Aksi Donor Darah Mengenang 100 Hari Wafatnya Maestro Seni Rupa Made Wianta
DENPASAR, NusaBali
Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Bali bekerja sama dengan Wianta Fundation menggelar donor darah yang diikuti 250 pendonor di Wantilan DPRD Bali.
Kegiatan ini dalam rangka 100 hari wafatnya maestro seni rupa Made Wianta. Kepala UTD PMI Provinsi Bali dr I Gede Wiryana Patra Jaya mengatakan, sejak pandemi Covid-19 jumlah pendonor darah terus menurun hingga 30% pada kurun waktu Maret -Desember 2020.
“Sebelum pandemi pemenuhan kebutuhan darah se-Bali mencapai angka 95% dari permintaan, karena terjadi penurunan 30% jumlah pendonor, PMI hanya bisa memenuhi 70% dari permintaan,” katanya di sela-sela donor darah, Sabtu (27/2).
Ia mengajak masyarakat tidak takut menyumbang darah karena donor darah saat pandemi sangat aman, diberlakukan protokol dengan ketat, petugas telah divaksin, peralatan steril, dan pengaturan giliran pendonor agar tak terjadi penumpukan.
Patra Jaya pun menyambut baik inisiatif Wianta Foundation, apalagi memberikan tali kasih berupa paket sembako kepada pendonor darah.
Made Beratha, perwakilan dari Wianta Foundation mengatakan kegiatan dalam rangka 100 hari wafatnya maestro seni rupa Made Wianta ini merupakan bagian dari upaya untuk melanjutkan kepedulian pelukis asal Tabanan ini terhadap kegiatan sosial dan kemanusiaan semasa hidupnya.
“Sebagai seniman, kepedulian Pak Wianta terhadap masalah sosial kemasyarakatan dan lingkungan dilakukan secara nyata, juga dalam karya, seni instalasi, dan seni pertunjukan,” kata Beratha.
Kata dia, ketika terjadi bom Bali, Wianta ikut donor darah dan menyambangi keluarga korban untuk memberikan santunan. Tragedi bom Bali 2002 itu juga menginspirasi Wianta melahirkan karya seni instalasi 'Dreamland’ yang dipamerkan di Biennale Venezia pada 2003.
Sebelumnya, pada 1999 Wianta merespons kekerasan yang terjadi di berbagai wilayah melalui happening art 'Art & Peace' di Pantai Padanggalak Sanur yang melibatkan 2 helikopter dan 2.000 penari yang membawa kain sepanjang 2.000 meter berisikan pesan perdamaian para tokoh dari berbagai negara.
Wianta pernah pameran di California, AS, bertajuk 'Art for AIDS' (1992) yang seluruh hasil penjualan karya disumbangkan untuk penelitian HIV-AIDS. Kemudian, bersama sejumlah seniman ia menggelar 'Art for Flores', pengumpulan dana bagi korban bencana di Flores, NTT.
Beratha mengatakan Wianta juga kerap membantu pembangunan pura, pameran amal untuk gereja, dan menyumbang ke masjid.
“Selain menikmati karya-karya Pak Wianta, kami juga mengenang dan ingin melanjutkan kepeduliannya terhadap lingkungan dan kemanusiaan yang akan diwujudkan Wianta Foundatian bersama para sahabat Forum Art & Peace,” ujarnya. *isu
“Sebelum pandemi pemenuhan kebutuhan darah se-Bali mencapai angka 95% dari permintaan, karena terjadi penurunan 30% jumlah pendonor, PMI hanya bisa memenuhi 70% dari permintaan,” katanya di sela-sela donor darah, Sabtu (27/2).
Ia mengajak masyarakat tidak takut menyumbang darah karena donor darah saat pandemi sangat aman, diberlakukan protokol dengan ketat, petugas telah divaksin, peralatan steril, dan pengaturan giliran pendonor agar tak terjadi penumpukan.
Patra Jaya pun menyambut baik inisiatif Wianta Foundation, apalagi memberikan tali kasih berupa paket sembako kepada pendonor darah.
Made Beratha, perwakilan dari Wianta Foundation mengatakan kegiatan dalam rangka 100 hari wafatnya maestro seni rupa Made Wianta ini merupakan bagian dari upaya untuk melanjutkan kepedulian pelukis asal Tabanan ini terhadap kegiatan sosial dan kemanusiaan semasa hidupnya.
“Sebagai seniman, kepedulian Pak Wianta terhadap masalah sosial kemasyarakatan dan lingkungan dilakukan secara nyata, juga dalam karya, seni instalasi, dan seni pertunjukan,” kata Beratha.
Kata dia, ketika terjadi bom Bali, Wianta ikut donor darah dan menyambangi keluarga korban untuk memberikan santunan. Tragedi bom Bali 2002 itu juga menginspirasi Wianta melahirkan karya seni instalasi 'Dreamland’ yang dipamerkan di Biennale Venezia pada 2003.
Sebelumnya, pada 1999 Wianta merespons kekerasan yang terjadi di berbagai wilayah melalui happening art 'Art & Peace' di Pantai Padanggalak Sanur yang melibatkan 2 helikopter dan 2.000 penari yang membawa kain sepanjang 2.000 meter berisikan pesan perdamaian para tokoh dari berbagai negara.
Wianta pernah pameran di California, AS, bertajuk 'Art for AIDS' (1992) yang seluruh hasil penjualan karya disumbangkan untuk penelitian HIV-AIDS. Kemudian, bersama sejumlah seniman ia menggelar 'Art for Flores', pengumpulan dana bagi korban bencana di Flores, NTT.
Beratha mengatakan Wianta juga kerap membantu pembangunan pura, pameran amal untuk gereja, dan menyumbang ke masjid.
“Selain menikmati karya-karya Pak Wianta, kami juga mengenang dan ingin melanjutkan kepeduliannya terhadap lingkungan dan kemanusiaan yang akan diwujudkan Wianta Foundatian bersama para sahabat Forum Art & Peace,” ujarnya. *isu
1
Komentar