Perusda Jajaki Kerjasama ke Komunitas Jogjakarta
Penjualan Kopi Robusta Anjlok
TABANAN, NusaBali
Penjualan kopi robusta di Perusahaan Daerah Dharma Santika (PDDS) Kabupaten Tabanan, anjlok. Kondisi ini akibat pandemi Covid-19.
Biasanya sebelum pandemi, penjualan kopi ini tembus 1 ton per bulan. Kini, hanya 100 kg. PDDS kini putar otak untuk menggeliatkan daya beli kopi di tengah pandemi. PDDS sudah bekerjasama dengan komunitas pencinta kopi di Jogjakarta. Jika kerjasama ini berlangsung lancar, komunitas tersebut siap untuk memesan kopi robusta 2 ton sebulan untuk dijual ke sejumlah kedai kopi di Jogjakata.
Plt Direktur Utama PDDS I Wayan Nonok Aryasa mengakui di tengah pandemi Covid-19, hasil penjulan kopi robusta memang mengalami penurunan tajam. “Penjualan ini dipengaruhi daya beli masyarakat. Sekarang, perjualan per bulan tidak sampai 100 kg. Sebelum pandemi bisa 1 ton per bulan kami bisa jual untuk kopi robusta,” ungkap Nonok, Rabu (3/2).
Perbedaan hasil penjualan kopi rebusta antara sebelum dan sesuah pandemi, sangat jauh. Karena penjualan menurun, maka Bumdes penghasil kopi merasa ketar-ketir. Selama ini PDDS Tabanan mengambil kopi robusta di 10 BUMDes di Kabupaten Tabanan. “Untungnya kopi ini belum panen raya. Kami berharap, saat panen raya penjualan kopi bisa meningkat,” terangnya.
Untuk itu, agar kopi Tabanan terutama robusta semakin menggeliat di tengah pandemi, PDDS sudah melakukan penjajakan kerjasama ke Jogjakarta dengan komunitas yang memiliki 100 kedai kopi. Proses kerjasama ini belum deal, namun sampel kopi yang dikenalkan ke komunitas sudah dinilai bagus. Tinggal menunggu komunitas ini datang ke Tabanan untuk mengecek ketersediaan stok. “Kalau tidak salah, mereka minta 2 ton per bulan,” imbuh Nonok Aryasa.
Agar proses kerjasama ini berjalan lancar, PDDS segera mengumpulkan BUMdes mengenai kesiapan stok kopi robusta. “Saya rasa nanti kami bisa menyiapkan 2 ton per bulan, makanya segera kami akan kumpulkan BUMDes,” janjinya.
Jelas dia, penjualan kopi yang mengalami penurunan, berbanding terbalik dengan penjualan beras konvensional. Penjualan beras masih stabil. Sekarang per bulan, beras terjual sampai 168 ton. “Sebelum pandemi, rata-rata penjualan tetap 168 ton per bulan, malah ada peningkatan. Penjualan beras selama ini kami dibantu oleh program beras ASN (aparatur sipil negara) dan ke toko modern,” tandasnya. *des
Komentar