Dinas PKP Upayakan Pengendalian Red Devil di Danau Batur
BANGLI, NusaBali
Ikan red devil menjadi ancaman ikan nila di Danau Batur, Kecamatan Kintamani Bangli. Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli mengupayakan pengendalian red devil di Danau Batur.
Ikan predator tersebut sudah terdeteksi sejak tahun 2016 lalu. Perkembangan red devil cukup pesat. Kadis PKP PKP Bangli, I Wayan Sarma, mengatakan populasi red devil di Danau Batur mengalami peningkatan. Ikan ini pemangsa serangga, cacing, ikan kecil, termasuk telurikan. “Ikan ini sifatnya teritorialis dan invasife sehingga perkembangannya cukup pesat di Danau Batur,” jelas Wayan Sarma, Selasa (12/1). Red devil juga memakan pakan ikan ketika petani memberi makan ikan peliharaannya. Dikhawatirkan populasi red devil terus meningkat. “Jika populasinya tidak terkendali akan merugikan petani,” tegas Wayan Sarma.
Dijelaskan, populasi ikan predator meningkat berdampak pada populasi ikan nila atau keseimbangan ekosistem tidak terjaga. “Kami bukan mau membasmi ikan red devil tapi hanya mengendalikan sesuai ambang batas sehingga ekosistem berjalan seimbang,” sambungnya. Dinas PKP Bangli berupaya melakukan upaya pengendalian dengan mengedukasi kelompok ikan agar menangkap dan membawa ikan tersebut ke darat. Jangan sampai dibudidayakan di danau. Menurut Wayan Sarma, ikan red devil bisa dikonsumsi, namun kwalitasnya kurang bagus.
Dinas PKP Bangli akan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menjaga ekosistem di Danau Batur. Salah satu upaya menjaga populasi ikan nila di Danau Batur dengan penebaran benih ikan berkelanjutan. “Meski ada pemangsa tapi masih tersedia bibit. Kami bersurat ke Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk penyediaan benih ikan nila,” ungkapnya. Menurutnya, adanya ikan predator seperti red devil di Danau Batur kemungkinan secara tidak sengaja ada penghobi ikan membuang ikan tersebut ke danau dan ikan tersebut bercampur pada benih ikan nila yang ditebar. *esa
Dijelaskan, populasi ikan predator meningkat berdampak pada populasi ikan nila atau keseimbangan ekosistem tidak terjaga. “Kami bukan mau membasmi ikan red devil tapi hanya mengendalikan sesuai ambang batas sehingga ekosistem berjalan seimbang,” sambungnya. Dinas PKP Bangli berupaya melakukan upaya pengendalian dengan mengedukasi kelompok ikan agar menangkap dan membawa ikan tersebut ke darat. Jangan sampai dibudidayakan di danau. Menurut Wayan Sarma, ikan red devil bisa dikonsumsi, namun kwalitasnya kurang bagus.
Dinas PKP Bangli akan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menjaga ekosistem di Danau Batur. Salah satu upaya menjaga populasi ikan nila di Danau Batur dengan penebaran benih ikan berkelanjutan. “Meski ada pemangsa tapi masih tersedia bibit. Kami bersurat ke Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk penyediaan benih ikan nila,” ungkapnya. Menurutnya, adanya ikan predator seperti red devil di Danau Batur kemungkinan secara tidak sengaja ada penghobi ikan membuang ikan tersebut ke danau dan ikan tersebut bercampur pada benih ikan nila yang ditebar. *esa
Komentar