Lengis Tandusan, Begini Proses Pembuatan Minyak Kelapa Tradisional Khas Bali
KLUNGKUNG, NusaBali.com
Lengis tandusan adalah minyak kelapa murni khas Bali yang diolah secara tradisional. Kata ‘lengis’ dalam bahasa Bali memiliki arti ‘minyak’ sedangkan kata ‘tandusan’ memiliki arti ‘kelapa’. Pengucapan kata lengis tandusan sendiri sedikit berbeda di tiap daerah yang ada di Bali.
Kali ini, tim NusaBali.com berkesempatan mengunjungi sebuah tempat pembuatan lengis tandusan yang berlokasi di Jalan Dawan Kangin, Banjar Delod Buug, Desa Dawan Klod, Klungkung yang dimiliki oleh keluarga Wayan Suarni.
Usaha ini telah berdiri sejak tahun 1997. Dalam kesempatan tersebut Suarni menjelaskan pembuatan lengis tandusan atau yang biasa disebut masyarakat Klungkung ‘klengis tandusan’.
Pembuatan klengis tandusan milik Suarni dilakukan langsung di rumah sederhana miliknya. Setiap hari sebanyak 150 butir kelapa diolah untuk dijadikan klengis tandusan. Kelapa-kelapa tersebut adalah jenis kelapa yang sudah tua yang direndam semalaman sebelum diparut dengan alat atau mesin parutan. Proses memarut kelapa ini memakan waktu sekitar 1 jam. Terkadang, beberapa warga sekitar datang untuk membeli kelapa yang sudah diparut ini. Suarni menjual seplastik kelapa parut seharga Rp 15 ribu.
Usaha ini telah berdiri sejak tahun 1997. Dalam kesempatan tersebut Suarni menjelaskan pembuatan lengis tandusan atau yang biasa disebut masyarakat Klungkung ‘klengis tandusan’.
Pembuatan klengis tandusan milik Suarni dilakukan langsung di rumah sederhana miliknya. Setiap hari sebanyak 150 butir kelapa diolah untuk dijadikan klengis tandusan. Kelapa-kelapa tersebut adalah jenis kelapa yang sudah tua yang direndam semalaman sebelum diparut dengan alat atau mesin parutan. Proses memarut kelapa ini memakan waktu sekitar 1 jam. Terkadang, beberapa warga sekitar datang untuk membeli kelapa yang sudah diparut ini. Suarni menjual seplastik kelapa parut seharga Rp 15 ribu.
Kelapa yang didapatkan sendiri dibeli Ketut Sudiarta, suami Suarni, dari kebun milik warga sekitar desa. Kemudian, diolah di tempat milik Sudiarta sendiri yang tidak terlalu jauh dari kediaman keluarga ini. Prosesnya sendiri melalui proses pengupasan (nges) kelapa tua, lalu dilakukan proses mengeluarkan daging kelapa dari batok kelapa (nyeluh).
Daging kelapa ini kemudian akan direndam semalaman. Sisa batok kelapa sendiri akan diubah menjadi arang yang bisa dijual kembali. Sisa batok kelapa kering 1 ikat berisi 25-27 buah dan dihargai Rp 20 ribu oleh Sudiarta.
Setelah diparut, parutan kelapa tersebut dimasukkan ke dalam sebuah wadah dan diberikan air. Kemudian, parutan kelapa tersebut dimasukkan ke dalam karung beras atau kampil yang berwarna putih kemudian diperas dengan alat pemerasan yang terbuat dari kayu. Alat ini dibuat sendiri oleh suami Suarni, Sudiarta. “Kalau tanpa alat itu tangan saya bisa sakit dan prosesnya jadi semakin lama,” tutur ibu dari tiga orang anak ini.
Kampil pun harus berwarna putih agar tetap aman. “Karena ini kan akan dibuat jadi makanan,” imbuh Suarni. Proses pemerasan sendiri menghabiskan waktu selama kurang lebih 1 jam. Sisa parutan kelapa kemudian akan diolah lagi untuk dijadikan saur atau serundeng yang biasa digunakan untuk banten.
Langkah selanjutnya, air santan yang merupakan hasil perasan kelapa yang telah diparut tadi, direbus dalam sebuah panci besar. Api untuk merebus pun harus besar. Suarni menggunakan daun (danyuh) dan batang (papah) kelapa yang sudah kering untuk membuat api ini. “Dengan begitu kan terpakai semua,” ujar Suarni bangga.
Proses perebusan air santan kelapa ini memakan waktu hingga 2 jam. Ada 2 panci dan wajan besar untuk menampung air santan ini. Saat santan mulai berbuih, artinya minyak sudah mulai naik. Suarni pun menyiapkan beberapa ember untuk mengambil dan memisahkan minyak dengan saringan.
Setelah didinginkan, minyak dimasukkan ke dalam botol plastik berukuran tanggung 600 ml. Sebanyak 20 botol klengis tandusan dihasilkan dalam proses yang dilakukan Suarni setiap hari. Klengis tandusan ini dihargai Rp 25 ribu per botolnya.
Minyak kelapa atau klengis tandusan ini selalu habis setiap harinya. Suarni mengakui setiap harinya orang selalu mencari langsung ke rumahnya. “Setiap hari ada yang mencari ke rumah atau kalau tidak saya jual sendiri ke pasar juga,” jelasnya.
Klengis tandusan ini bahkan juga dipesan dari luar daerah Bali. “Ada orang dari Jawa pernah pesan, tapi memang harus mengambil ke sini,” ungkap Suarni. Selain itu, sebelum pandemi beberapa hotel-hotel yang ada di Bali juga pernah membeli minyak kelapa murni dari tempat Suarni.
Minyak kelapa murni atau klengis tandusan ini rupanya memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Minyak ini bisa dipakai untuk massage, minyak rambut, dan bahkan untuk ibu hamil agar proses lahirannya lancar.
Klengis tandusan ini memiliki warna putih cenderung bening karena kemurniannya. Namun, minyak ini bisa diberi pewarna alami sesuai permintaan pembeli. “Kalau mau warna kuning, kita beri kunyit. Kalau hijau, itu dari daun pepaya. Nah, yang warna hijau itu biasanya bagus untuk jadi minyak rambut,” tutur Sudiarta.
Pandemi pun tidak berpengaruh pada usaha milik Suarni ini. Ia masih tetap bertahan. “Ya semoga bisa tetap berjalan. Bahkan bisa terus berkembang dan semakin banyak pembeli. Dari usaha ini saya bisa menyekolahkan anak-anak saya hingga menjadi sarjana dan polwan,” tandas Suarni.
1
Komentar