Umat Hindu - Kristiani Saling Ngejotin
Kerukunan Beragama di Desa Adat Piling
TABANAN, NusaBali
Keharmonisan umat Hindu dengan umat Kristiani di Desa Adat Piling, Desa Mangesta, Kecamatan Penebel, Tabanan masih lestari.
Ini dibuktikan dengan kedua umat Bergama masih tetap melestarikan tradisi ngejot (menyuguhkan penganan) saat hari raya besar. Umat Kristiani melaksanakan ngejot saat berlangsung Hari Natal dan Tahun Baru. Umat Hindu pun akan menjalankan tradisi ngejot saat Hari Raya Galungan. Menariknya keharmonisan antara umat Hindu dan umat Kristiani juga berlangsung ketika adanya upacara yang bersifat suka duka.
Bendesa Adat Piling I Made Sutarsa mengatakan tradisi ngejot masih terus berlangsung di Desa Adat Piling sampai saat ini. Menurut cerita, tradisi ngejot diperkirakan mulai sejak tahun 1937 ketika umat Kristiani masuk ke Desa Adat Piling. Tradisi ngejot di Desa Piling masih ajeg saat ini, tidak pernah putus," ujarnya, Jumat (18/2).
Kata dia, jotan yang diberikan kedua umat saat hari raya berupa makanan. Mulai dari lawar, jajan, dan lain-lain. "Apa yang dibuat di rumahnya itu yang diberikan. Kalau buat lawar, lawar yang diberikan," imbuh bendasa adat yang sudah menjabat 22 tahun lebih ini.
Menurut dia, keharmonisan kedua umat di Desa Adat Piling tidak hanya terlihat dari tradisi ngejot yang masih dijalankan. Namun ketika ada kegiatan upacara suka duka mulai dari kematian, pawiwahan baik umat Hindu dan umat Kristiani berbaur.
Bahkan karena sudah lama menetap di Desa Adat Piling umat Kristiani mahir dalam membuat upakara. "Jadi yang ibu-ibu umat Kristiani sudah mahir membuat upakara. Karena sudah setiap hari mereka ikut terlibat. Kalau sudah berbaur kita susah membedakan mana umat Kristiani dan Umat Hindu," beber Sutarsa.
Hal menarik, kata Sutarsa, keharmonisan dua agama di Desa Adat Piling juga terlihat dari letak Pura Prajapati dan Gereja. Antara Pura Prajapati Desa Adat Piling dengan gereja hanya dibatasi tembok saja. "Jadi ketika kami (umat Hindu) misalnya mati listrik, mereka (umat Kristiani) saling bantu," uangkapnya. Umat Kristiani di Desa Adat Piling kurang lebih berjumlah 60 KK.
Sutarsa menambahkan kunci untuk menjaga keharmonisan antar umat beragama dilihat dari tokoh agama. Artinya antar tokoh agama sama-sama saling koordinasi. Tokoh harus mencontohkan kepada umatnya keharmonisan. "Jangan sampai tokoh membuat keributan, itu akan mempengaruhi perpecahan kepada umat," pesannya.
Dia mengakui selama ini, keharmonisan antar umat Hindu dan Kristiani di Desa Adat Piling belum pernah menuai permasalahan. Selama menjabat sebagai bendesa adat selama 22 tahun belum pernah terjadi konflik. "Mudah-mudahan keharmonisan ini terus ajeg, dan menjadi percontohan bagi umat yang lain," tandasnya. *des
Komentar