Pemilik Rumah Tuntut Ganti Rugi dan Upacara Pecaruan
Proyek Revitalisasi Pasar Seni Sukawati Bikin Rusak 8 Rumah Warga
Salah satu pemilik rumah di sebelah utara Pasar Seni Sukawati, AA Putra Wijaya, mengaku bukan hanya rumahnya yang rusak, tapi keluarganya juga selama berbulan-bulan harus hirup debu proyek. Bahkan, rumahnya sempat dua kali dilempari botol berisi air kencing
GIANYAR, NusaBali
Proyek Revitalisasi Pasar Seni Sukawati di Banjar Delod Tangluk, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar timbulkan kerusakan pada 8 rumah warga yang berada di sisi utara dan sisi selatan proyek. Merasa dirugikan, 8 kepala keluarga (KK) yang rumahnya jadi korban menuntut ganti rugi berupa perbaikan bagian rumah dan difasilitasi upacara pecaruan di pekarangan masing-masing.
Rumah-rumah yang rusak tersebut adalah milik keluarga I Nyoman Oka (berada di sisi selatan proyek), I Wayan Gede Sudita (sisi selatan), I Ketut Sumastawan (sisi selatan), I Wayan Belatung (sisi selatan), Nyoman Gede Arimbawa (sisi selatan), Anak Agung Sujaya (sisi utara), Anak Agung Ngurah Buana (sisi utara), dan Anak Agung Putra Wijaya (sisi utara). Kerusakan yang dialami rumah-rumah ini beragam. Ada yang temboknya roboh, kamar mandi bocor, ada pula yang rusak ba-ngunan kiosnya.
Terkait masalah ini, 8 KK yang rumahnya rusak secara khusus bertemu dengan manajer proyek dari PT Putra Jaya Andalan, Komarudin, di Kantor Desa Sukawati, Jumat (15/1) siang. Pertemuan untuk menuntut ganti rugi yang diumula pukul 14.00 Wita tersebut difasilitasi oleh Perbekel Sukawati, Dewa Gede Dwi Putra. Delapan (8) KK pemilik rumah yang rusak juga hadir.
Terungkap, rumah milik AA Putra Wijaya, 40, mengalami kerusakan paling parah. Menurut Putra Wijaya, rumahnya yang berada di sisi utara proyek revitalisasi pasar rusak berat. Kamar mandinya juga rusak total, mesin cuci pun rusak.
Bahkan, kata Putra Wijaya, sejak April 2019 lalu temboknya bergetar hingga roboh, sementara material proyek terlempar sampai genting rumahnya bocor. “Saya perbaiki atapnya pakai asbes, tapi bocor lagi kena lemparan material,” terang Putra Wijaya. “Sekarang Pasar Seni Sukawati sudah jadi, tukang nggak ada pekerjaan lagi, kami minta apa yang rusak akibat proyek pasar ini segera diperbaiki," imbuhnya.
Selain kerusakan fisik di rumahnya, menurut Putra Wijaya, keluarganya juga selama berbulan-bulan harus menghirup debu proyek. "Bahkan, rumah saya pernah dua kali dilempari botol isi air kencing. Rumah saya ini puri, saya keturunan langsung Raja Sukawati. Keluarga saya sudah sempat dua kali mecaru, karena merasa dilecehkan, tapi tak satu pun ada yang nengok,” keluh Putra Wijaya.
Putra Wijaya menyebutkan, karena jengkel atas apa yang terjadi, dia dan pemilik rumah lainnya yang rusak pilih mendatangi Perbekel Sukawati untuk menyampaikan keluh kesah. "Sebulan lalu kami sudah difasilitasi melalui pertemuan. Pihak manajer proyek berjanji akan bertanggung jawab, tapi sampai sekarang tak ada bukti. Semua tinggal janji. Makanya, kami bergerak lagi, bertanya lagi hari ini," tegasnya.
