Ekspor Bali Terkendala Masalah Kapal Meratus
ALFI Minta Difasilitasi DPRD Bali
DENPASAR, NusaBali
Asosiasi Logistik dan Forwader Indonesia (ALFI) Provinsi Bali mendatangi Ge¬dung DPRD Bali, Selasa (9/3) pagi.
Mereka minta Komisi III DPRD Bali (yang membi¬dangi perhubungan) ikut fasilitasi dan carikan solusi, lantaran ekspor Bali terancam karena Kapal Meratus yang selama ini melayani pengiriman barang dari Pelabuhan Benoa, Denpasar Selat¬an dalam kondisi full out.
Mereka yang datang ke DPRD Bali, Niti Mandala Denpasar, Selasa kema¬rin, anta¬ra lain, Pembina ALFI Bali Bagus John Sujayana, Sekretaris Umum ALFI Bali Ayu Suastini, Humas ALFI Bali I Gusti Agung Bagus Surya Wibawa, dan Ya¬ni Iswanto. Mereka diterima Ketua Komisi III DPRD Bali Anak Agung Ngurah Adi Ardhana (dari Fraksi PDIP Dapil Denpasar), Wakil Ketua Komisi III DPRD Bali I Gusti Ayu Diah Werdhi Srikandi Wedastraputri Suyasa (dari Fraksi PDIP Dapil Jembrana, dan anggota Komisi III DPRD Bali Ni Luh Yuniati (dari Fraksi PDIP Dapil Gianyar).
Selain mereka, hadir juga Kabid Lalulintas Dinas Perhubungan Provinsi Bali I Nyo¬¬man Sunarya, Kabid Perdagangan Luar Negeri Disperindag Provinsi Bali Les¬tari, dan Perwakilan Bea Cukai Denpasar Iwan Sutrisna.
Pembina ALFI Bali, Bagus John Sujayana, mengatakan ekspor Bali saat ini masih bertahan di tengah pandemi Covid-19. Hanya saja, angkanya mengalami penurun¬an. Namun, dibandingkan dengan pariwisata, sektor ekspor Bali masih mampu ek¬sis dan bisa membuka lapangan kerja.
Hanya saja, menurut John Sujayana, saat ini ekspor Bali terancam karena layanan pelayaran oleh Kapal Meratus di Pelabuhan Benoa, Denpasar Selatan sudah ter¬he¬nti. Masalahnya, Kapal Meratus full out dari Pelabuhan Benoa.
"Pihak Kapal Meratus saat ini mau melayani pengiriman atau bisa melayani ekpor Bali dengan jumlah pengiriman barang minimal terpenuhi 60 TEU (twent-foot equ¬iva¬lent unit) dalam sebulan. Artinya, mereka bisa bertahan beroperasi kalau 60 TEU terpenuhi. Kalau nggak, mereka full out dari Pelabuhan Benoa karena meru¬gi," papar John Sujayana.
John Sujayana pun berharap pemerintah yang punya kewenangan bisa membantu pemenuhan TEU di Pelabuhan Benoa. "Ya, istilahnya, bila perlu pengiriman peti kemas supaya lewat Pelabuhan Laut saja," katanya.
Sementara, Perwakilan Bea Cukai Denpasar, Iwan Sutrisna, mengatakan saat ini masalah yang dihadapi ALFI Bali sedang dikomunikasikan dengan stakeholder terkait. Kalau Kapal Meratus memang tidak bisa melayani ekspor dari Pelabuhan Benoa, bisa dicarikan kapal pengganti. "Sekarang diupayakan solusi ada kapal pengganti," jelas Iwan Sutrisna.
Sedangkan Komisi III DPRD Bali berjanji akan menindaklanjuti permasalahan yang mengancam ekspor Bali ini. Ketua Komisi III DPRD Bali, AA Ngurah Adi Ardhana, mengatakan ekspor Bali jangan sampai macet karena persoalan Kapal Meratus.
"Pariwisata macet, kini ekspor macet hanya karena layanan pelayaran, sangat-sa¬ngat disayangkan. Saya minta asosiasi ALFI bersuara, kasi kami detail masalahnya. Nanti kami akan tindaklanjuti ke Pimpinan Dewan dan Gubernur Bali. Ekspor nggak boleh macet. Kalau ada birokrasi yang menjlimet, laporin ke kami," pinta politisi PDIP asal Puri Gerenceng, Desa Pemecutan Kaja, Kecamatan Denpasar Utara ini.
