Jero Mangku Belog Dapat Bisikan Gaib Sebelum Temukan Ramuan Herbal
DENPASAR, NusaBali
Kekayaan Bali bukan hanya keindahan alam, namun berbagai tumbuhan yang ada di Pulau Dewata juga menjadi harta tak bernilai. Ya, berbagai tetumbuhan, termasuk rempah menjadi bahan baku herbal.
Isu soal herbal sendiri makin menguat di tengah pandemi Covid-19. Apalagi sebelumnya Gubernur Bali I Wayan Koster juga punya komitmen dalam hal pengembangan pengobatan tradisional Bali.
Melalui Jero Mangku Belog, Bali boleh berbangga karena melalui sentuhannya diracik berbagai ramuan herbal, mulai dari minyak, boreh, sabun, hingga jamu. Dan yang paling fenomenal adalah minyak herbal yang dikenal dengan nama ‘Minyak Belog.’
Sejatinya ‘minyak ajaib’ ini sudah ditemukan oleh Jero Mangku yang memiliki nama asli I Made Haribhawa di awal tahun 2000an. Saat itu Made Haribhawa memutuskan pulang ke Bali setelah sebelumnya menempuh pendidikan S1 di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB). Seusai 4,5 tahun menamatkan kuliahnya dan mendapat gelar Dokter Hewan, dia pun bekerja di Sanbe Farma dan ditempatkan di Tasikmalaya dan membawahi wilayah Pangandaran, hingga Ciamis.
Kepulangannya bukan semata-mata karena situasi negeri saat itu, tahun 1998, sedang panas-panasnya. Ibukota terjadi kerusuhan. Namun kepulangannya ke tanah leluhur juga terkait panggilan hati agar menjadi pamangku atau Jero Mangku sebagai pelayan umat Hindu Bali.
“Saya sempat bingung, kalau jadi pamangku, maka ke arah spiritual semuanya,” kata Jero Mangku Belog, Sabtu (2/1/2021).
Tapi diakui dirinya sempat gamang dan mencoba bekerja lagi ke Jakarta, hanya bertahan enam bulan dia mengalami sakit sehingga kembali pulang ke Bali. Selanjutnya ada lagi ajakan dari kakaknya agar bekerja antara Australia atau Malaysia pada sebuah peternakan. Paspor pun sudah diurus dan jadi, namun apa daya rencana mrantau ke mancanegara gagal. Dia tak pernah berangkat karena kembali tergeletak dan mengalami sakit berkepanjangan. Hingga seorang Peranda dari Ubud memastikan agar harus siap menjadi pamangku, jika tidak dalam empat hari akan meninggal dunia.
Alhasil dimantapkanlah jalan hidupnya ke arah spiritual. Ternyata, pilihan yang dijalani oleh Jero Mangku asal Kemoning Klungkung ini disambut oleh krama masyarakat. Banyak yang menemuinya untuk berkonsultasi tentang banyak hal, dan masalah kesehatan diakui paling banyak dikeluhi oleh mereka yang datang. “Apalagi saya kan memang penekun kesehatan. Pas ambil (Fakultas) Kedokteran Hewan, ya sebelumnya harus tahu juga perihal kedokteran manusia,” ujarnya.
Dari situlah kemudian diakui muncul semacam keinginan kepada ‘Beliau’ diciptakan obat general (umum) agar bisa dipakai semua umat. “Makanya Belog tidak ada unsur hewani,” ungkap Jero Mangku Belog yang saat tinggal di Jawa Barat memiliki ayah angkat seorang kyai. “Saat ini sertifikasi halal juga sedang diurus,” lanjutnya.
Akhirnya Jero Mangku Belog melakukan meditasi untuk menuntunnya menciptakan sebuah ramuan herbal. “Saya meditasi minta kepada ‘Beliau’ dan kemudian ada pawisik dikasih bahan-bahannya. Dari pawisik itu saya catat dan kemudian saya bikin hingga digunakan untuk menyebuhkan orang yang mau berobat,” ujarnya.
Diakui dari pawisik itu dirinya tidak mempelajari dulu, melainkan langsung melaksanakan perintah dalam pawisik atau bisikan gaib tersebut. “Nah setelah sudah dipakai buat mengobati, barulah saya mempelajari dan menganalisanya dan ternyata cocok dengan usadha kuno Bali,” kata Jero Mangku Belog.
Bertahun-tahun ramuan itu pun digunakan untuk mengobati berbagai penyakit mulai dari demam, rabies, ambien dan lain-lainnya. “Di masa pandemi ini tentu saja masalah kesehatan menjadi hal penting. Saya tidak mengklaim minyak ini sebagai obat Corona, tapi dengan adanya minyak ini membantu mengatasi gejala-gejala yang ditimbulkan, termasuk memberi daya tahan tubuh,” jabar Jero Mangku Belog.
Untuk diketahui komposisi Minyak Belog antara lain minyak kelapa (Cocos nucifera), cengkeh (Syzygium aromaticum), serai wangi (Cymbopogan nardus), pule pandak (Rauwalfia serpentine), nagasari (Mesua ferrea), legundi (Vitex trifolia) dan berbagai ramuan herbal pilihan. Berkhasiat untuk kesehatan kulit dan kekuatan spiritual alami yang ditakuti oleh makhluk-makhluk astral dan anti ilmu magis.
Minyak yang dulunya hanya dibikin sedikit untuk kepentingan mereka yang berobat, sejak beberapa tahun lalu memang didorong lebih baik lagi dengan mengurus izin BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). “Sekitar tiga tahunan lalu diurus setelah didorong oleh dokter dan perawat yang merasakan minyak Belog,” tutur bapak tiga anak ini.
Setelah itu produksi dan penjualan Minyak Belog pun dilakukan secara massal dan terdapat di berbagai marketplace. Hanya saja sejak akhir 2020 lalu, sistem dan model produksi Minyak Belog ditata ulang. Mulai dari penjualan sistem networking, kerjasama dengan petani (khususnya petani sereh wangi) hingga mengubah kemasan menjadi kemasan botol kaca yang dinilai lebih ramah lingkungan. “Kita jangan mencari kesembuhan diri untuk kita saja, namun di sisi lain merusak alam dengan limbah botol plastik,” pesan Jero Mangku Belog.*mao
Komentar