Disambar Petir, Pasutri Selamat dari Maut
Peristiwa langka terjadi di Banjar Alas Harum, Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng, Rabu (23/11) siang.
SINGARAJA, NusaBali
Pasangan suami istri (pasutri) I Kadek Suari Budaya, 38, dan Ni Putu Ekayani, 31, secara ajaib selamat dari maut, kendati mereka disambar petir saat asyik berendam di sungai. Pasutri ini hanya jatuh pingsan, tapi nyawanya selamat.
Saat musibah terjadi, Rabu siang sekitar pukul 13.00 Wita, pasutri Kadek Suari Budaya dan Putu Ekayani sama-sama berada di sungai kawasan Banjar Alas Harum, Desa Bungkulan. Ketika itu, Kadek Suari Budaya asyik berendam sambil menunggu istrinya mencuci, di bawah cuaca mendung dan sempat hujan gerimis.
Tiba-tiba saja, petir menyambar tepat di posisi pasutri ini berada, hingga air sungai muncrat, bahkan pasir di dasar sungai juga muncrat. Gara-gara disambar petir, pasutri Suari Budaya dan Ekayani langsung terpental tidak sadarkan diri. Bahkan, keduanya hanyut di sungai. Beruntung, ada beberapa warga yang menyelamatkannya dan mengevakuasi kedua korban yang pingsan ini ke RSUD Buleleng di Singaraja.
Ajaibnya, pasutri Suari Budaya dan Ekayani selamat dari maut. Sang suami, Suari Budaya, hanya mengalami luka seperti goresan di bagian punggung dan tubuhnya hitam legam. Sedangkan istrinya, Ekayani, mengalami luka seperti goresan di kedua pahanya.
Ini terbilang ajaib, karena sambaran petir siang itu cukup dahsyat. Bahkan, sejumlah peralatan elektronik rumah tangga di rumah korban yang berjarak sekitar 5 meter dari titik sambaran petir, porakporanda. Selain itu, pohon kelapa yang berajak 3 meter dari lokasi sambaran petir juga sampai hangus bagian ujung.
Setidaknya, ada 11 unit rumah di sekitar lokasi yang mengalami kerusakan akibat sambaran petir tersebut. Rata-rata peralatan elektronik seperti televisi, receiver televisi, dan kulkas di rumah tersebut mengalami kerusakan.
Pasutri Suari Budaya dan Ekayani, yang kesehariannya bekerja sebagai buruh serabutan, sempat beberapa 2 jam pingsan hingga menjalani perawatan intensif di IGD RSUD Buleleng. Setelah dirawat, keduanya dinyatakan tidak apa-apa dan diizinkan pulang dari rumah sakit, Rabu sore sekitar pukul 17.00 Wita.
Kendati selamat dari maut, pasutri Suari Budaya dan Ekayani trauma atas musibah sambaran petir yang nyaris merenggut nyawanya. Ketika NusaBali berkunjung ke rumahnya di Banjar Alas Harum, Desa Bungkulan, Kamis (24/11) sore, korban Suari Budaya belum bisa bergerak leluasa akibat terkena sambaran petir. Sedangkan istrinya, Ekauani, masih terlihat shock. “Maaf, badan dan tangan ini masih kaku, sulit digerakkan,” keluh Suari Budaya.
Suari Budaya mengisahkan, sebelum musibah siang itu, dia turun ke sungai untuk mandi sambil temani istri mencuci pakaian. Saat itu, cuaca mendung karena sempat hujan gerimis. “Saya berendam bersebelahan dengan istri yang mencuci. Tiba-tiba, terdengar suara ledakan keras tepat di tempat saya mandi. Batu dan pasir sungai sampai muncrat ke atas,” ungkapnya.
Akibat sambaran petir, Suari Budaya mengaku terpetal dan hanyut beberapa meter dalam kondisi pingsan. Sebelum pingsan, Suari Budaya sempat melihat istrinya juga terpental dan hanyut. Namun, Suari Budaya tidak mampu menolong istrinya, karena dia keburu tak sadarkan diri.
