Pasar Manuver Gilimanuk Nganggur
Usai Direvitalisasi Dengan APBN Rp 6 Miliar
Pedagang lebih memilih berjualan di emperan luar bangunan pasar.
NEGARA, NusaBali
Bangunan revitalisasi Pasar Manuver Gilimanuk di Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Jembrana, telah rampung tahun 2020, hingga kini nganggur. Tidak ada pedagang yang menempati los maupun kios di dalam pasar ini. Pedagang oleh-oleh yang sempat direlokasi, juga enggan menempati kios anyar di dalam pasar tersebut karena sempit dan kurang nyaman.
Pantauan Minggu (14/2), areal di dalam bangunan pasar ini tampak kotor. Debu yang cukup tebal bertebaran di lantai maupun deretan ratusan los serta puluhan kios di pasar yang telah direvitalisasi menggunakan dana Tugas Pembantuan (TP) dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) dengan APBN Rp 6 miliar. “Memang tidak ada yang mau jualan di sana. Makanya pasat tidak ada yang merawat dan kotor begitu,” ujar salah satu pedagang oleh-oleh yang membuka emparan di luar bangunan pasar tersebut.
Beberapa pedagang oleh-oleh yang sempat menempati beberapa kios sebelum revitalisasi pasar tersebut, mengatakan tidak bisa kembali berjualan di kios dalam pasar tersebut. Pasalnya, tempatnya sangat sempit dan tidak nyaman dibandingkan kios sebelumnya. “Bagaimana mau jualan disana. Naruh barang saja susah. Sekarang kami berjualan di depan (emperan) seperti ini, sepi. Apalagi di dalam,” ucap Bu Jero, salah satu pedagang oleh-oleh yang menjual kain dan pakaian motif Bali.
Sebelumnya, kata Bu Jero, ada sekitar 15 pedagang sempat menempati kios di pasar tersebut. Namun setelah revitalisasi pasar tersebut, tidak ada satupun yang mau kembali. Pedagang lebih memilih berjualan di emperan luar bangunan pasar. “Sebenarnya kita sudah dari awal menolak kalau model pasar begini. Tetapi tetap dibangun seperti, tidak ada yang mau tempati,” ujarnya.
Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Jembrana Komang Agus Adhinata, saat dikonfirmasi Minggu kemarin, membenarkan belum ada pedagang yang berminat jualan di bangunan pasar tersebut. Dirinya memperkirakan, tidak adanya pedagang yang berminat jualan di dalam pasar karena situasi ekonomi yang sulit di masa pandemi Covid-19 saat ini. “Mungkin karena situasi ekonomi masih sulit,” ujarnya.
Sedangkan disinggung terkait model bangunan yang dinilai lebih sempit dan kurang nyaman dibanding bangunan sebelumnya, Agus Adhinata mengatakan, sebelumnya gambar bangunan pasar itu, disesuaikan berdasar prototype dari Kemendag. Di mana revitaliasi pasar itu, menggunakan dan TP dari Kemendag, dan gambarnya ditentukan langsung dari Kementerian. “Memang harus dibangun seperti itu. Kami tidak diberi izin untuk mengubah. Tetapi, kami juga masih mengupayakan yang terbaik agar pedagang memanfaatkan untuk tempat jualan,” ucapnya. *ode
Pantauan Minggu (14/2), areal di dalam bangunan pasar ini tampak kotor. Debu yang cukup tebal bertebaran di lantai maupun deretan ratusan los serta puluhan kios di pasar yang telah direvitalisasi menggunakan dana Tugas Pembantuan (TP) dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) dengan APBN Rp 6 miliar. “Memang tidak ada yang mau jualan di sana. Makanya pasat tidak ada yang merawat dan kotor begitu,” ujar salah satu pedagang oleh-oleh yang membuka emparan di luar bangunan pasar tersebut.
Beberapa pedagang oleh-oleh yang sempat menempati beberapa kios sebelum revitalisasi pasar tersebut, mengatakan tidak bisa kembali berjualan di kios dalam pasar tersebut. Pasalnya, tempatnya sangat sempit dan tidak nyaman dibandingkan kios sebelumnya. “Bagaimana mau jualan disana. Naruh barang saja susah. Sekarang kami berjualan di depan (emperan) seperti ini, sepi. Apalagi di dalam,” ucap Bu Jero, salah satu pedagang oleh-oleh yang menjual kain dan pakaian motif Bali.
Sebelumnya, kata Bu Jero, ada sekitar 15 pedagang sempat menempati kios di pasar tersebut. Namun setelah revitalisasi pasar tersebut, tidak ada satupun yang mau kembali. Pedagang lebih memilih berjualan di emperan luar bangunan pasar. “Sebenarnya kita sudah dari awal menolak kalau model pasar begini. Tetapi tetap dibangun seperti, tidak ada yang mau tempati,” ujarnya.
Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Jembrana Komang Agus Adhinata, saat dikonfirmasi Minggu kemarin, membenarkan belum ada pedagang yang berminat jualan di bangunan pasar tersebut. Dirinya memperkirakan, tidak adanya pedagang yang berminat jualan di dalam pasar karena situasi ekonomi yang sulit di masa pandemi Covid-19 saat ini. “Mungkin karena situasi ekonomi masih sulit,” ujarnya.
Sedangkan disinggung terkait model bangunan yang dinilai lebih sempit dan kurang nyaman dibanding bangunan sebelumnya, Agus Adhinata mengatakan, sebelumnya gambar bangunan pasar itu, disesuaikan berdasar prototype dari Kemendag. Di mana revitaliasi pasar itu, menggunakan dan TP dari Kemendag, dan gambarnya ditentukan langsung dari Kementerian. “Memang harus dibangun seperti itu. Kami tidak diberi izin untuk mengubah. Tetapi, kami juga masih mengupayakan yang terbaik agar pedagang memanfaatkan untuk tempat jualan,” ucapnya. *ode
1
Komentar