Abrasinuhun Distanakan Jadi Ida Batari Lepas
Karya Ligya Sari Ngalinggihang Ida Batari Lepas dilaksanakan di Pura Merajan Griya Dauh, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem pada Radite Wage Uye, Minggu (20/11).
AMLAPURA, NusaBali
Upacara untuk menstasanakan almarhum Ida Pedanda Istri Mas, Maha Wiku Tapini bergelar Abrasinuhun yang lebar (meninggal) di usia 110 tahun pada 2012 ini tercatat sebagai Karya Ligya Sari Ngalinggihang Ida Bhatari Lepas pertama di Karangasem.
Karya Ligya Sari Ngalinggihang Ida Batari Lepas di Pura Merajan Griya Dauh, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Minggu kemarin, disaksikan 52 Pedanda Budha. Selain merupakan Karya Ligya Sari Ngalinggihang Ida Batari Lepas pertama, upacara ini juga digelar untuk persembahan kepada Ida Batara Batari Lepas yang sebelumnya lebar, dalam bentuk pralingga lanang istri.
Ada dua sulinggih yang mapuja muput Karya Ligya Sari Ngalinggihang Ida Batari Lepas di Pura Merajan Griya Dauh, Banjar Triwangsa, Minggu kemarin. Mereka masing-masing Ida Pedanda Gede Wayan Datah (sulinggih dari Griya Pekarangan, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling) dan Ida Pedanda Wayan Sogata (sulinggih dari Griya Tianyar, Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, Karangasem).
Bertindak sebagai Yajamana Karya Ligya Sari Ngalinggihang Ida Batari Lepas adalah Ida Pedanda Gede Wayan Datah (dari Griya Pekarangan, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling), dengan Wiku Tapini Ida Pedanda Istri Ketut Jelantik (dari Griya Dauh, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling). Sedangkan sebagai Pangrajeg Karya adalah Ida Wayan Jelantik Oyo (dari Griya Pekarangan, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling).
Menurut Pangrajeg Karya, Ida Wayan Jelantik Oyo, Karya Ligya Sari Ngalinggihang Ida Batari Lepas ini dilaksanakan setelah prosesi palebon dan rangkaian upacara lainnya untuk almarhum Ida Pedanda Istri Mas tuntas digelar. “Dengan Karya Ligya Sari ini, maka arwah Ida Pedanda Istri Mas distanakan menjadi Ida Batari Lepas,” ungkap Ida Wayan Jelantik Oyo kepada NusaBali, Minggu kemarin.
Almarhum Ida Pedanda Istri Mas sendiri merupakan Maha Wiku Tapini (ahli be-bantenan) tertua di Bali, yang meninggal di usia 110 tahun pada 6 Februari 2012 lalu. Saat meninggal, usianya menginjak 110 tahun 9 bulan dan 6 hari. Almarhum dilahirkan pada Buda Pahing Uye, Rabu, 1 Mei 1901. Jenazah Maha Wiku Tapini bergelar Abrasinuhun ini dipalebon keluarganya di Banjar Triwangsa, Desa Budakeling pada Radite Umanis Ukir, Minggu, 1 Juli 2012 silam.
SELANJUTNYA . . .
Upacara untuk menstasanakan almarhum Ida Pedanda Istri Mas, Maha Wiku Tapini bergelar Abrasinuhun yang lebar (meninggal) di usia 110 tahun pada 2012 ini tercatat sebagai Karya Ligya Sari Ngalinggihang Ida Bhatari Lepas pertama di Karangasem.
Karya Ligya Sari Ngalinggihang Ida Batari Lepas di Pura Merajan Griya Dauh, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Minggu kemarin, disaksikan 52 Pedanda Budha. Selain merupakan Karya Ligya Sari Ngalinggihang Ida Batari Lepas pertama, upacara ini juga digelar untuk persembahan kepada Ida Batara Batari Lepas yang sebelumnya lebar, dalam bentuk pralingga lanang istri.
Ada dua sulinggih yang mapuja muput Karya Ligya Sari Ngalinggihang Ida Batari Lepas di Pura Merajan Griya Dauh, Banjar Triwangsa, Minggu kemarin. Mereka masing-masing Ida Pedanda Gede Wayan Datah (sulinggih dari Griya Pekarangan, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling) dan Ida Pedanda Wayan Sogata (sulinggih dari Griya Tianyar, Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, Karangasem).
Bertindak sebagai Yajamana Karya Ligya Sari Ngalinggihang Ida Batari Lepas adalah Ida Pedanda Gede Wayan Datah (dari Griya Pekarangan, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling), dengan Wiku Tapini Ida Pedanda Istri Ketut Jelantik (dari Griya Dauh, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling). Sedangkan sebagai Pangrajeg Karya adalah Ida Wayan Jelantik Oyo (dari Griya Pekarangan, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling).
Menurut Pangrajeg Karya, Ida Wayan Jelantik Oyo, Karya Ligya Sari Ngalinggihang Ida Batari Lepas ini dilaksanakan setelah prosesi palebon dan rangkaian upacara lainnya untuk almarhum Ida Pedanda Istri Mas tuntas digelar. “Dengan Karya Ligya Sari ini, maka arwah Ida Pedanda Istri Mas distanakan menjadi Ida Batari Lepas,” ungkap Ida Wayan Jelantik Oyo kepada NusaBali, Minggu kemarin.
Almarhum Ida Pedanda Istri Mas sendiri merupakan Maha Wiku Tapini (ahli be-bantenan) tertua di Bali, yang meninggal di usia 110 tahun pada 6 Februari 2012 lalu. Saat meninggal, usianya menginjak 110 tahun 9 bulan dan 6 hari. Almarhum dilahirkan pada Buda Pahing Uye, Rabu, 1 Mei 1901. Jenazah Maha Wiku Tapini bergelar Abrasinuhun ini dipalebon keluarganya di Banjar Triwangsa, Desa Budakeling pada Radite Umanis Ukir, Minggu, 1 Juli 2012 silam.
SELANJUTNYA . . .
1
2
Komentar