Tim DVI Polda Bali Ambil Sampel DNA Keluarga Pramugari Sriwijaya Air
DENPASAR, NusaBali
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Bali mengambil sampel DNA kedua orangtua Mia Tresetyani, pramugari Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak yang mengalami kecelakaan pada, Sabtu (9/1).
"Jenis sampel yang kami ambil hari ini (kemarin) adalah jenis buccal swab dan darah kering dari kedua orangtua Mia Tresetyani," ujar Kasubbid Dokpol Biddokkes Polda Bali, AKBP I Nyoman Gustama di Kota Denpasar, Selasa (12/1).
Dia mengatakan sampel DNA tersebut akan dikirim ke Laboratorium DNA Pusdokkes Polri di Jakarta untuk keperluan identifikasi korban yang proses pengirimannya difasilitasi pihak maskapai Sriwijaya Air.
Pengambilan sampel DNA itu dilakukan berdasarkan hasil koordinasi dengan Laboratorium DNA Pusdokkes Polri dan tim antemortem di Jakarta. "Kami di daerah diharapkan dapat ikut mendukung membantu sampel DNA di mana asal dari korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dan sampel DNA yang telah kami ambil ini akan lebih lanjut diperiksa di Jakarta dan akan diuji di sana untuk proses identifikasi," kata Gustama.
Pihaknya melakukan layanan ‘jemput bola’ pengambilan sampel DNA dengan langsung mendatangi kediaman orang tua Mia Tresetyani, sebagai salah satu bentuk pelayanan sekaligus upaya mencegah penyebaran pandemi COVID-19. "Kalau di rumah sakit sekarang agak riskan karena adanya pandemi COVID-19. Sebelumnya kami juga telah berkoordinasi dengan orang tua dan mereka juga agak takut apabila datang ke rumah sakit sehingga kami melakukan layanan 'jemput bola' dan pihak keluarga juga lebih nyaman apabila dilakukan pengambilan sampel DNA di rumah," ungkapnya.
Seperti diberitakan salah satu pramugari yang jadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJY–182 di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara dalam penerbangan Jakarta-Pontianak, Sabtu (9/1) sore, adalah Mia Tresetyani Wadu, 22. Pramugari yang tinggal di Banjar Sasih, Kelurahan Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan ini diketahui sempat chat dengan kakak kandungnya, Ardi Samuel Cornelis Wadu, 25, sebelum musibah maut.
Mia Tresetyani Wadu merupakan anak dari pasangan Zet Wadu dan Ni Luh Sudarni. Sang ayah Zet Wadu berasal dari NTT, sementara ibundanya, Ni Luh Sudarni, berasal dari Singaraja, Buleleng. Perempuan berusia 22 tahun ini menjadi pramugari Sriwijaya Air sejak 2017 atau setahun setelah tamat SMAN 6 Denpasar di kawasan Sanur. *ant
Dia mengatakan sampel DNA tersebut akan dikirim ke Laboratorium DNA Pusdokkes Polri di Jakarta untuk keperluan identifikasi korban yang proses pengirimannya difasilitasi pihak maskapai Sriwijaya Air.
Pengambilan sampel DNA itu dilakukan berdasarkan hasil koordinasi dengan Laboratorium DNA Pusdokkes Polri dan tim antemortem di Jakarta. "Kami di daerah diharapkan dapat ikut mendukung membantu sampel DNA di mana asal dari korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dan sampel DNA yang telah kami ambil ini akan lebih lanjut diperiksa di Jakarta dan akan diuji di sana untuk proses identifikasi," kata Gustama.
Pihaknya melakukan layanan ‘jemput bola’ pengambilan sampel DNA dengan langsung mendatangi kediaman orang tua Mia Tresetyani, sebagai salah satu bentuk pelayanan sekaligus upaya mencegah penyebaran pandemi COVID-19. "Kalau di rumah sakit sekarang agak riskan karena adanya pandemi COVID-19. Sebelumnya kami juga telah berkoordinasi dengan orang tua dan mereka juga agak takut apabila datang ke rumah sakit sehingga kami melakukan layanan 'jemput bola' dan pihak keluarga juga lebih nyaman apabila dilakukan pengambilan sampel DNA di rumah," ungkapnya.
Seperti diberitakan salah satu pramugari yang jadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJY–182 di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara dalam penerbangan Jakarta-Pontianak, Sabtu (9/1) sore, adalah Mia Tresetyani Wadu, 22. Pramugari yang tinggal di Banjar Sasih, Kelurahan Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan ini diketahui sempat chat dengan kakak kandungnya, Ardi Samuel Cornelis Wadu, 25, sebelum musibah maut.
Mia Tresetyani Wadu merupakan anak dari pasangan Zet Wadu dan Ni Luh Sudarni. Sang ayah Zet Wadu berasal dari NTT, sementara ibundanya, Ni Luh Sudarni, berasal dari Singaraja, Buleleng. Perempuan berusia 22 tahun ini menjadi pramugari Sriwijaya Air sejak 2017 atau setahun setelah tamat SMAN 6 Denpasar di kawasan Sanur. *ant
Komentar