“Begitu terpental, saya langsung tidak bisa bergerak dan bicara. Setelah itu, saya tidak ingat apa-apa lagi. Begitu siuman, saya sudah dirawat di rumah sakit. Waktu disambar petir, tubuh ini bergetar dan saya rasa dingin sekali,” kenang pria berusia 38 tahun ini.
Sementara itu, duaa satu saksi mata masing-masing I Komang Lanang, 16, dan I Putu Surya, 15, mengaku saat musibah terjadi siang itu, mereka berada sekitar 10 meter dari tempat pasutri korban sambaran petir ini. Kedua saksi saat itu juga asyik mandi di aliran sungai yang sama, tapi posisinya di bagian hilir.
Kedua saksi ini mengaku sempat melihat ada kilatan cahaya, disudul suara menggelegar tepat di lokasi pasutri berada. “Kami melihat kilatan dan suara menggelegar. Habis itu, Pak Kadek Apel (pangglian korban Suari Budaya, Red) dan istrinya terpental hanyut. Kami lari dan teriak minta tolong,” ungkap Komang Lanang di rumah korban, Kamis kemarin.
Teriakan itu kemudian mengundang warga lainnya berdatangan ke sungai, lanjut memberikan pertolongan kepada pasutri Suari Budaya dan Ekayani. Karena dalam kondisi pingsan, pasutri korban sambaran petir langsung dilarikan ke IGD RSUD Buleleng.
Pihak keluarga korban sebetulnya pasrah dengan nasib pasutri Suari Budaya dan Ekayani. Mereka pikir, pasutri ini tidak akan selamat, karena tidak pernah mendengar ada korban yang masih hidup setelah disambar petir.
“Adik sepupu saya sudah tak sadarkan diri semala 2 jam. Jadi, kami dari pihak keluarga merasa was-was dan hanya bisa pasrah. Namun, setelah keduanya sadar dan dinyatakan bisa pulang, kami merasa sangat bersyukur,” ungkap Putu Sri Nari, kakak misan dari korban Suari Budaya. * k19
Saat musibah terjadi, Rabu siang sekitar pukul 13.00 Wita, pasutri Kadek Suari Budaya dan Putu Ekayani sama-sama berada di sungai kawasan Banjar Alas Harum, Desa Bungkulan. Ketika itu, Kadek Suari Budaya asyik berendam sambil menunggu istrinya mencuci, di bawah cuaca mendung dan sempat hujan gerimis.
Tiba-tiba saja, petir menyambar tepat di posisi pasutri ini berada, hingga air sungai muncrat, bahkan pasir di dasar sungai juga muncrat. Gara-gara disambar petir, pasutri Suari Budaya dan Ekayani langsung terpental tidak sadarkan diri. Bahkan, keduanya hanyut di sungai. Beruntung, ada beberapa warga yang menyelamatkannya dan mengevakuasi kedua korban yang pingsan ini ke RSUD Buleleng di Singaraja.
Ajaibnya, pasutri Suari Budaya dan Ekayani selamat dari maut. Sang suami, Suari Budaya, hanya mengalami luka seperti goresan di bagian punggung dan tubuhnya hitam legam. Sedangkan istrinya, Ekayani, mengalami luka seperti goresan di kedua pahanya.
Ini terbilang ajaib, karena sambaran petir siang itu cukup dahsyat. Bahkan, sejumlah peralatan elektronik rumah tangga di rumah korban yang berjarak sekitar 5 meter dari titik sambaran petir, porakporanda. Selain itu, pohon kelapa yang berajak 3 meter dari lokasi sambaran petir juga sampai hangus bagian ujung.
Setidaknya, ada 11 unit rumah di sekitar lokasi yang mengalami kerusakan akibat sambaran petir tersebut. Rata-rata peralatan elektronik seperti televisi, receiver televisi, dan kulkas di rumah tersebut mengalami kerusakan.
