Dipercaya Jadi Pilot Pesawat Kepresidenan Sejak Setahun Lalu
Selain sempat dua kali terbangkan Pesawat Kepresidenan ke Amerika Serikat, Letkol Pnb Putu Setia Darma juga berpengalaman mengevakuasi WNI di kawasan konflik Yaman
Letkol Pnb I Gusti Putu Setia Darma, Komandan Skuadron Udara 17 Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma
JAKARTA, NusaBali
Banyak putra Bali yang punya karier cermerlang di bidang militer. Salah satunya, Letkol Penerbang (Pnb) I Gusti Putu Setia Darma, 41, perwira menengah TNI AU yang kini menjabat Komandan Skuadron Udara 17 Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Bahkan, sudah setahun lebih IGP Setia Darma dipercaya menjadi Pilot Pesawat Kepresidenan.
IGP Setia Darma merupakan anak bungsu dari lima bersaudara keluarga pasangan I Gusti Putu Arya dan Watini Arya, pasutri asal Banjar Pandak Gede, Desa Pandak Gede, Kecamatan Kediri, Tabanan. Jabatan sebagai Komandan Skadron Udara 17 Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma dipegang IGP Setia Darma sejak awal tahun 2015. Sedangkan kepercayaan sebagai Pilot Pesawat Kepresidenan disandangnya sejak 6 Mei 2015 lalu.
Salah satu tugas IGP Setia Darma sebagai Pilot Pesawat Kepresidenan adalah mener-bangkan Presiden RI jika melakukan kunjungan ke daerah-daerah maupun ke luar negeri. Dia pun harua senantiasa siap 24 jam. Setia Darma mengaku tidak masalah, karena siap 24 jam adalah sebuah risiko pekerjaan. Lagipula, keluarga juga sangat memahami dan mendukung kiprahnya menjalankan tugas tersebut, meski waktu liburnya terkadang diambil.
“Ya, saya bersyukur mendapat sebuah kepercayaan menjadi Komandan Skuadron 17. Memang ada beban tersendiri menjalankan tugas untuk mengangkut penumpang VIP/VVIP, karena saya harus memberi rasa aman dan nyaman. Selama ini, semua berjalan dengan baik dan tidak ada kendala,” ujar Setia Darma saat ditemui NusaBali di markasnya yakni Skuadron 17 Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma, Rabu (26/10) lalu.
Menurut Setia Darma, sebagai Komandan Skuadron 17, dirinya membuat sejumlah terobosan. Di antaranya, pesawat maupun personel harus siap 24 jam agar saat pener-bangan dibutuhkan oleh Presiden, selalu siap mengudara. Sebagai pilot, perwira menengah TNI AU berusia 41 tahun ini juga tak lupa menyambut Presiden saat masuk pesawat.
Setia Darma mengisahkan, selama menjadi Pilot Pesawat Kepresidenan, pernah terjadi pengalaman tak terlupakan ketika Presiden Jokowi tiba-tiba masuk ke kokpit. Di sanalah Presiden sempat berkomunikasi dengan Setia Darma. “Beliau (Presiden) hanya menanyakan tentang kondisi cuaca dan ketinggian penerbangan saja,” kenang alumnus Akademni Angkatan Udara Tahun 1997 ini.
Selama menjadi Pilot Pesawat Kepresidenan, Setia Darma telah menjelajahi daerah-daerah di Indonesia dan sejumlah negara baik di belahan Benua Amerika, Eropa, dan Asia. Bahkan, perira TNI kelahiran Bandung, 13 Mei 1975, ini sempat dua kali dipercaya jadi Pilot Pesawat Kepresidenanan ke Amerika Serikat.
“Kalau ke Eropa, saya sudah pernah terbangkan pesawat ke Prancis, Inggris, Belanda, Jerman, dan Belgia. Sebagian negara Arab, Australia, dan negara-negara ASEAN juga pernah saya jelajahi. Saya yang menerbangkan pesawat pulang pergi,” cerita ayah dua anak dari pernikahannya dengan Ni Nyoman Desy Riana Murti ini.
Dalam menjalankan tugas, Setia Darma menggunakan Pesawat Boeing 737-400, Boeing 737-500, dan Boeing Business Jet (BBJ) 2. Selain menjadi Pilot Pesawat Kepresidenan yang membawa Presiden dan Wakil Presiden, Setia Darma juga pernah menerbangkan Sekjen PBB, Ban Ki Moon, dalam misi Samudra Pasifik. Dia juga pernah ikut terlibat dalam penerbangan evakuasi WNI di Yaman tahun 2015 lalu.
“Kala itu, kami tidak bisa masuk ke Yaman, karena situasi tidak aman. Kami standby di Oman. Barulah pada hari kedua, kami berangkat ke pantai timur Oman menjemput WNI di Pantai Barat Arab. Perjalanan selama 3 jam. Berhubung negara-negara Arab sedang melaksanakan serangan udara, kami diarahkan menjauhi serangan itu sehingga menghabiskan waktu 4 jam,” terang Setia Darma.
Menurut Setia Darma, dirinya harus bolak-balik sampai lima kali guna mengevakuasi WNI di Yaman. Sekali penerbangan, bisa membawa 80-90 orang. Walau pertama kali melakukan evakuasi, Setia Darma sukses menjalankan tugasnya. “Kalau untuk evakuasi, itu penerbangan pertama saya. Jika untuk mengirim bantuan kemanusiaan, saya pernah terbangkan pesawat ke Pakistan dan Filipina,” ungkap perwira TNI yang sempat menempuh pendidikan S1 Teknik Penerbangan Universitas Suryadarma Jakarta (2004) dan S2 Manajemen SDM Universitas Suryadarma Jakarta (2015) ini.
Ketika kawasan Aceh diterjang bencana tsunami, 26 Desember 2004, Setia Darma juga ikut ambil bagian. Kala itu, dia sedang bertugas di Skuadron Udara 31. Selama hampir dua bulan menerbangkan C-130 Hercules yang membawa bantuan bagi masyarakat Aceh seperti beras, obat-obatan, dan selimut. Maklum, kala itu kondisi Aceh lumpuh total, sehingga perjalanan hanya bisa ditempuh lewat jalur udara.
“Saat Aceh kena tsunami, bantuan terus mengalir. Namun, bantuan tidak bisa masuk ke Aceh lewat jalur darat. Satu-satunya transportasi yang bisa kesana adalah lewat udara. Sekitar dua bulan saya terbang ke Aceh mengantar bantuan. Beruntung, Bandara di Aceh aman karena posisinya di dataran tinggi,” katanya. Bagaimana IGP Setia Darma sampai menjadi pilot militer? Ikuti kisahnya di edisi berikutnya. k22
1
Komentar