Perayaan Imlek di Konco Hanya Dihadiri 10 Orang
GIANYAR, NusaBali
Pengurus Konco Cong Poo Kong Bio di Kelurahan/Kabupaten Gianyar, was-was dengan penyebaran virus Covid-19.
Pengurus konco di tenggara Alun-alun Gianyar ini akan membatasi kedatangan umat saat sembahyang Imlek. Konco ini pun tak banyak bersolek. Hanya akan dipasang hiasan tebu menjelang hari raya Imlek.
"Yang menyelenggarakan perayaan pada 12 Februari, hanya 10 orang pengurus," jelas Ketua Pemaksan Konco Gede Sugiarthana, Senin (7/2). Khusus saat Imlek, tidak ada perayaan. "Biasanya, kalau nggak Covid, dari pagi sampai sore ada datang sembahyang. Bawa aturan (persembahan) ke Konco," jelasnya.
Disamping itu, Konco juga tidak berhias seperti tahun sebelumnya. "Hanya pasang tebu di depan. Kalau lampion, kami tidak ada memasang," ungkapnya.
Prosesi upacara, jelas Sugiarthana, tetap digelar oleh pengurus saja. "Di Konco, pengurus saja yang sembahyang, hanya malam saja. Tanggal 11 sampai tanggal 12 (pergantian hari). Sembahyang itu saja. Ritualnya sembahyang penyambutan tahun baru," terangnya.
Setahu dia, tidak semua Konco menutup pintu. "Tergantung. Kalau kami karena di Gianyar situasi merah, itu saja sih. Kalau daerah lain, mungkin hijau, ada (dirayakan)," terangnya.
Meski sembahyang ke Konco ditiadakan, namun tidak mengurangi makna Imlek. "Sebenarnya Imlek pergantian tahun, khusus untuk Konghucu, bukan sekadar pergantian tahun. Seminggu sebelum Imlek ada sembahyang, bersihkan Konco dan pratima. Lalu setelah Imlek, sembahyang jam 12 malam. Waktu Imlek biasanya saling kunjungi," terangnya.
Kemudian, seminggu setelah Imlek, kata Sugiarthana, sembahyang ke Tuhan. "Itu khusus, secara religi maknanya berjanji tahun ini mau ngapain saja. Terakhir, saat Cap Gomeh, 15 hari setelah Imlek. Cap Gomeh ini Purnama pertama setelah Imlek," bebernya.
Pada intinya, memohon keselamatan. "Ada juga orang yang dari sisi Feng shui ada yang tak cocok. Di sana kita minta. Ada juga di sejumlah kelenteng, melakukan ritual buang sial," ungkapnya.
Khusus situasi Covid, pihaknya mohonkan keselamatan. "Untuk umat di Kota Gianyar sebanyak 120 KK kami minta sembahyang di rumah masing-masing," jelasnya. *nvi
"Yang menyelenggarakan perayaan pada 12 Februari, hanya 10 orang pengurus," jelas Ketua Pemaksan Konco Gede Sugiarthana, Senin (7/2). Khusus saat Imlek, tidak ada perayaan. "Biasanya, kalau nggak Covid, dari pagi sampai sore ada datang sembahyang. Bawa aturan (persembahan) ke Konco," jelasnya.
Disamping itu, Konco juga tidak berhias seperti tahun sebelumnya. "Hanya pasang tebu di depan. Kalau lampion, kami tidak ada memasang," ungkapnya.
Prosesi upacara, jelas Sugiarthana, tetap digelar oleh pengurus saja. "Di Konco, pengurus saja yang sembahyang, hanya malam saja. Tanggal 11 sampai tanggal 12 (pergantian hari). Sembahyang itu saja. Ritualnya sembahyang penyambutan tahun baru," terangnya.
Setahu dia, tidak semua Konco menutup pintu. "Tergantung. Kalau kami karena di Gianyar situasi merah, itu saja sih. Kalau daerah lain, mungkin hijau, ada (dirayakan)," terangnya.
Meski sembahyang ke Konco ditiadakan, namun tidak mengurangi makna Imlek. "Sebenarnya Imlek pergantian tahun, khusus untuk Konghucu, bukan sekadar pergantian tahun. Seminggu sebelum Imlek ada sembahyang, bersihkan Konco dan pratima. Lalu setelah Imlek, sembahyang jam 12 malam. Waktu Imlek biasanya saling kunjungi," terangnya.
Kemudian, seminggu setelah Imlek, kata Sugiarthana, sembahyang ke Tuhan. "Itu khusus, secara religi maknanya berjanji tahun ini mau ngapain saja. Terakhir, saat Cap Gomeh, 15 hari setelah Imlek. Cap Gomeh ini Purnama pertama setelah Imlek," bebernya.
Pada intinya, memohon keselamatan. "Ada juga orang yang dari sisi Feng shui ada yang tak cocok. Di sana kita minta. Ada juga di sejumlah kelenteng, melakukan ritual buang sial," ungkapnya.
Khusus situasi Covid, pihaknya mohonkan keselamatan. "Untuk umat di Kota Gianyar sebanyak 120 KK kami minta sembahyang di rumah masing-masing," jelasnya. *nvi
Komentar