Sektor Perdagangan Serap KUR Terbesar
Tersalur Rp 5,63 T, 35,4 persennya terserap di sektor perdagangan besar dan eceran
DENPASAR,NusaBali
Usaha Perdagangan Besar dan Eceran paling banyak menyerap Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk usaha Ultra Mikro (KUR-UMi) tahun 2020. Dari total Rp 5,63 Triliun KUR-UMi dengan 129.848 debitur, Rp 1,9 triliun atau 35,4 persen terserap pada sektor perdagangan besar dan eceran.
Setelah itu disusul Sektor Pertanian Perburuan dan Kehutanan 20,5 persen. Kemudian di sektor Industri Pengolahan, Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum serta Sektor Jasa Kemasyarakatan di posisi kelima.
Keseluruhan ada 14 sektor usaha yang tercatat bisa mendapatkan KUR. Namun yang menyerap hanya 12 sektor usaha. Sektor usaha ke -12 Pertambangan dan Penggalian dengan satu debitur, nilai KUR-nya Rp 50 juta.
Hal tersebut terungkap dalam pertemuan Kakanwil Ditjen Pembendaharaan Provinsi Bali Tri Budhianto dengan awak media, di Kantor Ditjen Pembendaraan Provinsi Bali di Jalan Kusuma Atmadja, Niti Mandala, Renon Denpasar, Senin (17/1).
Dikatakan Tri Budhianto, penyaluran KUR sempat mengalami penurunan pada bulan Maret sampai Mei. Namun kembali meningkat sejak Juni.
“Hal ini mengindikasikan kebijakan relaksasi memberikan minat masyarakat untuk kembali mengajukan kredit,” ujar Tri Budhianto.
Penyaluran KUR tertinggi pada sektor perdagangan ada di Denpasar. Hal tersebut kata Tri Budhianto, karena di Denpasar yang paling banyak dari sisi perdagangannya (sektor perdagangan),”jelas Tri Budhianto.
Dari sisi peruntukannya, Bali kata Tri Budhianto sudah mampu melampui target nasional penyaluran KUR. Secara nasional penyaluran KUR untuk tahun 2020 targetnya 60 persen untuk usaha non produktif : 40 untuk produktif.
Sementara di Bali penyaluran KUR 60 persen usaha produktif dan 40 persen non produktif. Adapun bank-bank yang ditugaskan menyalurkan KUR oleh Pemerintah adalah BRI, Bank BPD Bali, BNI dan Mandiri serta Penyalur lainnya.
Tentang prospek perekonomian Bali tahun 2021, Tri Budhianto optimistis.“ APBN kita sudah optimis. Kita harapkan perekonomian sudah mulai bergerak. Khususnya di Bali,” ujarnya.
Apalagi saat ini sedang berlangsung vaksinasi untuk menanggulangi pandemi Covid-19. Yang lebih penting lagi, kata Tri Budhianto, Ditjen Pembendarahaan akan mendorong belanja Pemerintah. Karena bagaimanapun lanjutnya untuk menggerakan perekonomian dasar atau landasannya atau kebutuhannya masih dari belanja pemerintah.
Kalau dunia usaha tak bergerak, maka belanja pemerintah akan dijadikan role-nya. “Kita akan push dorong belanja pemerintah, untuk bisa menggerakan perekonomian,” ujarnya. *K17
Setelah itu disusul Sektor Pertanian Perburuan dan Kehutanan 20,5 persen. Kemudian di sektor Industri Pengolahan, Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum serta Sektor Jasa Kemasyarakatan di posisi kelima.
Keseluruhan ada 14 sektor usaha yang tercatat bisa mendapatkan KUR. Namun yang menyerap hanya 12 sektor usaha. Sektor usaha ke -12 Pertambangan dan Penggalian dengan satu debitur, nilai KUR-nya Rp 50 juta.
Hal tersebut terungkap dalam pertemuan Kakanwil Ditjen Pembendaharaan Provinsi Bali Tri Budhianto dengan awak media, di Kantor Ditjen Pembendaraan Provinsi Bali di Jalan Kusuma Atmadja, Niti Mandala, Renon Denpasar, Senin (17/1).
Dikatakan Tri Budhianto, penyaluran KUR sempat mengalami penurunan pada bulan Maret sampai Mei. Namun kembali meningkat sejak Juni.
“Hal ini mengindikasikan kebijakan relaksasi memberikan minat masyarakat untuk kembali mengajukan kredit,” ujar Tri Budhianto.
Penyaluran KUR tertinggi pada sektor perdagangan ada di Denpasar. Hal tersebut kata Tri Budhianto, karena di Denpasar yang paling banyak dari sisi perdagangannya (sektor perdagangan),”jelas Tri Budhianto.
Dari sisi peruntukannya, Bali kata Tri Budhianto sudah mampu melampui target nasional penyaluran KUR. Secara nasional penyaluran KUR untuk tahun 2020 targetnya 60 persen untuk usaha non produktif : 40 untuk produktif.
Sementara di Bali penyaluran KUR 60 persen usaha produktif dan 40 persen non produktif. Adapun bank-bank yang ditugaskan menyalurkan KUR oleh Pemerintah adalah BRI, Bank BPD Bali, BNI dan Mandiri serta Penyalur lainnya.
Tentang prospek perekonomian Bali tahun 2021, Tri Budhianto optimistis.“ APBN kita sudah optimis. Kita harapkan perekonomian sudah mulai bergerak. Khususnya di Bali,” ujarnya.
Apalagi saat ini sedang berlangsung vaksinasi untuk menanggulangi pandemi Covid-19. Yang lebih penting lagi, kata Tri Budhianto, Ditjen Pembendarahaan akan mendorong belanja Pemerintah. Karena bagaimanapun lanjutnya untuk menggerakan perekonomian dasar atau landasannya atau kebutuhannya masih dari belanja pemerintah.
Kalau dunia usaha tak bergerak, maka belanja pemerintah akan dijadikan role-nya. “Kita akan push dorong belanja pemerintah, untuk bisa menggerakan perekonomian,” ujarnya. *K17
1
Komentar