Sedangkan warga lainnya yang juga rumahnya jadi korban proyek Revitaliasi Pasar Seni Sukawati, I Nyoman Oka, 60, menginginkan agar pihak kontraktor tidak hanya memperbaiki ruman rusak. Tapi, juga harus memfasilitasi upacara pecaruan di masing-masing rumah yang terdampak. Pasalnya, selama berbulan-bulan proyek ini sudah menimbulkan keresahan dari suara bising malam hingga pagi hari, getar-an, termasuk crane yang mondar mandir di atas sanggah atau merajan mereka.
"Sebagai orang Bali, kami meyakini pecaruan ini penting digelar. Karena selama berbulan-bulan crane itu melintas di atas kepala kita, ngungkulin merajan, membuat leteh, mengganggu tidur. Makanya, perlu upacara,” ungkap Nyoman Oka.
Menurut Nyoman Oka, sebenarnya sejak dulu dia ingin menyampaikan masalah ini, namun sangat sulit bertemu dengan orang yang bertanggung bjawab. “Ada masalah, tapi kami bingung ngomong sama siapa? Kami tahu ini proyek pemerintah, kami sudah baik sebenarnya dengan tidak membuat gaduh. Tapi, tolong juga kami dimengerti, dampak dari proyek ini sudah menghancurkan milik kami. Tolong diperbaiki, juga fasilitasi pecaruan di masing-masing rumah. Idelanya, ini Caru Mancawarna," tandas Nyoman Oka.
Nyoman Oka berharap pihak kontraktor tidak hanya janji-janji, tapi realisasikan janjinya. "Buktikan komitmen itu, jangan sampai kami bosan bolak-balik diajak pertemuan," terang mantan Bendesa Adat Sukawati ini.
Nyoman Oka sendiri mengakui kerusakan fisik yang dialami di rumahnya cukup parah juga. Ada 4 kios miliknya yang berada di sisi selatan proyek Revitalisasi Pasar Seni Sukawati mengalami kerusakan. Yang rusak mulai dari atap genting, roling door, hingga lantai keramik. "Pokoknya, saya ingin kios ini diperbaiki seperti semula sebelum ada proyek. Ada kanopinya, bahkan bangkainya saya nggak lihat," pinta Nyoman Oka.
Sementara, manajer proyek dari PT Putra Jaya Andalan, Komarudin, berjanji akan bertanggung jawab dan komitmen memperbaiki kerusakan rumah warga di sekitar Blok A dan Blok B. "Saya sampaikan komitmen terhadap kerusakan atau rumah yang terdampak selama masa konstruksi. Janji saya akan dilaksanakan setelah konstruksi selesai dan serah terima tanggal 28 Desember 2020," papar Komarudin.
Hanya saja, Komarudin mengaku masih ada perbaikan minor sampai saat ini, sehingga tunda perbaikan di rumah warga yang terdampak. "Karena sekarang masih ada pekerjaan minor, nanti rusak lagi," dalih Komarudin. "Mohon dibantu, yang punya rumah agar melaporkan jenis kerusakannya. Setelah selesai rapat, biar tidak ada keresahan lagi, tuntutan lagi," imbuhnya. Terkait permintaan digelar upacara pecaruan itu, Komarudin meminta agar dibuatkan list per warga.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar, Luh Gede Eka Suary, mengatakan pembangunan Blok A dan Blok B Pasar Seni Sukawati sudah memasuki tahap penyelesaian. Saat ini, posisinya masih menunggu penyerahan dari Kementerian PUPR.
Seharusnya, penyerahan ditarget terlaksana 28 Desember 2020 lalu, namun semuanya molor. “Karenanya, saat ini belum ada penyerahan dari pusat ke Pemkab Gianyar, sehingga belum bisa dilakukan peresmian, termasuk proses pengelolaan lebih lanjut," terang Eka Suary saat dikonfirmasi terpisah, Jumat kemarin.
Sedangkan Kepala Bappeda dan Litbang Kabupaten Gianyar, Gede Widarma Suharta, menyampaikan Revitalisasi Blok A dan Blok B Pasar Seni Sukawati sudah dimulai November 2019 silam dan ditarget tuntas akhir Desember 2020. Anggaran pembangunan Pasar Seni Sukawati mencapai Rp 80 miliar berasal dari APBN Kementrian PUPR.
