made Mohon, untuk menjaga karakter monyet agar tidak galak, maka kebutuhan pakannya harus dipenuhi. Jika monyet kurang makan, akan menjadi masalah karena mereka bisa menyerang terhadap pengunjung yang datang. Selama pandemi Covid-19, pengelola menganggarkan minimal Rp 15 juta untuk pemberian pakan sebanyak 600 ekor monyet. Jika situasi normal bisa mencapai Rp 20 juta, karena variasi pakannya lebih banyak.

“Karena situasi pandemi, variasi pakannya jadi lebih sedikit. Ketela dan pisang saja. Kalau situasi normal, ada variasi semangka, roti, dan makanan yang diberikan langsung oleh pengunjung. Jika tidak ada pengunjung, otomatis volume makanan yang harus kami keluarkan lebih banyak,” tutur Made Mohon.

“Awal-awal saat ditutup total selama beberapa bulan, tidak ada kunjungan sama sekali. Syukurnya banyak masyarakat dan komunitas ikut membantu. Hampir setiap hari ada saja yang menyumbangkan makanan untuk monyet, sehingga bisa mengurangi pengeluaran,” imbuh Made Mohon.

Disinggung soal pendapatan, diakui selama pandemi memang jauh dari normal. Bahkan selalu minus untuk biaya operasional. Pada situasi normal, rata-rata pendapatan Objek Wisata Sangeh mencapai Rp 200 juta tiap bulan. Pernah sekali waktu mencapai Rp 500 juta dalam sebulan. Namun saat pandemi, hanya mampu meraup sekitar Rp 50 juta. Dari pendapatan tersebut dibagi untuk biaya makan monyet, kebersihan, gaji pegawai, hingga disetor ke kas daerah.

“Pendapatan saat ini hanya seperempat dari pendapatan normal. Secara hitung-hitungan, kalau pendapatan Rp 100 juta baru bisa balance. Kalau dengan pendapatan Rp 50 juta, kami minus. Syukurnya masih ada dana sisa tahun sebelumnya. Tapi itupun terus berkurang, karena terus digunakan menutupi pengeluaran selama pandemi,” tutur Made Mohon.

Dia menambahkan, dari pendapatan Rp 50 juta tersebut tidak sepenuhnya berasal dari jumlah kunjungan wisatawan. Justru setengahnya disokong oleh kegiatan pre wedding para pasangan yang memanfaatkan lokasi di Objek Wisata Sangeh untuk mengambil gambar.

Made Mohon berharap objek wisata tidak ditutup total lagi seperti beberapa bulan lalu. Mengingat beban pengeluaran untuk operasional cukup tinggi. Jika objek wisata ditutup, tentu tidak akan ada kunjungan wisatawan. Secara otomatis akan kehilangan pendapatan, sedangkan di lain sisi pengeluaran menjadi membengkak.

“Kami bersyukur karena objek wisata bisa dibuka. Artinya kita bisa mengurangi lah biaya yang dibebankan kepada pengelola. Kami sempat khawatir kalau objek itu ditutup dalam waktu yang panjang, monyet tidak dapat makan, dan dikhawatirkan akan bisa merubah karakter monyet,” ucap Made Mohon. *ind

Komentar