Kontraktor Data Kerusakan Rumah 8 KK
Revitalisasi Pasar Seni Sukawati Bikin Rusak Rumah Warga
Perbaikan rumah yang rusak akibat terdampak proyek revitalisasi Pasar Seni Sukawati dijanjikan dalam beberapa hari ke depan.
GIANYAR, NusaBali
PT Putra Jaya Andalan selaku kontraktor konstruksi Proyek Pasar Seni Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, memastikan sudah mendata kerusakan 8 rumah terdampak. Manajer Proyek PT Putra Jaya Andalan Komarudin mengaku sudah mengantongi daftar (list) kerusakan tiap rumah.
“Tinggal saya print dan minta tanda tangan pemilik rumah yang terdampak,” ucapnya saat ditemui di lokasi proyek, Sabtu (16/1). Kerusakan yang perlu diperbaiki antara lain tembok atau dinding yang jebol, genteng, kanopi, dan keramik. “Sebatas dinding dan kerusakan rumah, genteng. Sekeliling bangunan Pasar Sukawati, kembalikan ke asalnya. Sesuai inventarisasi. Kita print list, tanda tangan masing-masing yang punya rumah. Ini jadi kesepakatan sejak pertemuan pertama di kantor camat sebulan lalu. Jadi pertemuan di kantor desa kemarin, hanya mempertegas,” kata Komarudin.
Dia menegaskan tidak memiliki kewajiban memperbaiki mesin cuci yang rusak. “Kami tidak tanggung mesin cuci rusak, karena bukan terdampak saat proses konstruksi. Itu akibat kontraktor lama, saat mulai pembongkaran,” imbuhnya.
Kapan perbaikan akan mulai dilakukan, Komarudin meminta waktu beberapa hari ke depan. “Saya daftar dulu, kemungkinan empat hari ke depan ada pengerjaan. Selasa atau Rabu, soalnya kan kita lapor dulu, list, identifikasi kerusakan yang kemarin,” kata Komarudin.
Sementara terkait pecaruan di masing-masing rumah, Komarudin menyatakan masih berkoordinasi. “Ini sudah masuk non teknis, saya tidak bisa mutusin sendiri. Yang punya proyek kan bukan saya. Permintaan ini saya tampung dulu,” jelas Komarudin.
Sejatinya permintaan pecaruan ini sudah diungkapkan saat pertemuan pertama, namun Komarudin mengaku terjadi miskomunikasi. “Saya sampaikan permintaan warga, dinas terkait mengatakan pemda memang akan menggelar pecaruan dan melaspas bangunan. Saya kira itu sama, ternyata berbeda. Warga ingin pecaruan di masing-masing rumah. Ini yang perlu saya laporkan lagi ke atasan,” tandas Komarudin.
Perwakilan warga, Anak Agung Ngurah Buana berharap perbaikan rumah segera bisa dilakukan. Agung Buana yang mantan Kadis Kehutanan Provinsi Bali, ini mengaku hanya dua kali diajak rapat sebelum proyek dimulai. Namun dua kali rapat tersebut, belum membahas soal analisis dampak lingkungan (amdal). “Ada kelemahan proyek ini, pemerintah tidak laksanakan sosialisasi amdal. Padahal kalau itu dilakukan, saat uji publik akan muncul keluhan-keluhan warga. Maka, yang terjadi protes warga muncul setelah proyek selesai,” ungkapnya.
Oleh karena keluhan tidak ditanggapi, maka Agung Buana dan 7 warga terdampak lainnya melapor ke Perbekel Sukawati lanjut ke Camat Sukawati. “Memang sudah ada kesepakatan terkait teknis waktu di kecamatan. Tapi kapan waktunya yang belum jelas, makanya kembali kami melapor ke perbekel sehingga terjadi pertemuan, Jumat (15/1). Warga juga meminta pacaruan,” kata Agung Buana.
