Produksi Listrik PLTS Menurun
Rata-rata penjualan ke PLN sekitar Rp 40 juta per bulan.
BANGLI, NusaBali
Produksi listrik pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Bangli mengalami penurunan di tahun 2020. Produksi listrik di tahun 2019 sebanyak 999.008 KWh sedangkan di tahun 2020 hanya 953.299 KWh. Cuaca menjadi salah satu faktor penyebab penurunan produksi itu. Di awal tahun 2021 ini, produksi kurang bagus karena intensitas hujan cukup tinggi.
Plt Kabag Ekonomi Setda Bangli, Dwi Wahyuni, mengatakan produksi listrik sangat dipengaruhi oleh cuaca. Belakangan ini, lebih sering terjadi hujan yang sudah pasti menurunkan jumlah produksi. “Kami mengandalkan sinar matahari, sementara intensitas hujan cukup tinggi,” ungkap Dwi Wahyuni, Selasa (19/1). Selain cuaca, inverter banyak yang rusak juga berdampak pada produksi. Perlu perawatan rutin terhadap panel agar maksimal menyerap sinar matahari.
Dwi Wahyuni menjelaskan, hasil produksi listrik PLTS dijual ke PLN. Rata-rata penjualan sekitar Rp 40 juta per bulan. Hasil tersebut untuk menutup kegiatan operasional. Untuk operasional pegawai saja hampir setengahnya dari pendapatan. Dwi Wahyuni mengatakan, sejauh ini belum ada setoran ke daerah dari hasil PLTS. “Deviden belum, untuk itu perlu penyertaan modal. Ini berkaitan dengan aset, sementara lahan masih milik provinsi,” jelasnya.
Ditegaskan, PLTS bukan semata-mata keuntungan, tetapi juga edukasi percontohan energi baru terbarukan. Menurut Dwi Wahyuni, PLTS Bangli menjadi pusat studi. “Harapan kami pengelolaan PLTS lebih baik dan bisa berkembang,’ ungkap Dwi Wahyuni. *esa
Plt Kabag Ekonomi Setda Bangli, Dwi Wahyuni, mengatakan produksi listrik sangat dipengaruhi oleh cuaca. Belakangan ini, lebih sering terjadi hujan yang sudah pasti menurunkan jumlah produksi. “Kami mengandalkan sinar matahari, sementara intensitas hujan cukup tinggi,” ungkap Dwi Wahyuni, Selasa (19/1). Selain cuaca, inverter banyak yang rusak juga berdampak pada produksi. Perlu perawatan rutin terhadap panel agar maksimal menyerap sinar matahari.
Dwi Wahyuni menjelaskan, hasil produksi listrik PLTS dijual ke PLN. Rata-rata penjualan sekitar Rp 40 juta per bulan. Hasil tersebut untuk menutup kegiatan operasional. Untuk operasional pegawai saja hampir setengahnya dari pendapatan. Dwi Wahyuni mengatakan, sejauh ini belum ada setoran ke daerah dari hasil PLTS. “Deviden belum, untuk itu perlu penyertaan modal. Ini berkaitan dengan aset, sementara lahan masih milik provinsi,” jelasnya.
Ditegaskan, PLTS bukan semata-mata keuntungan, tetapi juga edukasi percontohan energi baru terbarukan. Menurut Dwi Wahyuni, PLTS Bangli menjadi pusat studi. “Harapan kami pengelolaan PLTS lebih baik dan bisa berkembang,’ ungkap Dwi Wahyuni. *esa
1
Komentar