Hari Ini, Pujawali di Pura Gunung Lebah Ubud
GIANYAR, NusaBali
Ida Batara-batari di Pura Gunung Lebah, kawasan Campuhan, Kelurahan/Kecamatan, Ubud, Gianyar, katuran Pujawali pada Buda Kliwon Sinta/Hari Raya Pagerwesi, Rabu (3/2) ini.
Pura di titik atas Campuhan (campuran) air Tukad Wos Lanang dan Tukad Wos Wadon ini diempon oleh sameton Puri Saren, Puri Agung Ubud, dan disungsung krama Subak Gede Ubud.
Terkait rencana Pujawali, kawasan pura disucikan dengan Pacaruan, Anggara Wage Sinta, Selasa (2/2/), dipuput pamangku. Prosesi Pacaruan dikoordinir Pangageng Pura Gunung Lebah Tjokorda Gde Raka Sukawati alias Cok De, dan Pekaseh Subak Gede Ubud I Nyoman Suda. Di sela-sela acara, Cok De mengatakan Pujawali kali ini ganti alit (giliran tingkat kecil,Red). Pujawali ageng berlangsung setahun sekali. ‘’Selain ganti alit, sekarang sedang musim Pandemi Covid-19. Maka makin bagus dalam menerapkan protokol kesehatan,’’ jelas dosen Fakultas Ekonomi Unud yang undagi Bade ini.
Cok De menambahkan, di pura ini telah katuran Karya Ageng Pedudusan dan Mapadanaan setingkatnya pada 23 Oktober 1991. Selanjutnya, karya serupa tingkat utamaning utama digelar tahun 2014, bertepatan Purnama Kapat. ‘’Karya itu dengan kurban 16 kerbau, diawali pelebaran areal pura dan rehab sejumlah palinggih. Ida Batara-batari nyejer 11 hari,’’ ujar tokoh Puri Agung Ubud ini.
Cok De menambahkan, guna menjaga kesucian pura, pangemong dan panyungsung tidak membuka pura ini untuk wisatawan. Wisatawan dapat melihat keindahan pura ini dari jaba (halaman) sisi. Pura ini terbuka untuk pamedek atau orang yang sembahyang. ‘’Namun, setiap umat yang ingin tangkil, wajib ada paungu (pemberitahuan) kepada pamangku atau pangayah. Bisa lewat telepon, nomornya tertera di jaba pura,’’ jelas adik kandung Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati alias Cok Ace ini.
Senada Cok De, Pekaseh Subak Gede Ubud I Nyoman Suda menambahkan krama panyungsung juga tak menginginkan pura khayangan jagat ini jadi objek wisata. Karena, seperti di tempat lain, sering muncul kasus pencemaran kesucian palinggih atau pura di Bali oleh turis ‘’Karena cara pandang orang asing terhadap pura, sangat berbeda dengan umat Hindu Bali yang menilai pura adalah tempat suci,’’ jelas krama Ubud ini.
Kasus pencurian menyasar pura juga masih sering terjadi sehingga pura harus dijaga. Terkait itu, Cok De dan Nyoman Suda sangat mendukung imbauan Gubernur Bali agar umat Hindu menjaga kesucian pura.
Sebagaimana diketahui, Pura Gunung Lebah merupakan salah satu petilasan Ida Rsi Markandya ke tanah Bali. Menurut Markandeya Purana, sebelum bernama Pura Gunung Lebah, pura ini bernama Pura Payogan. Nama ‘Payogan’ karena jadi salah satu tempat Maha Rsi Markandya beryoga. Atas anugerah Ida Batari Dewi Danu (di Pura Ulun Danu Batur, Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Bangli,Red), payogan ini menjadi Pura Gunung Lebah. Maka pura ini pun kini menjadi Pura Payogan Agung Gunung Lebah.
Selain membangun Pura Gunung Lebah, Maha Rsi Markandya juga menjadi pioner pembangunan subak (sistem irigasi subak) di Bali. Hal ini ditandai dengan Sang Maha Rsi bersama para pengiring, merambah hutan untuk membangun perkampungan dan membuka hutan menjadi ladang pertanian. Keberadaan subak yang sangat membutuhkan air, maka Pura Gunung Lebah yang dibangun Sang Maha Rsi menjadi penyawangan dari Ida Batara-batari yang berstana di Batur. *lsa
Komentar