Menurut Widarma Suharta, untuk pembangunan Blok C Pasar Seni Sukawati dilakukan mulai September 2020 dan ditarget rampung November 2021 mendatang. Anggarannya pembangunan Blok C ini mencapai Rp 120 miliar, juga dari dana APBN Kementrian PUPR. *nvi
Rumah-rumah yang rusak tersebut adalah milik keluarga I Nyoman Oka (berada di sisi selatan proyek), I Wayan Gede Sudita (sisi selatan), I Ketut Sumastawan (sisi selatan), I Wayan Belatung (sisi selatan), Nyoman Gede Arimbawa (sisi selatan), Anak Agung Sujaya (sisi utara), Anak Agung Ngurah Buana (sisi utara), dan Anak Agung Putra Wijaya (sisi utara). Kerusakan yang dialami rumah-rumah ini beragam. Ada yang temboknya roboh, kamar mandi bocor, ada pula yang rusak ba-ngunan kiosnya.
Terkait masalah ini, 8 KK yang rumahnya rusak secara khusus bertemu dengan manajer proyek dari PT Putra Jaya Andalan, Komarudin, di Kantor Desa Sukawati, Jumat (15/1) siang. Pertemuan untuk menuntut ganti rugi yang diumula pukul 14.00 Wita tersebut difasilitasi oleh Perbekel Sukawati, Dewa Gede Dwi Putra. Delapan (8) KK pemilik rumah yang rusak juga hadir.
Terungkap, rumah milik AA Putra Wijaya, 40, mengalami kerusakan paling parah. Menurut Putra Wijaya, rumahnya yang berada di sisi utara proyek revitalisasi pasar rusak berat. Kamar mandinya juga rusak total, mesin cuci pun rusak.
Bahkan, kata Putra Wijaya, sejak April 2019 lalu temboknya bergetar hingga roboh, sementara material proyek terlempar sampai genting rumahnya bocor. “Saya perbaiki atapnya pakai asbes, tapi bocor lagi kena lemparan material,” terang Putra Wijaya. “Sekarang Pasar Seni Sukawati sudah jadi, tukang nggak ada pekerjaan lagi, kami minta apa yang rusak akibat proyek pasar ini segera diperbaiki," imbuhnya.
Selain kerusakan fisik di rumahnya, menurut Putra Wijaya, keluarganya juga selama berbulan-bulan harus menghirup debu proyek. "Bahkan, rumah saya pernah dua kali dilempari botol isi air kencing. Rumah saya ini puri, saya keturunan langsung Raja Sukawati. Keluarga saya sudah sempat dua kali mecaru, karena merasa dilecehkan, tapi tak satu pun ada yang nengok,” keluh Putra Wijaya.
Putra Wijaya menyebutkan, karena jengkel atas apa yang terjadi, dia dan pemilik rumah lainnya yang rusak pilih mendatangi Perbekel Sukawati untuk menyampaikan keluh kesah. "Sebulan lalu kami sudah difasilitasi melalui pertemuan. Pihak manajer proyek berjanji akan bertanggung jawab, tapi sampai sekarang tak ada bukti. Semua tinggal janji. Makanya, kami bergerak lagi, bertanya lagi hari ini," tegasnya.
Sedangkan warga lainnya yang juga rumahnya jadi korban proyek Revitaliasi Pasar Seni Sukawati, I Nyoman Oka, 60, menginginkan agar pihak kontraktor tidak hanya memperbaiki ruman rusak. Tapi, juga harus memfasilitasi upacara pecaruan di masing-masing rumah yang terdampak. Pasalnya, selama berbulan-bulan proyek ini sudah menimbulkan keresahan dari suara bising malam hingga pagi hari, getar-an, termasuk crane yang mondar mandir di atas sanggah atau merajan mereka.
