Tokoh Pariwisata Minta Seimbang Prokes dengan Stimulus
DENPASAR, NusaBali
Tokoh Pariwisata, Gde Wiratha berteriak agar pusat tidak hanya menerapkan prokes (protokol kesehatan) mencegah penularan Covid-19 dengan menekan masyarakat saja.
Namun tidak seimbang dengan kucuran bantuan yang diberikan kepada masyarakat yang terdampak dari pandemi Covid-19.
Hal itu diungkapkan Gde Wiratha kepada NusaBali di MD Coffee, Legian, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Sabtu (9/1) malam. Menurut Gde Wiratha antara perintah penerapan Prokes yang masif untuk masyarakat yang begitu gencar dengan tujuan agar masyarakat disiplin, tidak berimbang dengan gerakan pemerintah untuk masyarakat yang terdampak Covid-19 dari sisi mengamankan ekonomi rakyat.
"Ya istilahnya antara ajakan untuk melaksanakan protokol kesehatan dengan ‘protokol’ ekonomi harus imbang. Ekonomi masyarakat sekarang morat-marit bagaimana bisa disiplin mereka," ujar Gde Wiratha. "Maksud saya begini. Pemerintah dalam hal ini pemerintah pusat khususnya jangan hanya menekan masyarakat menerapkan prokes ketat. Sementara pemerintah tidak ada memberikan dukungan berupa stimulus yang memadai. Kemudian solusi untuk membantu menjaga ekonomi masyarakat bisa bangkit. Jadi protokol ekonomi mana? Nggak ada," ujar mantan Ketua DPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali ini.
Menurut Gde Wiratha, Bali saat ini menyumbang devisa ke pusat dari sektor pariwisata tembus Rp 120 triliun. Namun stimulus yang diberikan tidak sampai 10 persen. "Saya hitung kalau kemarin diberikan Rp 1,7 triliun ya kecil sekali. Cuman 1 persen itu. Paling tidak harusnya 10 persen dari devisa yang besarannya tiap tahun antara Rp 80 triliun sampai Rp 120 triliun. Kasi UMKM biar hidup mereka. Kasi sektor pertanian, perkebunan. Jangan dong hanya masalah kesehatan saja dibicarakan," ujar pria yang pengusaha akomodasi pariwisata ini.
"Saya tidak menentang program Prokes. Kesehatan itu penting, tetapi perlu diseimbangkan. Buat seimbang keduanya. Kesehatan dan ekonomi berimbang kan. Cari caranya dong," ujar Wiratha. Dia menyoroti juga pergantian Menteri Pariwisata dalam Kabinet Indonesia Maju. Kata dia Bali saat ini sudah matang untuk urusan menarik wisatawan ke Bali. Karena para praktisi, potensi daerah yang mendukung dan tidak dimiliki daerah lain di Indonesia, bahkan negara lain di dunia.
"Pak Menteri Pariwisata Sandiaga Uno tidur saja, Bali tetap jadi destinasi dunia. Bali sudah paham dengan apa yang harus diperbuat. Bali 15 tahun jadi 5 besar destinasi wisata terbaik dunia," tegas pria asal Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana ini. *nat
Hal itu diungkapkan Gde Wiratha kepada NusaBali di MD Coffee, Legian, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Sabtu (9/1) malam. Menurut Gde Wiratha antara perintah penerapan Prokes yang masif untuk masyarakat yang begitu gencar dengan tujuan agar masyarakat disiplin, tidak berimbang dengan gerakan pemerintah untuk masyarakat yang terdampak Covid-19 dari sisi mengamankan ekonomi rakyat.
"Ya istilahnya antara ajakan untuk melaksanakan protokol kesehatan dengan ‘protokol’ ekonomi harus imbang. Ekonomi masyarakat sekarang morat-marit bagaimana bisa disiplin mereka," ujar Gde Wiratha. "Maksud saya begini. Pemerintah dalam hal ini pemerintah pusat khususnya jangan hanya menekan masyarakat menerapkan prokes ketat. Sementara pemerintah tidak ada memberikan dukungan berupa stimulus yang memadai. Kemudian solusi untuk membantu menjaga ekonomi masyarakat bisa bangkit. Jadi protokol ekonomi mana? Nggak ada," ujar mantan Ketua DPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali ini.
Menurut Gde Wiratha, Bali saat ini menyumbang devisa ke pusat dari sektor pariwisata tembus Rp 120 triliun. Namun stimulus yang diberikan tidak sampai 10 persen. "Saya hitung kalau kemarin diberikan Rp 1,7 triliun ya kecil sekali. Cuman 1 persen itu. Paling tidak harusnya 10 persen dari devisa yang besarannya tiap tahun antara Rp 80 triliun sampai Rp 120 triliun. Kasi UMKM biar hidup mereka. Kasi sektor pertanian, perkebunan. Jangan dong hanya masalah kesehatan saja dibicarakan," ujar pria yang pengusaha akomodasi pariwisata ini.
"Saya tidak menentang program Prokes. Kesehatan itu penting, tetapi perlu diseimbangkan. Buat seimbang keduanya. Kesehatan dan ekonomi berimbang kan. Cari caranya dong," ujar Wiratha. Dia menyoroti juga pergantian Menteri Pariwisata dalam Kabinet Indonesia Maju. Kata dia Bali saat ini sudah matang untuk urusan menarik wisatawan ke Bali. Karena para praktisi, potensi daerah yang mendukung dan tidak dimiliki daerah lain di Indonesia, bahkan negara lain di dunia.
"Pak Menteri Pariwisata Sandiaga Uno tidur saja, Bali tetap jadi destinasi dunia. Bali sudah paham dengan apa yang harus diperbuat. Bali 15 tahun jadi 5 besar destinasi wisata terbaik dunia," tegas pria asal Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana ini. *nat
Komentar