Psikolog: Jadi Kesempatan Bagi Orangtua untuk Ambil Peran
Satu Tahun Pembelajaran Secara Daring
DENPASAR, NusaBali
Satu tahun pandemi di Indonesia dan di Bali khususnya, berarti pula satu tahun pembelajaran daring telah dimulai.
Selama berlangsungnya pembelajaran secara daring, tentunya mengubah pola perilaku belajar dan tingkat penyerapan materi oleh siswa. Secara psikologis, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi tingkat pembelajaran siswa.
Dijelaskan oleh Lyly Puspa Palupi S MSi Psikolog, seorang psikolog di RSUP Sanglah, faktor pertama adalah adaptasi siswa dari pembelajaran secara tatap muka (luring) yang bergeser ke pertemuan yang dibatasi layar gawai masing-masing. “Interaksi antara pembelajaran online dan offline itu berbeda. Bagaimana proses transfer informasi juga berbeda,” ungkapnya kepada NusaBali, Selasa (9/3).
Proses transfer informasi yang terbatas inilah yang kemudian mempengaruhi naik turunnya prestasi siswa. Di satu sisi, bagi siswa, utamanya siswa yang masih dalam usia anak-anak, mencurahkan konsentrasi untuk menyimak metari di depan layar memerlukan usaha yang ekstra.
“Bagaimana mereka konsenterasi di depan laptop, itu memerlukan usaha yang luar biasa. Mereka hanya mendengarkan guru, sedangkan jika guru ada di depan mereka, guru bisa berinteraksi, memberikan contoh yang komplit,” lanjutnya.
Faktor lainnya, yakni faktor motivasi belajar. Dalam pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka, siswa yang datang ke sekolah tidak hanya memiliki motivasi untuk belajar, namun juga termotivasi ke sekolah untuk bermain dan bergaul bersama teman sebayanya. Sementara, dalam pembelajaran daring, siswa memiliki motivasi yang lebih rendah.
Selanjutnya, faktor lingkungan belajar juga tak kalah penting. Dalam proses belajar di sekolah, lingkungan sekolah memang didesain untuk suasana yang kondusif belajar. Beda halnya dengan situasi belajar di rumah.
“Kalau belajar di rumah, lingkungannya jadi sangat cair. Bisa kondusif jika ada orangtua atau pengasuh yang mengawasi jadwal yang disiplin dan konsisten. Tapi bagaimana dengan anak-anak yang ditinggal bekerja, jadinya anak-anak akan kurang teratur dalam proses pembelajaran,” papar Lyly Puspa.
Namun, kesempatan bagi siswa untuk belajar dari rumah ini merupakan kesempatan bagus bagi orangtua dan anak untuk mempererat ikatan keluarga. “Diharapkan situasi ini hubungan antara orangtua dan anak akan semakin baik karena lebih sering bertemu. Juga peran orang tua yang dikondisikan untuk lebih banyak terlibat dalam pendidikan anaknya,” katanya. *cr74
Komentar