Dua Tarian Dauh Enjung Direkontruksi
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng tahun ini sedang menggarap rekontruksi dua tarian Dauh Enjung (kutub seni Buleleng bagian barat,red).
Dua tarian itu adalah tari Kebyar Legong Dauh Enjung dan Tari Nelayan karya I Ketut Merdana. Proses rekontruksi yang dilakukan untuk mengungkap gerak, tambuh dan pakem pakaian asli yang diciptakan oleh maestro Gumi Panji Sakti ini.
Kepala Bidang (Kabid) Kesenian Dinas Kebudayaan Buleleng Wayan Sujana, Minggu (7/3) kemarin menjelaskan proses rekontruksi dilakukan, ditemukan saksi seni yang ada saat Tari Kebyar Legong Dauh Enjung diciptakan. Sedangkan selama ini Tari Kebyar Legong yang diketahui adalah kebyar legong dangin enjung ciptaan I Wayan Paraupan alias Pan Wandres. “Dengan rekontruksi ini kami ingin menyeimbangkan karya maestro Buleleng dangin enjung dan dauh enjung yang dalam berkarya sebenarnya selalu bersama. Hanya saja saat penampilan karya seolah bersaing. Beberapa tari karya seniman Buleleng memang banyak ada yang dua versi seperti tari palawakya, tari teruna jaya di dangin enjung versi dauh enjung tari wiranjaya,” ungkap Sujana yang juga seniman topeng itu. Setelah dilakukan penelusuran, ternyata karya seni maestro Buleleng memang saling mendukung dan berjalan selaras.
Satu tari lainnya adalah Tari Nelayan karya I Ketut Merdana maestro seni tabuh dan tari asal Desa Kedis Kecamatan Busungbiu. Menurut Sujana penggalian pada tari nelayan yang sudah terkenal sejak lama dan banyak ditarikan selama ini perlu penegasan kembali. Hal itu dikarenakan ada beberapa sumber yang menyebutkan tari nelayan yang ada saat ini tidak sesuai dengan pakem ciptaan awalnya. Terutama pada pakem tarian yang digunakan.
“Selama ini berpikir tari nelayan ciptakan pak Merdana, kostum kok memakai lelunakan yang mengangkat style Bali selatan, ada juga yang memakai udeng yang mana yang benar ini sedang digali. Kami ingin tahu bukan ada maksud lain, hanya ingin mengetahui kebenaran penciptaan tempo dulu,” jelas Sujana. Penggalian oleh staf dinas kebudayaan ini pun diperkuat dengan saksi hidup pak Kalesan yang berasal dari Desa Bungkulan Kecamatan Sawan Buleleng. Saksi yang sudah berusia lanjut ini mengatakan pakem pada tari nelayan bukan seperti yang tampak saat ini.
Sementara itu seluruh proses rekontruksi selain dilakukan oleh staf Dinas Kebudayaan juga melibatkan seorang akademisi. Staf Disbud yang kompeten di bidang seni tari dan tabuh ditugaskan untuk menangkap tari dan tabuhnya. Sedangkan akademisi bertugas menyambungkan benang merah pada bagian-bagian yang terlupakan dari saksi atau penerima seni yang masiha da sekarang ini.
“Rekontruksi kami kejar sepanjang masih ada narasumbernya baik dari penerima, pencipta atau pelaku. Karena kami tidak ingin kehilangan kesempatan jika menunggu lebih lama yang berpotensi karya seni lenyap ditelan waktu,” jelas dia. *k23
Komentar