Dalam kesempatan itu, anggota ALFI Bali, Yani Iswanto, sempat mengadukan ribetnya mengurus dokumen ekspor. Kemudian, biaya ekspor yang mahal juga jadi kendala. Disebutkan, kontainer dari Pelabuhan Benoa ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya (Jawa Timur) yang ukuran 40 fit, memerlukan waktu jalan 15 hari de¬ngan biaya Rp 4 juta.
“Kalau jadwal meleset, bisa lebih besar biayanya. Karena ada penumpukan, mi¬salnya, waktu transit lebih panjang, sehingga biaya semakin mahal. Apakah pe¬merintah tidak bisa membantu subsidi atau menekan biaya ini?" tanya Yani Is¬wanto.
Mendengar keterangan Yani Iswanto itu, Adi Ardhana menegaskan ALFI Bali ti¬dak perlu menyentuh masalah uang dan subsidi. "Muaranya ini pada dokumen dan lalulintas pengiriman saja. Ini masalahnya. Pak Presiden Jokowi sudah menegaskan pengiriman barang dalam bentuk ekspor, dokumennya hanya cukup satu hari atau maksimal 4 hari,” tegas Adi Ardhana.
“Kemudian, pengiriman kalau ada masalah, ya cari akar masalah¬nya. Dinas Perhu¬bungan Provinsi Bali saya minta bantu di mana kendalanya ini?" lanjut politisi dan praktisi pariwisata yang sudah dua kali periode duduk DPRD Bali dari Fraksi PDIP Dapil Denpasar ini.
Sementara, Kabid Lalulintas Dinas Perhubungan Provinsi Bali, Nyoman Sunarya, mengatakan pihaknya telah menyampaikan kepada Dirjen Perhubungan Laut Ke¬me¬nterian Perhubungan (Kemenhub) RI, supaya ada solusi untuk masalah Kapal Meratus yang menarik diri dari Pelabuhan Benoa. "Intinya, harus tetap ada kapal yang layani ekspor, supaya tetap ada ekspor impor berjalan di Pelabuhan Benoa. Sekarang ini sedang berproses," tandas Nyoman Sunarya.
Di sisi lain, dari pertemuan kemarin Ketua Komisi III DPRD Bali AAN Adi Ardhana meminta pihak ALFI Bali dan asosiasi terkait lainnya, supaya membuat kajian dan menyusun detail persoalan yang dihadapi. "Karena kita terbatas ruang dan waktu, kasi kami detail masalahnya. Nanti kami kaji dan kita rekomendasikan kepada Pimpinan Dewan. Kami juga bisa sampaikan keberatan kepada pihak yang berwenang menangani ini. Pariwisata sudah mati, jangan sampai sektor lain ter-ganggu. Tambah berat Bali," terang Adi Ardhana. *nat
Mereka yang datang ke DPRD Bali, Niti Mandala Denpasar, Selasa kema¬rin, anta¬ra lain, Pembina ALFI Bali Bagus John Sujayana, Sekretaris Umum ALFI Bali Ayu Suastini, Humas ALFI Bali I Gusti Agung Bagus Surya Wibawa, dan Ya¬ni Iswanto. Mereka diterima Ketua Komisi III DPRD Bali Anak Agung Ngurah Adi Ardhana (dari Fraksi PDIP Dapil Denpasar), Wakil Ketua Komisi III DPRD Bali I Gusti Ayu Diah Werdhi Srikandi Wedastraputri Suyasa (dari Fraksi PDIP Dapil Jembrana, dan anggota Komisi III DPRD Bali Ni Luh Yuniati (dari Fraksi PDIP Dapil Gianyar).
Selain mereka, hadir juga Kabid Lalulintas Dinas Perhubungan Provinsi Bali I Nyo¬¬man Sunarya, Kabid Perdagangan Luar Negeri Disperindag Provinsi Bali Les¬tari, dan Perwakilan Bea Cukai Denpasar Iwan Sutrisna.
Pembina ALFI Bali, Bagus John Sujayana, mengatakan ekspor Bali saat ini masih bertahan di tengah pandemi Covid-19. Hanya saja, angkanya mengalami penurun¬an. Namun, dibandingkan dengan pariwisata, sektor ekspor Bali masih mampu ek¬sis dan bisa membuka lapangan kerja.
Hanya saja, menurut John Sujayana, saat ini ekspor Bali terancam karena layanan pelayaran oleh Kapal Meratus di Pelabuhan Benoa, Denpasar Selatan sudah ter¬he¬nti. Masalahnya, Kapal Meratus full out dari Pelabuhan Benoa.
