Dampak Covid-19 Menjadi Pemicu Gagal dan Berkembangnya Berbagai Sektor Di Bali
Sudah berjalan hampir satu tahun, virus Covid-19 yang menyerang sebagian penduduk di Indonesia pun tak kunjung usai.
Penulis : Putu Dhea Anka Putri
Mahasiswi London School of Public Relation (LSPR) Bali
Ada banyak harapan dari seluruh lapisan masyarakat agar virus ini mereda, namun nyatanya di tahun baru pun virus ini belum menghilang dan bahkan terus berkembang sehingga membuat persentase orang yang terkena dampak Covid-19 semakin meningkat. Bahkan di awal tahun baru 2021 ini pun pemerintah menetapkan kembali adanya PSBB/PPKM Jawa – Bali, yang mengakibatkan aktivitas masyarakat tertunda sehingga berimbas kepada perekonomian dan pariwisata.
Seperti yang dapat di ketahui, daerah pariwisata yang paling terkena dampak Covid-19 di Indonesia adalah Bali. Pulau Dewata yang satu ini merupakan daerah penghasil devisa pariwisata paling banyak di Indonesia. Namun sayangnya, pada masa awal pandemic Covid-19, pemerintah terpaksa menutup sementara bandara International dan tidak memperbolehkan WNA untuk datang berkunjung ke Indonesia khususnya Bali. Hal ini membuat WNA yang sudah mempersiapkan diri untuk berlibur ke Bali pun harus ditunda keberangkatannya demi keamanan dan kenyamanan bersama. Akibat kegiatan lockdown dan pembatasan kegiatan masyarakat (social distancing) ini membuat pariwisata di Bali seolah-olah mati suri / lumpuh.
Menurut HRD salah satu hotel di Bali, Ketut Agus Suarta berpendapat bahwa “Pandemi ini tentunya sangat berpengaruh pada pariwisata dan ekonomi. Kehidupan ekonomi di Bali sangat merosot semenjak adanya penyebaran Covid-19 ini, apalagi hotel sebagian besarnya merupakan penyedia tenagakerjaan di Bali”. Selain itu, menurut beliau masalah ini tidak hanya berimbas kepada hotel, namun juga travel agent dan daerah pariwisata (DTW) yang apabila dibiarkan akan sangat berdampak buruk terhadap kegiatan sosial. Banyak pelaku usaha hospitality yang akhirnya terpaksa menutup usahanya, bahkan berujung dengan PHK masal ini juga berakibat pada pertumbuhan pengangguran di Bali yang meningkat 40% sejak masa pandemi. Beliau sangat berharap agar pandemi ini segera berlalu sehingga keadaan pariwisata di Bali bisa segera kembali berjalan seperti dulu dan keadaan ekonomi di Bali kembali stabil seperti semula ujar Ketut Agus Suarta.
Tidak hanya sector pariwisata, ternyata bisnis online pun ikut terkena dampak dari Covid-19 ini. Bisnis online mulai berkembang pesat sejak adanya karantina dikarenakan minimnya kegiatan di luar rumah menyebabkan masyarakat lebih memilih berbelanja online. Hal ini dipergunakan dengan baik oleh sebagian masyarakat Indonesia terutama kaum milenial untuk mencari penghasilan. Seperti salah satu pembisnis online kaum milenial yang satu ini yaitu Ni Made Windayani. Pemilik larissastore bali ini memulai bisnis nya saat mulai memasuki masa karantina, hal ini dilakukannya untuk mendapatkan pemasukan selama masa pandemi. Ia mengaku bahwa selama berjualan online pendapatan yang dihasilkan cukup stabil karena masyarakat lebih memilih untuk berbelanja online dari pada harus langsung ke tempat belanja. “Selama masa pandemi sih pendapatannya cukup stabil ya, naik turun pendapatan dalam bisnis kan sudah biasa terjadi tapi selama saya berjualan hampir tidak pernah tidak ada yang beli dalam sehari” ujar Made Windayani.
Harapan masyarakat yang terus bermuculan semakin besar terhadap munculnya vaksin baru yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh akan tetapi, tanpa dukungan masyarakat dan edukasi yg baik maka kegiatan vaksin ini tidak akan bisa terealisasikan dengan baik.*
*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Komentar