GUPBI Bali Minta Peternak Jangan Panik
Virus Nipah Merebak di Luar Negeri
MANGUPURA, NusaBali
Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali, meminta peternak jangan takut dengan adanya isu virus nipah, yang merebak di luar negeri.
GUPBI Bali meyakini, saat ini Indonesia masih aman dari adanya wabah tersebut. “Peternak jangan pernah takut, karena saya pribadi selalu berkoordinasi dengan dinas kesehatan hewan untuk mengupayakan dan melindungi peternak. Sedikit saja ada masalah, kami langsung turun ke lokasi melakukan pengecekan,” kata Ketua GUPBI Bali Ketut Hary Suyasa, Rabu (3/2).
Suyasa juga meminta isu virus ini tidak usah terlalu dibesar-besarkan. “Saya kira untuk isu virus nipah ini tidak usah dibesar-besarkan. Karena pada dasarnya kita jauh dari itu. Bahkan, isu penyakit itu sudah lama dan sudah tidak kedengaran lagi,” jelasnya.
Bahkan, menurut dia, Vietnam sudah menemukan vaksin terkait virus tersebut. Hanya, sampai saat ini masih dalam proses uji coba. “Ini kan menjadi kabar baik bagi kita sebenarnya, karena Vietnam sudah menemukan vaksin tersebut. Setidaknya ada harapan buat kita,” imbuh Suyasa.
Kendati demikian, Suyasa mengimbau agar peternak tetap meningkatkan dan mengedepankan biosecurity, seperti menjaga lalu lintas orang, memantau dan menjaga lalu lintas barang maupun hewan. Sehingga virus tidak mudah masuk ke dalam kandang. Sesekali penyemprotan kandang perlu dilakukan.
“Kami harapkan kandang menggunakan jaring. Kalau tidak jaring gunakan paranet anggrek agar tidak ada hewan yang masuk,” ucap Suyasa.
Di sisi lain, dalam pelaksanaan restocking atau meningkatkan populasi babi tidak serta merta harus dilakukan oleh peternak saja. Namun, stakeholder terkait juga harus ikut membantu, sebagai upaya memayungi peternak di Bali. “Jadi kita antisipasi bersama-sama, baik dari peternak maupun pemerintah, agar wabah yang dulu menyerang Bali tidak terulang lagi,” tandasnya.
Sebelumnya, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, telah mengimbau peternak agar selalu mengedepankan kebersihan kandang dan kesehatan ternak babi. “Saat ini kami juga masih terus memonitor perkembangan virus ASF. Kami belum menerima peringatan kewaspaadaan dini terhadap serangan wabah virus Nipah. Namun demikian, maka kewaspadaan perlu terus dilakukan,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana, Selasa (2/2).
Wijana juga meminta para peternak memaksimalkan sistem biosecurity, yakni prosedur atau usaha yang dilakukan untuk dapat mencegah kontak antara ternak dalam peternakan dengan agen atau sumber penyakit. Menurutnya, penerapan biosecurity menjadi budaya baru dalam sektor peternakan, yang diklaim mampu mengatasi segala jenis serangan penyakit pada ternak.
“Biosecurity saat ini merupakan upaya yang paling efektif mencegah penyebaran virus, termasuk juga tentunya mencegah masuknya virus-virus baru. Jadi mari jadikan penerapan biosecurity sebagai budaya baru dalam mencegah penyebaran penyakit. Kami terus menghimbau kepada masyarakat untuk tetap meningkatkan kewaspadaan dengan melaksanakan biosecurity secara ketat,” jelas Wijana. *ind
Suyasa juga meminta isu virus ini tidak usah terlalu dibesar-besarkan. “Saya kira untuk isu virus nipah ini tidak usah dibesar-besarkan. Karena pada dasarnya kita jauh dari itu. Bahkan, isu penyakit itu sudah lama dan sudah tidak kedengaran lagi,” jelasnya.
Bahkan, menurut dia, Vietnam sudah menemukan vaksin terkait virus tersebut. Hanya, sampai saat ini masih dalam proses uji coba. “Ini kan menjadi kabar baik bagi kita sebenarnya, karena Vietnam sudah menemukan vaksin tersebut. Setidaknya ada harapan buat kita,” imbuh Suyasa.
Kendati demikian, Suyasa mengimbau agar peternak tetap meningkatkan dan mengedepankan biosecurity, seperti menjaga lalu lintas orang, memantau dan menjaga lalu lintas barang maupun hewan. Sehingga virus tidak mudah masuk ke dalam kandang. Sesekali penyemprotan kandang perlu dilakukan.
“Kami harapkan kandang menggunakan jaring. Kalau tidak jaring gunakan paranet anggrek agar tidak ada hewan yang masuk,” ucap Suyasa.
Di sisi lain, dalam pelaksanaan restocking atau meningkatkan populasi babi tidak serta merta harus dilakukan oleh peternak saja. Namun, stakeholder terkait juga harus ikut membantu, sebagai upaya memayungi peternak di Bali. “Jadi kita antisipasi bersama-sama, baik dari peternak maupun pemerintah, agar wabah yang dulu menyerang Bali tidak terulang lagi,” tandasnya.
Sebelumnya, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, telah mengimbau peternak agar selalu mengedepankan kebersihan kandang dan kesehatan ternak babi. “Saat ini kami juga masih terus memonitor perkembangan virus ASF. Kami belum menerima peringatan kewaspaadaan dini terhadap serangan wabah virus Nipah. Namun demikian, maka kewaspadaan perlu terus dilakukan,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana, Selasa (2/2).
Wijana juga meminta para peternak memaksimalkan sistem biosecurity, yakni prosedur atau usaha yang dilakukan untuk dapat mencegah kontak antara ternak dalam peternakan dengan agen atau sumber penyakit. Menurutnya, penerapan biosecurity menjadi budaya baru dalam sektor peternakan, yang diklaim mampu mengatasi segala jenis serangan penyakit pada ternak.
“Biosecurity saat ini merupakan upaya yang paling efektif mencegah penyebaran virus, termasuk juga tentunya mencegah masuknya virus-virus baru. Jadi mari jadikan penerapan biosecurity sebagai budaya baru dalam mencegah penyebaran penyakit. Kami terus menghimbau kepada masyarakat untuk tetap meningkatkan kewaspadaan dengan melaksanakan biosecurity secara ketat,” jelas Wijana. *ind
Komentar