Pusat Diminta Gelar Rapat di Bali
Tujuannya untuk mengisi kekosongan pasar wisatawan pasca libur Nataru
DENPASAR,NusaBali
Pelaku pariwisata Bali meminta kegiatan-kegiatan pemerintah Pusat, seperti rapat-rapat, seminar dan lainnya dari kementerian dan kelembagaan lainnya tetap digelar di Bali.
Tujuannya untuk mengisi kekosongan pasar (wisatawan) pasca event liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 25 Desember 2020 dan 1 Januari 2021.
Jika tidak ada pengisian dengan kegiatan Pusat, dipastikan kondisi pariwisata Bali yang sempat menggeliat pada event Nataru, akan kembali terpuruk. “Karena setelah Nataru kan ada jeda,”ujarnya, Jumat (1/1).
Memang upaya serupa sudah dilakukan pada tahun 2020, ketika pandemi Covid-19 semakin merajam. Mengingat keadaan akibat pandemi Covid-19, masih berlanjut pada 2021, kebijakan menggelar kegiatan kementerian dan kelembagaan di Bali agar dilanjutkan.
Pelaku pariwisata berharap Menparekraf Sandiaga Uno bisa mengkondisikan hal tersebut. ”Karena kan Pak Menteri dikenal memiliki banyak terobosan,”ucap Sukarta.
Dengan terobosan dan inovasi itulah, kegiatan pemerintah Pusat seperti rapat-rapat agar digelar di Bali. Apalagi masa jeda diperkirakan masih cukup lama.
Sebelumnya dampak liburan Nataru diakui Sukarta, dirasakan cukup membawa imbas positif. Untuk villa rata-rata hunian sekitar 50 persen. Tetapi hanya sampai keramaian Nataru antara 25 Desember 2020 sampai pekan pertama Januari 2021. “Walau memang tarif dibuat miring alias diskon,” papar Sukarta.
Hampir seluruh wisatawan Bali berasal dari Nusantara, baik lokal maupun dari luar daerah/kota. Mereka banyak berdatangan ke Bali. Selain memang sudah rindu berlibur di Bali, juga karena harga kamar hotel/villa yang relative murah dari harga normal.
Namun pasca Nataru Bali akan kembali kosong wisatawan karena harus menunggu perkembangan lebih jauh terkait pandemi Covid-19. Mulai dari kepastian jadi atau tidak pembukaan Bali untuk wisman. Serta perkembangan isu global, khususnya menyangkut pandemi Covid-19. Seperti soal vaksin, pembukaan border dari masing-masing negara di dunia. Kepastian diperkirakan baru akan diketahui antara Maret dan April.
“Nanti April kan ada Idul Fitri. Pada bulan itu juga ada hari Paskah,” kata Sukarta menunjuk hari besar keagamaan yang potensial berdampak positif pada kunjungan wisatawan ke Bali. *K17.
Pelaku pariwisata Bali meminta kegiatan-kegiatan pemerintah Pusat, seperti rapat-rapat, seminar dan lainnya dari kementerian dan kelembagaan lainnya tetap digelar di Bali.
Tujuannya untuk mengisi kekosongan pasar (wisatawan) pasca event liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 25 Desember 2020 dan 1 Januari 2021.
Jika tidak ada pengisian dengan kegiatan Pusat, dipastikan kondisi pariwisata Bali yang sempat menggeliat pada event Nataru, akan kembali terpuruk. “Karena setelah Nataru kan ada jeda,”ujarnya, Jumat (1/1).
Memang upaya serupa sudah dilakukan pada tahun 2020, ketika pandemi Covid-19 semakin merajam. Mengingat keadaan akibat pandemi Covid-19, masih berlanjut pada 2021, kebijakan menggelar kegiatan kementerian dan kelembagaan di Bali agar dilanjutkan.
Pelaku pariwisata berharap Menparekraf Sandiaga Uno bisa mengkondisikan hal tersebut. ”Karena kan Pak Menteri dikenal memiliki banyak terobosan,”ucap Sukarta.
Dengan terobosan dan inovasi itulah, kegiatan pemerintah Pusat seperti rapat-rapat agar digelar di Bali. Apalagi masa jeda diperkirakan masih cukup lama.
Sebelumnya dampak liburan Nataru diakui Sukarta, dirasakan cukup membawa imbas positif. Untuk villa rata-rata hunian sekitar 50 persen. Tetapi hanya sampai keramaian Nataru antara 25 Desember 2020 sampai pekan pertama Januari 2021. “Walau memang tarif dibuat miring alias diskon,” papar Sukarta.
Hampir seluruh wisatawan Bali berasal dari Nusantara, baik lokal maupun dari luar daerah/kota. Mereka banyak berdatangan ke Bali. Selain memang sudah rindu berlibur di Bali, juga karena harga kamar hotel/villa yang relative murah dari harga normal.
Namun pasca Nataru Bali akan kembali kosong wisatawan karena harus menunggu perkembangan lebih jauh terkait pandemi Covid-19. Mulai dari kepastian jadi atau tidak pembukaan Bali untuk wisman. Serta perkembangan isu global, khususnya menyangkut pandemi Covid-19. Seperti soal vaksin, pembukaan border dari masing-masing negara di dunia. Kepastian diperkirakan baru akan diketahui antara Maret dan April.
“Nanti April kan ada Idul Fitri. Pada bulan itu juga ada hari Paskah,” kata Sukarta menunjuk hari besar keagamaan yang potensial berdampak positif pada kunjungan wisatawan ke Bali. *K17.
Komentar