BOR RS Mangusada Terisi 92 Persen
OTG Diharuskan Isolasi di Hotel
Saat ini dominasi penularan Covid-19 di Badung, yakni klaster keluarga, upacara agama, dan tempat kerja.
MANGUPURA, NusaBali
Bed Occupancy Rate (BOR) atau persentase penggunaan tempat tidur untuk isolasi pasien Covid-19 di Badung, sudah hampir penuh. Data terakhir menunjukkan, tingkat keterisian ruang isolasi pasien Covid-19 di angka 92 persen.
“Kendala kita di Badung adalah BOR rumah sakit. Tingkat keterisian ruang isolasi pasien Covid-19 di angka 92 persen. Sedangkan di ICU sudah 100 persen. Ini menjadi salah satu parameter kita, sehingga masih masuk PPKM,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Badung dr I Nyoman Gunarta, Minggu (31/1).
Menurut dr Gunarta, ruang perawatan di RSD Mangusada, yang selama ini sudah dimanfaatkan sebagai ruang isolasi, di antaranya Ruang Oleg, Ruang Janger, IGD, dan Ruang ICU. Untuk itu, dia berharap dengan penambahan gedung baru, dapat menambah ruang isolasi. Dengan demikian diharapkan menjadi langkah preventif, sekaligus bisa menjadi cara untuk Badung, tidak lagi masuk kategori PPKM.
“Mudah-mudahan Februari 2020, sudah mulai pembahasan untuk melengkapi kelengkapan gedung baru. Kami berharap nanti setelah ada penambahan gedung, bisa menjadi salah satu jalan untuk lepas dari PPKM,” kata dr Gunarta.
Namun demikian, dr Gunarta mengatakan, penambahan ruang isolasi saja tidak akan menyelesaikan masalah. Sebab, Covid-19 masalah bersama yang membutuhkan kedisiplinan masyarakat dalam menekan penyebarannya. Saat ini, katanya, dominasi penularan Covid-19 di Badung, yakni klaster keluarga, upacara agama, dan tempat kerja.
“Dalam dua minggu terakhir, klaster keluarga, upacara agama, dan tempat kerja mendominasi. Karena itu, kami berharap masyarakat menaati prokes dengan disiplin, tapi tetap produktif sehari-hari. Kalau itu tidak jalan, seberapa pun kami sediakan ruang perawatan pasti tetap terasa kurang. Tapi di hilir kami tentu harus tetap berhitung, alternatif apa yang bisa kami tempuh,” kata dokter asal Desa Sibang Gede, Kecamatan Abiansemal itu.
Di sisi lain, orang tanpa gejala (OTG) Covid-19, ditengarai tidak melakukan isolasi mandiri dengan disiplin, sehingga kasus terus bertambah. Untuk itu, OTG yang isolasi mandiri kini diharuskan untuk isolasi secara terpusat di rumah-rumah singgah (hotel) yang telah disiapkan. Menurut dr Gunarta, ada 5 hotel yang sudah disiapkan untuk karantina OTG Covid-19.
“Setelah kami analisa, salah satu penyebab tingginya penambahan kasus, karena OTG yang isolasi mandiri tidak disiplin menerapkan prokes. Ketersediaan ruang isolasi di kamar singgah sudah mencukupi. Ada 5 hotel sudah disediakan,” tegas dr Gunarta. *ind
Bed Occupancy Rate (BOR) atau persentase penggunaan tempat tidur untuk isolasi pasien Covid-19 di Badung, sudah hampir penuh. Data terakhir menunjukkan, tingkat keterisian ruang isolasi pasien Covid-19 di angka 92 persen.
“Kendala kita di Badung adalah BOR rumah sakit. Tingkat keterisian ruang isolasi pasien Covid-19 di angka 92 persen. Sedangkan di ICU sudah 100 persen. Ini menjadi salah satu parameter kita, sehingga masih masuk PPKM,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Badung dr I Nyoman Gunarta, Minggu (31/1).
Menurut dr Gunarta, ruang perawatan di RSD Mangusada, yang selama ini sudah dimanfaatkan sebagai ruang isolasi, di antaranya Ruang Oleg, Ruang Janger, IGD, dan Ruang ICU. Untuk itu, dia berharap dengan penambahan gedung baru, dapat menambah ruang isolasi. Dengan demikian diharapkan menjadi langkah preventif, sekaligus bisa menjadi cara untuk Badung, tidak lagi masuk kategori PPKM.
“Mudah-mudahan Februari 2020, sudah mulai pembahasan untuk melengkapi kelengkapan gedung baru. Kami berharap nanti setelah ada penambahan gedung, bisa menjadi salah satu jalan untuk lepas dari PPKM,” kata dr Gunarta.
Namun demikian, dr Gunarta mengatakan, penambahan ruang isolasi saja tidak akan menyelesaikan masalah. Sebab, Covid-19 masalah bersama yang membutuhkan kedisiplinan masyarakat dalam menekan penyebarannya. Saat ini, katanya, dominasi penularan Covid-19 di Badung, yakni klaster keluarga, upacara agama, dan tempat kerja.
“Dalam dua minggu terakhir, klaster keluarga, upacara agama, dan tempat kerja mendominasi. Karena itu, kami berharap masyarakat menaati prokes dengan disiplin, tapi tetap produktif sehari-hari. Kalau itu tidak jalan, seberapa pun kami sediakan ruang perawatan pasti tetap terasa kurang. Tapi di hilir kami tentu harus tetap berhitung, alternatif apa yang bisa kami tempuh,” kata dokter asal Desa Sibang Gede, Kecamatan Abiansemal itu.
Di sisi lain, orang tanpa gejala (OTG) Covid-19, ditengarai tidak melakukan isolasi mandiri dengan disiplin, sehingga kasus terus bertambah. Untuk itu, OTG yang isolasi mandiri kini diharuskan untuk isolasi secara terpusat di rumah-rumah singgah (hotel) yang telah disiapkan. Menurut dr Gunarta, ada 5 hotel yang sudah disiapkan untuk karantina OTG Covid-19.
“Setelah kami analisa, salah satu penyebab tingginya penambahan kasus, karena OTG yang isolasi mandiri tidak disiplin menerapkan prokes. Ketersediaan ruang isolasi di kamar singgah sudah mencukupi. Ada 5 hotel sudah disediakan,” tegas dr Gunarta. *ind
1
Komentar