"Sebagai orang Bali, kami meyakini pecaruan ini penting digelar. Karena selama berbulan-bulan crane itu melintas di atas kepala kita, ngungkulin merajan, membuat leteh, mengganggu tidur. Makanya, perlu upacara,” ungkap Nyoman Oka.
Menurut Nyoman Oka, sebenarnya sejak dulu dia ingin menyampaikan masalah ini, namun sangat sulit bertemu dengan orang yang bertanggung bjawab. “Ada masalah, tapi kami bingung ngomong sama siapa? Kami tahu ini proyek pemerintah, kami sudah baik sebenarnya dengan tidak membuat gaduh. Tapi, tolong juga kami dimengerti, dampak dari proyek ini sudah menghancurkan milik kami. Tolong diperbaiki, juga fasilitasi pecaruan di masing-masing rumah. Idelanya, ini Caru Mancawarna," tandas Nyoman Oka.
Nyoman Oka berharap pihak kontraktor tidak hanya janji-janji, tapi realisasikan janjinya. "Buktikan komitmen itu, jangan sampai kami bosan bolak-balik diajak pertemuan," terang mantan Bendesa Adat Sukawati ini.
Nyoman Oka sendiri mengakui kerusakan fisik yang dialami di rumahnya cukup parah juga. Ada 4 kios miliknya yang berada di sisi selatan proyek Revitalisasi Pasar Seni Sukawati mengalami kerusakan. Yang rusak mulai dari atap genting, roling door, hingga lantai keramik. "Pokoknya, saya ingin kios ini diperbaiki seperti semula sebelum ada proyek. Ada kanopinya, bahkan bangkainya saya nggak lihat," pinta Nyoman Oka.
Sementara, manajer proyek dari PT Putra Jaya Andalan, Komarudin, berjanji akan bertanggung jawab dan komitmen memperbaiki kerusakan rumah warga di sekitar Blok A dan Blok B. "Saya sampaikan komitmen terhadap kerusakan atau rumah yang terdampak selama masa konstruksi. Janji saya akan dilaksanakan setelah konstruksi selesai dan serah terima tanggal 28 Desember 2020," papar Komarudin.
Hanya saja, Komarudin mengaku masih ada perbaikan minor sampai saat ini, sehingga tunda perbaikan di rumah warga yang terdampak. "Karena sekarang masih ada pekerjaan minor, nanti rusak lagi," dalih Komarudin. "Mohon dibantu, yang punya rumah agar melaporkan jenis kerusakannya. Setelah selesai rapat, biar tidak ada keresahan lagi, tuntutan lagi," imbuhnya. Terkait permintaan digelar upacara pecaruan itu, Komarudin meminta agar dibuatkan list per warga.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar, Luh Gede Eka Suary, mengatakan pembangunan Blok A dan Blok B Pasar Seni Sukawati sudah memasuki tahap penyelesaian. Saat ini, posisinya masih menunggu penyerahan dari Kementerian PUPR.
Seharusnya, penyerahan ditarget terlaksana 28 Desember 2020 lalu, namun semuanya molor. “Karenanya, saat ini belum ada penyerahan dari pusat ke Pemkab Gianyar, sehingga belum bisa dilakukan peresmian, termasuk proses pengelolaan lebih lanjut," terang Eka Suary saat dikonfirmasi terpisah, Jumat kemarin.
Sedangkan Kepala Bappeda dan Litbang Kabupaten Gianyar, Gede Widarma Suharta, menyampaikan Revitalisasi Blok A dan Blok B Pasar Seni Sukawati sudah dimulai November 2019 silam dan ditarget tuntas akhir Desember 2020. Anggaran pembangunan Pasar Seni Sukawati mencapai Rp 80 miliar berasal dari APBN Kementrian PUPR.
Menurut Widarma Suharta, untuk pembangunan Blok C Pasar Seni Sukawati dilakukan mulai September 2020 dan ditarget rampung November 2021 mendatang. Anggarannya pembangunan Blok C ini mencapai Rp 120 miliar, juga dari dana APBN Kementrian PUPR. *nvi
Komentar