Bangunan Bale Agung Hancur Ditimpa Beringin Roboh
Putting Beliung Terjang Pura Gria di Desa Adat Sebuluh, Nusa Penida
Pura Gria, Desa Adat Sebuluh, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung hancur ditimpa pohon beringin roboh berselang 10 hari jelang piodalan yang jatuh pada Tumpek Landep, 13 Februari depan
SEMAPURA, NusaBali
Pohon beringin keramat berusia 100 tahun di areal Pura Gria, Desa Adat Sebuluh, Desa Bungamekar, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung tumbang akibat diterjang bencana angin puting beliung, Rabu (3/2) dinihari. Pohon roboh ini luluhlantakkan bangunan Bale Agung di Pura Gria. Sementara tembok penyengker pura juga ambruk beberapa meter.
Menurut kesaksian salah satu krama pangempon Pura Gria, I Komang Megayana, 40, petaka pohon beringin roboh menimpa bangunan Bale Agung ini terjadi Rabu dinihari sekitar pukul 04.30 Wita. Awalnya, pria yang akrab disapa Komang Mega ini mendengar suara angin kencang. Karena khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Komang Mega pun keluar rumah untuk melihat situasi.
Ternyata, terlihat ada angin kencang membentuk pusaran di dekat rumahnya. Angin berpusar (puting beliung) itu bergerak dari arah barat. Selanjutnya, puting beliung tersebut bergerak menuju Pura Gria, Desa Adat Sebuluh yang berjarak hanya sekitar 50 meter dari rumah Komang Mega.
Berselang 10 menit kemudian, pohon beringin keramat setinggi 12 meter dengan diameter 4 meter yang berada di Nista Mandala Pura Gria, tumbang hingga menghancurkan tembok penyengker dan bangunan Bale Agung di Madya Mandala. "Pada saat pohon tumbang, terdengar suara seperti gemuruh. Saya dan beberapa krama lainnya langsung mengecek ke lokasi," ungkap Komang Mega, Rabu kemarin.
Petaka pohon roboh di Pura Gria ini langsung dilaporkan kepada petugas BPBD Klungkung yang bertugas di kawasan seberang Nusa Penida, untuk proses evakuasi. Karena diameter pohon beringin roboh cukup besar mencapai 4 meter, maka petugas BPBD dan krama pangempon Pura Gria baru bisa mengevakuasi dahan-dahan dan rantingnya.
Menurut Komang Mega, proses evakuasi pohon roboh tersebut akan dilanjutkan petugas BPBD, Kamis (4/2) ini. "Kerugian material akibat petaka pohon tumbang ini diperkirakan mencapai Rp 200 juta. Rinciannya, kerusakan Bale Agung sekitar Rp 150 juta dan tembok panyengker pura sebesar Rp 50 juta," katanya.
Komang Mega menyebutkan, pohon beringin keramat di Pura Gria yang roboh tersebut berusia sekitar 100 tahun. Selain karena kencangnya angin berpusar, pohon beringin ini diduga roboh karena bagian bawahnya sudah lapuk termakan usia. "Pada bagian bawah pohon sebenarnya sudah diisi penyangga. Namun, saat kejadian ini penyangga ini terjatuh," beber Komang Mega.
Bencana pohon roboh yang hancurkan tembok penyengker dan bangunan Bale Agung ini terjadi hanya berselang 10 hari menjelang piodalan di Pura Gria pas Tumpek Landep pada Saniscara Kliwon Landep, Sabtu (13/2) mendatang. Pura Gria ini diempon 120 kepala keluarga (KK) dari Desa Adat Sebuluh.
Dihubungi NusaBali secara terpisah di Senarapura, Rabu kemarin, Kepala Pelaksana BPBD Klungkung, I Putu Widiada, mengatakan personelnya yang bertugas di Klungkung Daratan rencananya akan turun ke lokasi bencana di Pura Gria, Kamis pagi ini. Mereka akan mengerahkan peralatan senso untuk memotong-motong batang beringin roboh. "Kami akan melakukan verifikasi juga dan proses selanjutnya seperti mengajukan proposal untuk perbaikan pura," papar Widiada. *wan
Menurut kesaksian salah satu krama pangempon Pura Gria, I Komang Megayana, 40, petaka pohon beringin roboh menimpa bangunan Bale Agung ini terjadi Rabu dinihari sekitar pukul 04.30 Wita. Awalnya, pria yang akrab disapa Komang Mega ini mendengar suara angin kencang. Karena khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Komang Mega pun keluar rumah untuk melihat situasi.
Ternyata, terlihat ada angin kencang membentuk pusaran di dekat rumahnya. Angin berpusar (puting beliung) itu bergerak dari arah barat. Selanjutnya, puting beliung tersebut bergerak menuju Pura Gria, Desa Adat Sebuluh yang berjarak hanya sekitar 50 meter dari rumah Komang Mega.
Berselang 10 menit kemudian, pohon beringin keramat setinggi 12 meter dengan diameter 4 meter yang berada di Nista Mandala Pura Gria, tumbang hingga menghancurkan tembok penyengker dan bangunan Bale Agung di Madya Mandala. "Pada saat pohon tumbang, terdengar suara seperti gemuruh. Saya dan beberapa krama lainnya langsung mengecek ke lokasi," ungkap Komang Mega, Rabu kemarin.
Petaka pohon roboh di Pura Gria ini langsung dilaporkan kepada petugas BPBD Klungkung yang bertugas di kawasan seberang Nusa Penida, untuk proses evakuasi. Karena diameter pohon beringin roboh cukup besar mencapai 4 meter, maka petugas BPBD dan krama pangempon Pura Gria baru bisa mengevakuasi dahan-dahan dan rantingnya.
Menurut Komang Mega, proses evakuasi pohon roboh tersebut akan dilanjutkan petugas BPBD, Kamis (4/2) ini. "Kerugian material akibat petaka pohon tumbang ini diperkirakan mencapai Rp 200 juta. Rinciannya, kerusakan Bale Agung sekitar Rp 150 juta dan tembok panyengker pura sebesar Rp 50 juta," katanya.
Komang Mega menyebutkan, pohon beringin keramat di Pura Gria yang roboh tersebut berusia sekitar 100 tahun. Selain karena kencangnya angin berpusar, pohon beringin ini diduga roboh karena bagian bawahnya sudah lapuk termakan usia. "Pada bagian bawah pohon sebenarnya sudah diisi penyangga. Namun, saat kejadian ini penyangga ini terjatuh," beber Komang Mega.
Bencana pohon roboh yang hancurkan tembok penyengker dan bangunan Bale Agung ini terjadi hanya berselang 10 hari menjelang piodalan di Pura Gria pas Tumpek Landep pada Saniscara Kliwon Landep, Sabtu (13/2) mendatang. Pura Gria ini diempon 120 kepala keluarga (KK) dari Desa Adat Sebuluh.
Dihubungi NusaBali secara terpisah di Senarapura, Rabu kemarin, Kepala Pelaksana BPBD Klungkung, I Putu Widiada, mengatakan personelnya yang bertugas di Klungkung Daratan rencananya akan turun ke lokasi bencana di Pura Gria, Kamis pagi ini. Mereka akan mengerahkan peralatan senso untuk memotong-motong batang beringin roboh. "Kami akan melakukan verifikasi juga dan proses selanjutnya seperti mengajukan proposal untuk perbaikan pura," papar Widiada. *wan
Komentar