"Pihak Kapal Meratus saat ini mau melayani pengiriman atau bisa melayani ekpor Bali dengan jumlah pengiriman barang minimal terpenuhi 60 TEU (twent-foot equ¬iva¬lent unit) dalam sebulan. Artinya, mereka bisa bertahan beroperasi kalau 60 TEU terpenuhi. Kalau nggak, mereka full out dari Pelabuhan Benoa karena meru¬gi," papar John Sujayana.
John Sujayana pun berharap pemerintah yang punya kewenangan bisa membantu pemenuhan TEU di Pelabuhan Benoa. "Ya, istilahnya, bila perlu pengiriman peti kemas supaya lewat Pelabuhan Laut saja," katanya.
Sementara, Perwakilan Bea Cukai Denpasar, Iwan Sutrisna, mengatakan saat ini masalah yang dihadapi ALFI Bali sedang dikomunikasikan dengan stakeholder terkait. Kalau Kapal Meratus memang tidak bisa melayani ekspor dari Pelabuhan Benoa, bisa dicarikan kapal pengganti. "Sekarang diupayakan solusi ada kapal pengganti," jelas Iwan Sutrisna.
Sedangkan Komisi III DPRD Bali berjanji akan menindaklanjuti permasalahan yang mengancam ekspor Bali ini. Ketua Komisi III DPRD Bali, AA Ngurah Adi Ardhana, mengatakan ekspor Bali jangan sampai macet karena persoalan Kapal Meratus.
"Pariwisata macet, kini ekspor macet hanya karena layanan pelayaran, sangat-sa¬ngat disayangkan. Saya minta asosiasi ALFI bersuara, kasi kami detail masalahnya. Nanti kami akan tindaklanjuti ke Pimpinan Dewan dan Gubernur Bali. Ekspor nggak boleh macet. Kalau ada birokrasi yang menjlimet, laporin ke kami," pinta politisi PDIP asal Puri Gerenceng, Desa Pemecutan Kaja, Kecamatan Denpasar Utara ini.
Dalam kesempatan itu, anggota ALFI Bali, Yani Iswanto, sempat mengadukan ribetnya mengurus dokumen ekspor. Kemudian, biaya ekspor yang mahal juga jadi kendala. Disebutkan, kontainer dari Pelabuhan Benoa ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya (Jawa Timur) yang ukuran 40 fit, memerlukan waktu jalan 15 hari de¬ngan biaya Rp 4 juta.
“Kalau jadwal meleset, bisa lebih besar biayanya. Karena ada penumpukan, mi¬salnya, waktu transit lebih panjang, sehingga biaya semakin mahal. Apakah pe¬merintah tidak bisa membantu subsidi atau menekan biaya ini?" tanya Yani Is¬wanto.
Mendengar keterangan Yani Iswanto itu, Adi Ardhana menegaskan ALFI Bali ti¬dak perlu menyentuh masalah uang dan subsidi. "Muaranya ini pada dokumen dan lalulintas pengiriman saja. Ini masalahnya. Pak Presiden Jokowi sudah menegaskan pengiriman barang dalam bentuk ekspor, dokumennya hanya cukup satu hari atau maksimal 4 hari,” tegas Adi Ardhana.
“Kemudian, pengiriman kalau ada masalah, ya cari akar masalah¬nya. Dinas Perhu¬bungan Provinsi Bali saya minta bantu di mana kendalanya ini?" lanjut politisi dan praktisi pariwisata yang sudah dua kali periode duduk DPRD Bali dari Fraksi PDIP Dapil Denpasar ini.
Sementara, Kabid Lalulintas Dinas Perhubungan Provinsi Bali, Nyoman Sunarya, mengatakan pihaknya telah menyampaikan kepada Dirjen Perhubungan Laut Ke¬me¬nterian Perhubungan (Kemenhub) RI, supaya ada solusi untuk masalah Kapal Meratus yang menarik diri dari Pelabuhan Benoa. "Intinya, harus tetap ada kapal yang layani ekspor, supaya tetap ada ekspor impor berjalan di Pelabuhan Benoa. Sekarang ini sedang berproses," tandas Nyoman Sunarya.
Di sisi lain, dari pertemuan kemarin Ketua Komisi III DPRD Bali AAN Adi Ardhana meminta pihak ALFI Bali dan asosiasi terkait lainnya, supaya membuat kajian dan menyusun detail persoalan yang dihadapi. "Karena kita terbatas ruang dan waktu, kasi kami detail masalahnya. Nanti kami kaji dan kita rekomendasikan kepada Pimpinan Dewan. Kami juga bisa sampaikan keberatan kepada pihak yang berwenang menangani ini. Pariwisata sudah mati, jangan sampai sektor lain ter-ganggu. Tambah berat Bali," terang Adi Ardhana. *nat
1
Komentar