5 Sulinggih Puput Pacaruan di Catus Pata Jembrana
NEGARA, NusaBali
Sehari jelang Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1943, Sabtu (13/3), digelar upacara Pacaruan Kasanga di Catus Pata Kabupaten Jembrana, perempatan Jalan Surapati, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, Jembrana.
Caru Manca Kelud ini dipuput lima sulinggih. Lima sulinggih itu, Ida Pedanda Gede Ketut Putra Kemenuh, Ida Sri Baghawan, Ida Bhujangga Rsi Anom Palguna, Ida Pandita Mpu Bhaskara, dan Ida Pandita Mpu Istri. Caru menggunakan banten tingkat Babangkit.
Upacara itu dihadiri Bupati Jembrana I Nengah Tamba bersama Wabup Jembrana I Gede Ngurah Patriana Krisna, Ketua DPRD Jembrana Ni Made Sri Sutharmi, Kapolres Jembrana AKBP I Ketut Gede Adi Wibawa, dan unsur PHDI Jembrana.
Ketua PHDI Jembrana Komang Arsana mengatakan, pacaruan itu menggunakan sarana hewan yang disucikan untuk dikorbankan. Diantaranya, ayam, bebek, dan angsa. Secara filosofis, tawur ini bermakna untuk menetralisir berbagai unsur negatif, sehingga tercipta keharmonisan atau keseimbangan. “ Setelah melasti dilanjutkan pacaruan di darat. Secara serentak, pacaruan seperti ini juga dilaksanakan di Catus Pata kecamatan dan desa," ungkapnya.
Bupati Jembrana I Nengah Tamba mengatakan, pacaruan pada tilem kesanga ini, selain mengharmonisasi hubungan manusia dengan alam, sekaligus sebagai momen instropeksi diri. “Saat ini kita ketahui bersama, masih dalam situasi pandemi covid-19. Tentu kita berharap seluruh komponen bangsa diberikan kekuatan agar pandemi cepat teratasi. Disamping itu kita memohon diberikan keselamatan , dijauhkan dari bencana," harap Bupati Tamba.
Momentum Nyepi, kata Bupati Tamba, hendaknya dimaknai untuk instropeksi, mengendalikan diri dari hal-hal negatif menuju kebahagian hidup di masa akan datang. Disisi lain, dirinya juga mengajak meningkatkan toleransi antar umat beragama sebagai kesempurnaan catur bratha penyepian.
Pacaruan dicatus Pata Jembrana digelar tepat pada pukul 11.00 Wita. Seluruh rangkaian pacaruan tawur kesanga diakhiri persembahyangan bersama dengan peserta terbatas. Panitia mewajibkan penggunaan masker serta menaati protokol kesehatan Covid-19. *ode
Upacara itu dihadiri Bupati Jembrana I Nengah Tamba bersama Wabup Jembrana I Gede Ngurah Patriana Krisna, Ketua DPRD Jembrana Ni Made Sri Sutharmi, Kapolres Jembrana AKBP I Ketut Gede Adi Wibawa, dan unsur PHDI Jembrana.
Ketua PHDI Jembrana Komang Arsana mengatakan, pacaruan itu menggunakan sarana hewan yang disucikan untuk dikorbankan. Diantaranya, ayam, bebek, dan angsa. Secara filosofis, tawur ini bermakna untuk menetralisir berbagai unsur negatif, sehingga tercipta keharmonisan atau keseimbangan. “ Setelah melasti dilanjutkan pacaruan di darat. Secara serentak, pacaruan seperti ini juga dilaksanakan di Catus Pata kecamatan dan desa," ungkapnya.
Bupati Jembrana I Nengah Tamba mengatakan, pacaruan pada tilem kesanga ini, selain mengharmonisasi hubungan manusia dengan alam, sekaligus sebagai momen instropeksi diri. “Saat ini kita ketahui bersama, masih dalam situasi pandemi covid-19. Tentu kita berharap seluruh komponen bangsa diberikan kekuatan agar pandemi cepat teratasi. Disamping itu kita memohon diberikan keselamatan , dijauhkan dari bencana," harap Bupati Tamba.
Momentum Nyepi, kata Bupati Tamba, hendaknya dimaknai untuk instropeksi, mengendalikan diri dari hal-hal negatif menuju kebahagian hidup di masa akan datang. Disisi lain, dirinya juga mengajak meningkatkan toleransi antar umat beragama sebagai kesempurnaan catur bratha penyepian.
Pacaruan dicatus Pata Jembrana digelar tepat pada pukul 11.00 Wita. Seluruh rangkaian pacaruan tawur kesanga diakhiri persembahyangan bersama dengan peserta terbatas. Panitia mewajibkan penggunaan masker serta menaati protokol kesehatan Covid-19. *ode
Komentar