Cerita di Balik Ogoh-Ogoh Akhiri Kelas Kolaborator ‘Kembali Open House 2021’
MANGUPURA, NusaBali.com
Rangkaian acara Kembali Open House 2021 akhirnya selesai pada Minggu (7/3/2021). Acara ditutup dengan dua kelas kolaborator oleh Putu Marmar Herayukti yang bertajuk ‘Cerita di Balik Desain Pembuatan Ogoh-Ogoh’ dan Emoni yang membawakan kelas ‘Memadukan Instrumen Tradisional dalam Nuansa Modern’.
Rangkaian acara Kembali Open House 2021 akhirnya selesai pada Minggu (7/3/2021). Acara ditutup dengan dua kelas kolaborator oleh Putu Marmar Herayukti yang bertajuk ‘Cerita di Balik Desain Pembuatan Ogoh-Ogoh’ dan Emoni yang membawakan kelas ‘Memadukan Instrumen Tradisional dalam Nuansa Modern’.
Kedua kelas tersebut diadakan secara serentak pada pukul 18.30 Wita di Ruang Padu dan Ruang Pijar Kembali Innovation Hub yang berlokasi di Jalan Sunset Road nomor 28, Seminyak, Kuta, Badung.
Kelas-kelas tersebut dihadiri 30 peserta yang antusias mengikutinya. Kelas-kelas ini juga berlangsung interaktif dengan adanya diskusi dan tanya jawab dari para peserta ke narasumber. Bahkan beberapa peserta tidak hanya berasal dari daerah Bali tetapi juga ada yang dari luar Bali, seperti Jakarta dan Sumatera Utara.
Dalam kelas ‘Cerita di Balik Pembuatan Ogoh-Ogoh’, Marmar bercerita dengan lugas mengenai pengalamannya sebagai seorang seniman ogoh-ogoh yang cukup ternama dan berpengaruh di Bali. “Karena saya tinggal di lingkungan yang sejak kecilnya saya sudah akrab dengan ogoh-ogoh, makanya itu mengalir dengan natural begitu saja sampai saat ini,” ujar seniman berasal dari Banjar Gemeh, Dauh Puri Kangin, Denpasar Barat ini.
Marmar kemudian banyak bercerita tentang ide pembuatan ogoh-ogoh Meme Dewa Ratu, Paksi Ireng, dan sedikit tentang Tapakara. “Setiap saya membuat ogoh-ogoh itu saya selalu dapat gambaran dulu mau buat apa. Misalnya, perempuan atau burung ataupun. Lalu dari situ saya buat desainnya. Namun, ide cerita itu sudah pasti ada,” jelas Marmar lagi.
Marmar juga sempat berpesan pada anak-anak muda atau orang Bali yang merasa kehilangan dengan ditiadakannya parade ogoh-ogoh akibat Covid-19. “Kita harus mengingat bahwa ogoh-ogoh adalah memang budaya kita. Menurut saya, justru dengan adanya kerinduan pada ogoh-ogoh, maka itu tidak akan hilang. Seperti penyanyi yang tidak berhenti menjadi penyanyi meskipun ia tidak sedang bernyanyi. Begitu juga dengan ogoh-ogoh. Jadi, dengan momen Nyepi ini sebagai Tahun Baru Caka 1943, mari kita mengambil waktu untuk merenungkan hal-hal yang telah terjadi untuk menjadi lebih baik lagi,” ucap Marmar.
Kelas-kelas tersebut dihadiri 30 peserta yang antusias mengikutinya. Kelas-kelas ini juga berlangsung interaktif dengan adanya diskusi dan tanya jawab dari para peserta ke narasumber. Bahkan beberapa peserta tidak hanya berasal dari daerah Bali tetapi juga ada yang dari luar Bali, seperti Jakarta dan Sumatera Utara.
Dalam kelas ‘Cerita di Balik Pembuatan Ogoh-Ogoh’, Marmar bercerita dengan lugas mengenai pengalamannya sebagai seorang seniman ogoh-ogoh yang cukup ternama dan berpengaruh di Bali. “Karena saya tinggal di lingkungan yang sejak kecilnya saya sudah akrab dengan ogoh-ogoh, makanya itu mengalir dengan natural begitu saja sampai saat ini,” ujar seniman berasal dari Banjar Gemeh, Dauh Puri Kangin, Denpasar Barat ini.
Marmar kemudian banyak bercerita tentang ide pembuatan ogoh-ogoh Meme Dewa Ratu, Paksi Ireng, dan sedikit tentang Tapakara. “Setiap saya membuat ogoh-ogoh itu saya selalu dapat gambaran dulu mau buat apa. Misalnya, perempuan atau burung ataupun. Lalu dari situ saya buat desainnya. Namun, ide cerita itu sudah pasti ada,” jelas Marmar lagi.
Marmar juga sempat berpesan pada anak-anak muda atau orang Bali yang merasa kehilangan dengan ditiadakannya parade ogoh-ogoh akibat Covid-19. “Kita harus mengingat bahwa ogoh-ogoh adalah memang budaya kita. Menurut saya, justru dengan adanya kerinduan pada ogoh-ogoh, maka itu tidak akan hilang. Seperti penyanyi yang tidak berhenti menjadi penyanyi meskipun ia tidak sedang bernyanyi. Begitu juga dengan ogoh-ogoh. Jadi, dengan momen Nyepi ini sebagai Tahun Baru Caka 1943, mari kita mengambil waktu untuk merenungkan hal-hal yang telah terjadi untuk menjadi lebih baik lagi,” ucap Marmar.
Sementara itu, Emoni Bali, grup musik yang membawakan musik dan lirik lagu khas Bali, juga banyak bercerita mengenai pengalaman mereka mempertahankan musik tradisional di tengah banyaknya musik modern yang hadir. Emoni yang merupakan singkatan dari Ethnic Harmony Bali telah berdiri sejak tahun 2011 dan terus berkarya dengan tembang rare sebagai andalannya.
Di akhir kelas juga diadakan foto bersama antara panitia, narasumber dan peserta. Terakhir, Closing Kembali Open House 2021 diakhiri dengan Karaoke Pica Squad oleh panitia dan mengundang beberapa narasumber yang telah mengisi kelas seperti Yudhis dari Slashrock.
Bagus Oka, Space Lead Kembali Innovation Hub, mengaku senang sekali dengan antusias para peserta yang telah ikut hadir dalam acara ini. “Senang sekali rasanya karena tidak menyangka antusiasnya seperti ini. Kami sebagai panitia mengira dengan adanya pandemi dan pembatasan aktivitas mungkin akan sedikit yang hadir tetapi ternyata selama empat hari acara berlangsung, kelas-kelas yang ada selalu terisi sampai 60 persen dari jumlah yang ditentukan,” ujarnya.
Oka juga menyatakan promosi open coworking day juga disambut antusias. Bahkan ada yang dari luar Denpasar juga ikut datang. “Setiap hari selalu ada. Kami juga dapat empat member secara private dan mereka juga sedang propose untuk bisa membawa timnya bekerja di sini,” jelas Oka.*
1
Komentar