Agung Buana berharap segera dilakukan perbaikan. Sebab, genteng yang bocor saat ini bisa jadi menyebabkan kerusakan yang lebih parah. “Musim hujan begini, genteng bocor. Plafon ikut hancur. Rusaknya meluas. Kalau dulu diperbaiki, kan cukup gentengnya saja,” imbuhnya. *nvi
“Tinggal saya print dan minta tanda tangan pemilik rumah yang terdampak,” ucapnya saat ditemui di lokasi proyek, Sabtu (16/1). Kerusakan yang perlu diperbaiki antara lain tembok atau dinding yang jebol, genteng, kanopi, dan keramik. “Sebatas dinding dan kerusakan rumah, genteng. Sekeliling bangunan Pasar Sukawati, kembalikan ke asalnya. Sesuai inventarisasi. Kita print list, tanda tangan masing-masing yang punya rumah. Ini jadi kesepakatan sejak pertemuan pertama di kantor camat sebulan lalu. Jadi pertemuan di kantor desa kemarin, hanya mempertegas,” kata Komarudin.
Dia menegaskan tidak memiliki kewajiban memperbaiki mesin cuci yang rusak. “Kami tidak tanggung mesin cuci rusak, karena bukan terdampak saat proses konstruksi. Itu akibat kontraktor lama, saat mulai pembongkaran,” imbuhnya.
Kapan perbaikan akan mulai dilakukan, Komarudin meminta waktu beberapa hari ke depan. “Saya daftar dulu, kemungkinan empat hari ke depan ada pengerjaan. Selasa atau Rabu, soalnya kan kita lapor dulu, list, identifikasi kerusakan yang kemarin,” kata Komarudin.
Sementara terkait pecaruan di masing-masing rumah, Komarudin menyatakan masih berkoordinasi. “Ini sudah masuk non teknis, saya tidak bisa mutusin sendiri. Yang punya proyek kan bukan saya. Permintaan ini saya tampung dulu,” jelas Komarudin.
Sejatinya permintaan pecaruan ini sudah diungkapkan saat pertemuan pertama, namun Komarudin mengaku terjadi miskomunikasi. “Saya sampaikan permintaan warga, dinas terkait mengatakan pemda memang akan menggelar pecaruan dan melaspas bangunan. Saya kira itu sama, ternyata berbeda. Warga ingin pecaruan di masing-masing rumah. Ini yang perlu saya laporkan lagi ke atasan,” tandas Komarudin.
Perwakilan warga, Anak Agung Ngurah Buana berharap perbaikan rumah segera bisa dilakukan. Agung Buana yang mantan Kadis Kehutanan Provinsi Bali, ini mengaku hanya dua kali diajak rapat sebelum proyek dimulai. Namun dua kali rapat tersebut, belum membahas soal analisis dampak lingkungan (amdal). “Ada kelemahan proyek ini, pemerintah tidak laksanakan sosialisasi amdal. Padahal kalau itu dilakukan, saat uji publik akan muncul keluhan-keluhan warga. Maka, yang terjadi protes warga muncul setelah proyek selesai,” ungkapnya.
Oleh karena keluhan tidak ditanggapi, maka Agung Buana dan 7 warga terdampak lainnya melapor ke Perbekel Sukawati lanjut ke Camat Sukawati. “Memang sudah ada kesepakatan terkait teknis waktu di kecamatan. Tapi kapan waktunya yang belum jelas, makanya kembali kami melapor ke perbekel sehingga terjadi pertemuan, Jumat (15/1). Warga juga meminta pacaruan,” kata Agung Buana.
Agung Buana berharap segera dilakukan perbaikan. Sebab, genteng yang bocor saat ini bisa jadi menyebabkan kerusakan yang lebih parah. “Musim hujan begini, genteng bocor. Plafon ikut hancur. Rusaknya meluas. Kalau dulu diperbaiki, kan cukup gentengnya saja,” imbuhnya. *nvi
1
Komentar