Pengelola Objek Wisata Sangeh Was-was, Anggaran untuk Pakan Monyet Habis
MANGUPURA,NusaBali
Pandemi Covid-19 masih berlangsung hingga saat ini. Alhasil, pengelola Objek Wisata Sangeh, di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung, mulai was-was.
Pengelola khawatir kesulitan menyediakan pakan untuk ratusan monyet yang jadi penghuni. Pengelola khawatir monyet rusuh bila ketersedian pakan menipis. Karena itulah pengelola berharap pandemi segera berakhir dan pariwisata Bali bisa kembali normal.
Di Objek Wisata Sangeh, hidup sekitar 600 ekor monyet. Untuk kebutuhkan pakan dibutuhkan minimal 4 kampil atau sekitar 200 kilo ketela setiap hari. Belum termasuk jenis pakan tambahan lainnya, seperti buah-buahan. Sehingga dalam sebulan hanya untuk kebutuhan pakan monyet, pengelola perlu Rp 15 juta.
Ketua Pengelola Objek Wisata Sangeh I Made Sumohon, mengatakan sampai saat ini kebutuhan pakan untuk monyet masih bisa dipenuhi. Walau dalam volume yang minim. “Ketela itu wajib untuk pakan dua kali pagi dan siang,” kata Sumohon, Sabtu (13/2).
Dana untuk pembelian pakan masih tersedia dari pemasukan yang diperoleh sebelum pandemi. Sebelum pandemi setahun lalu, katanya, pengunjung atau wisatawan yang menikmati Objek Wisata Sangeh lumayan ramai. Wisatawan mancanegara bisa mencapai sekitar 4.000 setiap bulan. Sedang wisatawan domestik berkisar 6.000 setiap bulan. “Apalagi kalau musim liburan, bisa lebih banyak,” kata Sumohon lagi.
Untuk diketahui, pendapatan tersebut diperoleh dari tiket masuk. Harga tiket masuk di Objek Wisata Sangeh, sebesar Rp 15 ribu untuk wisatawan domestik dewasa, dan Rp 5.000 untuk anak-anak. Sedangkan untuk wisawatan mancanegara Rp 30 ribu untuk dewasa, dan Rp 15 ribu untuk anak-anak.
Sejak pandemi setahun lalu, nyaris tidak ada lagi wisatawan yang datang ke objek wisata Sangeh. “Memang ada, namun jarang- jarang,” lanjutnya. Seperti pada liburan Imlek, Jumat (11/2) lalu, hanya ada satu bus saja.
Sumohon berharap pariwisata Bali, bisa kembali dibuka. Walau mungkin hanya wisatawan domestik. “Minimal bisa menutupi biaya operasional dan pengadaan pakan monyet,” tegasnya.
Kalau pariwisata tutup berkepanjangan, dana untuk pakan monyet dikhawatirkan habis, karena tidak ada tambahan. Jika sampai terjadi tentu pengelola kesulitan menyediakan pakan. “Kalau satwa sampai kurang pakan tentu liar dan bisa rusuh,” kata Sumohon. *K17
Komentar