Kursus Menari Anak Tuna Rungu Terputus
GIANYAR, NusaBali
Sejumlah pogram pendidikan untuk anak tuna rungu di Panti Asuhan Kesayang Ikang Papa di Jalan Kebo Iwa, Kelurahan/Kecamatan Gianyar, terhenti.
Terutama belajar menjarit dan menari, karena anak-anak dirumahkan. Bahkan saat ini, panti asuhan ini tidak lagi menamatkan kursus Pendidikan karena tidak ada transfer ilmu dari guru ke siswa. Sedangkan kegiatan kursus memasak masih berlangsung, mengingat siswanya hanya dua orang.
Salah satu guru dan pembimbing tari Bali, Ni Wayan Nyeri mengaku tahun 2020 dan 2021 program pendidikan menari terputus karena tidak diizinkan belajar langsung atau tatap muka. "Kalau belajar via daring sangat sulit, persoalannya ini menari, dan ada instruksi khusus yang diberikan kepada anak-anak," jelasnya.
Ditambahkan, tahun 2019 lalu, ada 40 anak-anak tuna rungu tamat kursus menari. Bahkan dari anak-anak ini sudah sempat tampil dalam event nasional. "Anak-anak sempat tampil di Jakarta, TMII dan pentas lain atas undangan," jelasnya. Sehingga praktisnya pula, anak-anak tidak mendapatkan kesempatan untuk pentas dan belajar mengasah kemampuan.
Bahkan untuk mengobati kerinduan anak-anak, dirinya sering berkomunikasi lewat HP, dan sesekali mengajar satu-dua anak untuk menari. "Anak-anak rindu untuk dilatih. Namun untuk mengobati kerinduan, saya latih satu dua anak menari," ujarnya. Dirinya juga khawatir, karena ketika anak-anak dirumahkan, maka anak-anak tersebut belajar liar. "Kami khawatir, namun tidak bisa berbuat banyak. Ada anak-anak yang saya jumpai berkeliaran dengan teman lainnya. Ini juga berbahaya," ungkapnya. *nvi
Salah satu guru dan pembimbing tari Bali, Ni Wayan Nyeri mengaku tahun 2020 dan 2021 program pendidikan menari terputus karena tidak diizinkan belajar langsung atau tatap muka. "Kalau belajar via daring sangat sulit, persoalannya ini menari, dan ada instruksi khusus yang diberikan kepada anak-anak," jelasnya.
Ditambahkan, tahun 2019 lalu, ada 40 anak-anak tuna rungu tamat kursus menari. Bahkan dari anak-anak ini sudah sempat tampil dalam event nasional. "Anak-anak sempat tampil di Jakarta, TMII dan pentas lain atas undangan," jelasnya. Sehingga praktisnya pula, anak-anak tidak mendapatkan kesempatan untuk pentas dan belajar mengasah kemampuan.
Bahkan untuk mengobati kerinduan anak-anak, dirinya sering berkomunikasi lewat HP, dan sesekali mengajar satu-dua anak untuk menari. "Anak-anak rindu untuk dilatih. Namun untuk mengobati kerinduan, saya latih satu dua anak menari," ujarnya. Dirinya juga khawatir, karena ketika anak-anak dirumahkan, maka anak-anak tersebut belajar liar. "Kami khawatir, namun tidak bisa berbuat banyak. Ada anak-anak yang saya jumpai berkeliaran dengan teman lainnya. Ini juga berbahaya," ungkapnya. *nvi
Komentar