Kini, Produksi Kakau di Gadung Sari Anjlok
Sempat Jadi Contoh Komoditas ke Jakarta
TABANAN, NusaBali
Desa Gadung Sari, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, salah satu desa penghasil Kakau.
Tahun 1985 – 1986, produksi Kakau di Desa Gadung Sari sangat menggeliat, bahkan buahnya jadi percontohan di Jakarta. Namun, kini produksi Kakau anjlok. Penyebabnya, pohon yang dimiliki petani sudah tua dan diganggu hama penggerek batang. Perbekel Desa Gadung Sari I Wayan Sindreg mengakui produksi Kakau bagi petani di desanya, anjlok. Karena sejak lima tahun lalu banyak pohon Kakau ditebang karena sudah tua. "Sekarang petani masih ada yang mempertahankan pohon Kakau mereka, tapi hasilnya sangat menurun. Satu pohon Kakau hanya dapat buah sekilo. Itu sudah bersyukur," ungkapnya, Minggu (3/1).
Menurutnya, produksi Kakau menurun karena pohon tua belum pernah diremajakan. Hama penggerek batang sangat menganggu sehingga Kakau petani cepat busuk. "Produksi Kakau sudah menurun sejak tahun 2018, dan sampai saat ini belum ada peningkatan," katanya.
Padahal, menurut Sindreg, tahun 1985-1986 petani di Desa Gadung Sari sangat berjaya dengan Kakau. Satu pohon Kakau bisa menghasilkan buah 8 kg. Bahkan dulu juga ada koperasi yang membantu menjualkan hasil produksi petani. "Dulu 25 are lahan petani, bisa ditanami 1.000 pohon kakau. Kalau sekarang sudah ditebang karena pohon sudah tua. Petani malah menanam pohon kayu Senggon dan Mahoni. Namun harganya masih murah. Kini bisa dibilang, petani kapok," beber Wayan Sindreg.
Kata dia, petani di Desa Gadungan kini masih ingin kembali menanam kakau. Karena kondisi tanah cocok untuk ditanami Kakau. Sebab buah Kakau yang ditanam di Desa Gadungan hasilnya cembung, tidak berkerut. Empat tongkol Kakau bisa hasilkan 1 kg Kakau basah. "Kami sudah berkoordinasi ke Dinas Pertanian Tabanan tentang ini. Kami berharap ada bantuan pohon kembali karena animo masyarakat banyak yang ingin menanam Kakau," harapnya. *des
1
Komentar