Pasutri Suari Budaya dan Ekayani, yang kesehariannya bekerja sebagai buruh serabutan, sempat beberapa 2 jam pingsan hingga menjalani perawatan intensif di IGD RSUD Buleleng. Setelah dirawat, keduanya dinyatakan tidak apa-apa dan diizinkan pulang dari rumah sakit, Rabu sore sekitar pukul 17.00 Wita.
Kendati selamat dari maut, pasutri Suari Budaya dan Ekayani trauma atas musibah sambaran petir yang nyaris merenggut nyawanya. Ketika NusaBali berkunjung ke rumahnya di Banjar Alas Harum, Desa Bungkulan, Kamis (24/11) sore, korban Suari Budaya belum bisa bergerak leluasa akibat terkena sambaran petir. Sedangkan istrinya, Ekauani, masih terlihat shock. “Maaf, badan dan tangan ini masih kaku, sulit digerakkan,” keluh Suari Budaya.
Suari Budaya mengisahkan, sebelum musibah siang itu, dia turun ke sungai untuk mandi sambil temani istri mencuci pakaian. Saat itu, cuaca mendung karena sempat hujan gerimis. “Saya berendam bersebelahan dengan istri yang mencuci. Tiba-tiba, terdengar suara ledakan keras tepat di tempat saya mandi. Batu dan pasir sungai sampai muncrat ke atas,” ungkapnya.
Akibat sambaran petir, Suari Budaya mengaku terpetal dan hanyut beberapa meter dalam kondisi pingsan. Sebelum pingsan, Suari Budaya sempat melihat istrinya juga terpental dan hanyut. Namun, Suari Budaya tidak mampu menolong istrinya, karena dia keburu tak sadarkan diri.
“Begitu terpental, saya langsung tidak bisa bergerak dan bicara. Setelah itu, saya tidak ingat apa-apa lagi. Begitu siuman, saya sudah dirawat di rumah sakit. Waktu disambar petir, tubuh ini bergetar dan saya rasa dingin sekali,” kenang pria berusia 38 tahun ini.
Sementara itu, duaa satu saksi mata masing-masing I Komang Lanang, 16, dan I Putu Surya, 15, mengaku saat musibah terjadi siang itu, mereka berada sekitar 10 meter dari tempat pasutri korban sambaran petir ini. Kedua saksi saat itu juga asyik mandi di aliran sungai yang sama, tapi posisinya di bagian hilir.
Kedua saksi ini mengaku sempat melihat ada kilatan cahaya, disudul suara menggelegar tepat di lokasi pasutri berada. “Kami melihat kilatan dan suara menggelegar. Habis itu, Pak Kadek Apel (pangglian korban Suari Budaya, Red) dan istrinya terpental hanyut. Kami lari dan teriak minta tolong,” ungkap Komang Lanang di rumah korban, Kamis kemarin.
Teriakan itu kemudian mengundang warga lainnya berdatangan ke sungai, lanjut memberikan pertolongan kepada pasutri Suari Budaya dan Ekayani. Karena dalam kondisi pingsan, pasutri korban sambaran petir langsung dilarikan ke IGD RSUD Buleleng.
Pihak keluarga korban sebetulnya pasrah dengan nasib pasutri Suari Budaya dan Ekayani. Mereka pikir, pasutri ini tidak akan selamat, karena tidak pernah mendengar ada korban yang masih hidup setelah disambar petir.
“Adik sepupu saya sudah tak sadarkan diri semala 2 jam. Jadi, kami dari pihak keluarga merasa was-was dan hanya bisa pasrah. Namun, setelah keduanya sadar dan dinyatakan bisa pulang, kami merasa sangat bersyukur,” ungkap Putu Sri Nari, kakak misan dari korban Suari Budaya. * k19
1
Komentar